Tentang Rindu

677 69 0
                                    

Sebuah taman yang indah di sudut kota. Dengan desiran angin yang sangat menenangkan. Sore itu, di tengah hamparannya yang indah, terlihat dua orang gadis yang duduk di sana. Saling bercengkrama hingga menimbulkan gelak tawa.

Beberapa hari yang lalu, adalah hari kelulusan bagi mereka. Sebuah perpisahan yang megah pun diselenggarakan oleh pihak sekolah. Lihatlah betapa meriahnya acara itu, tapi tetap saja pada akhirnya menghadirkan isak tangis yang luar biasa. Siapa juga yang siap dengan perpisahan.

Jenjang yang lebih tinggi akan segera mereka tempuh. Mereka yang awalnya bersama kini diharuskan berpisah, karena pendidikan.

Begitulah kehidupan, ada yang datang dan ada yang pergi. Juga, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Mendengar katanya saja kita sudah sangat familiar, tapi entah kenapa kita tidak pernah siap untuk menghadapinya.

"Setelah ini kamu mau lanjut kemana?" Tanya seorang gadis yang saat itu tampak cantik dengan kerudung coklat susunya.

"Kemarin, aku daftar di SMA Modal Bangsa. Test tulis dan wawancaranya akan diadakan minggu depan. Do'ain, ya, semoga bisa keterima disana," jawab gadis yang satunya.

"Itu pasti, Hana."

Mereka akhirnya sama-sama tersenyum. Terdiam sebentar untuk menikmati cemilan yang tadinya sempat mereka beli sebelum ke sini.

"Kamu sendiri gimana?" Tanya Hana, perihal sekolah yang akan dituju oleh temannya.

Gadis di sampingnya itu tampak terdiam sebentar, seperti sedang memikirkan sesuatu. Matanya menerawang, jauh sekali.

"Aku ... Masih belum tau sih," jawabnya singkat.

"Hah?" Hana mendelik tak paham.

"Rencananya aku bakal balik ke rumah orangtuaku, dan melanjutkan sekolah di kota itu. Tapi, sampai saat ini pun aku masih bingung, karena orangtuaku sendiri belum menyinggung masalah ini sama sekali," jelasnya.

"Rindu ya, sama mereka?"

"Tentu. Udah tiga tahun aku pisah dari mereka. Jauh dari ayah, bunda, dan ... Bang Dirga," ujar gadis manis itu. Tak lupa, ada sebuah senyum yang terukir di bibirnya.

Dia, Kartika Andara. Adik kandung Dirga yang sejak tiga tahun lalu tinggal bersama neneknya, ibu dari bundanya. Di umurnya yang saat itu masih dua belas tahun, ia dengan polos mengajukan permintaan untuk tinggal bersama neneknya, dan anehnya sekarang ia berpikir, kenapa orangtuanya pada saat itu sangat mudah mengizinkannya pergi?

Selama ini, Andara intens berhubungan dengan Dirga melalui ponsel. Setiap hari pasti ada saja pesan yang ia kirimkan kepada Dirga. Ia selalu menceritakan setiap hal yang ia lalui, apa saja yang sudah ia lewati dan bagaimana perasaannya setelah menjalani hari. Semua itu ia ceritakan kepada abangnya.

Dirga selalu bisa mendengarkannya. Selalu bisa memberikannya kasih sayang meski jarak mereka berjauhan. Lelaki itu, orang yang selalu mengatakan bahwa ia sangat merindukan Andara.

Dirgantara, sosok lelaki yang berhasil membuat Andara sangat takut kehilangannya.

"Kembalilah ke sana kalau memang itu yang kamu mau. Tiga tahun tentunya bukan waktu yang sebentar, Andara," ujar Hana.

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Where stories live. Discover now