Kenapa?

556 54 2
                                    

Andara kembali memesan taksi melalui ponselnya. Kali ini ia akan pergi ke SMA Cakrawala. Tujuan pertama untuk bertemu abangnya, tujuan kedua, melihat-lihat calon sekolah barunya itu. Jika bertanya tentang alasan mengapa gadis itu secara tiba-tiba ingin kesana, jawabannya adalah karena tadi ia tak menemukan siapapun dirumahnya. Bahkan Andi dan Bagas tidak ada. Rumah itu benar-benar sepi bak kuburan.

Alhasil, Andara masuk ke dalam hanya untuk meletakkan koper dan langsung membulatkan niat untuk ke Cakrawala saja. Sebelumnya, dia tentu saja sudah melayangkan izin tertulis melalui pesan whatsapp kepada Andi dan juga bundanya.

Setibanya di depan gerbang sekolah ternama itu, Andara langsung turun setelah memberikan sejumlah uang kepada sang supir. Ia menyapa satpam sekolah dengan ramah, kemudian mulai menelusuri area sekolah yang cukup besar itu.

Ini adalah kali pertama ia menginjakkan kaki di Cakrawala. Andara sebenarnya tak tau jelas dimana letak kelas abangnya, ia hanya mengetahui namanya saja. Karena itulah Andara memilih mencari denah sekolah dulu sebelum merambat ke kelas yang dimaksud.

"Gila, jauh bener." Andara menghela nafas lelah ketika menaiki tangga-tangga yang ada disekolah abangnya. Entah punya masalah apa kelas abangnya ini ada di lantai tiga, membuatnya mati-matian harus menanjaki tangga di siang bolong begini.

"Tiga kali naik turun disini, kurus badan Ara," gumam gadis itu sambil terus menapaki tangga yang tinggal beberapa anak lagi.

"Nyampee!" Serunya bahagia lahir batin ketika kakinya sudah resmi menapaki lantai ketiga gedung dengan lambang huruf B besar didepannya.

"Boleh ga, ya, kalau nyaranin kepsek buat masang lift aja." Gadis itu masih saja berdumel tak jelas, merutuki anak tangga yang entah kenapa banyak sekali.

Koridor sekolah memang sudah sepi. Namun tadi kata Pak Satpam mungkin masih ada beberapa siswa yang belum pulang, karena terlihat jelas parkiran sekolah belum kosong, masih terdapat beberapa kendaraan disana.

Hal itu terbukti ketika Andara melihat seorang perempuan dengan seragam sekolahnya berjalan dari arah berlawanan. Masih ada tanda-tanda kehidupan, batinnya.

Andara kembali melihat denah khusus gedung B yang terpajang didekat belokan pertama gedung tersebut. Kelas abangnya tidak jauh lagi, tinggal lurus dan belok kiri di simpangan selanjutnya. Semoga saja, ia bisa menemui abangnya disana.

***

Jika Andara tadinya sedang sibuk mencari ruang kelasnya, maka Dirga sekarang baru saja keluar dari kelasnya, menuju tangga yang berada tepat disamping ruangan itu.

Ini belum genap seminggu ia masuk sekolah setelah insidennya beberapa waktu lalu. Setelah tiba di Aceh, ia tak serta merta diizinkan untuk sekolah. Ia kembali dirawat dirumah sakit kurang lebih lima hari, dan baru keluar minggu lalu. Dirga sebenarnya benar-benar muak dengan yang namanya rumah sakit. Namun apa boleh buat, dia harus tetap menjalani masa pemulihan pasca operasi.

Jujur, Dirga sedikit terpukul atas kejadian ini. Kehilangan sebelah ginjalnya membuat ia harus merelakan cita-citanya saat itu juga. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, mengikuti jejak ayah dan bundanya sebagai tentara sudah menjadi salah satu keinginannya. Dulu, dia sempat dipatahkan karena keadaan tubuhnya yang sangat rentan, sering sakit karena imunnya yang lemah.

Beberapa saat setelah masalah itu ditangani, semangatnya kembali dibentuk lagi. Harapannya untuk menjadi seorang tentara semakin besar. Namun, beberapa waktu lalu hal ini kembali dipatahkan, bahkan dihancurkan sampai berkeping-keping, melalui operasi pengangkatan ginjal.

Siapa yang menyangka aksi penembakan beberapa bulan lalu mampu membuat ginjalnya hancur dan menjadi penyebab utama belakangan ini ia sering sakit-sakitan. Bahkan tentang mimisan saat di Jakarta, itu semua juga terjadi karena ginjalnya yang rusak. Mustahil jika Dirga tidak mengalami depresi barang sedikitpun. Kenyataan ini lumayan sulit untuk diterima olehnya. Jika saja waktu itu bukan Alsya yang pertama kali dilihatnya, tak terbayang hal buruk apa yang akan dia lakukan.

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang