Misi

607 65 1
                                    

Setelah sekian lama menunggu waktu yang tepat, akhirnya dia bisa melihat titik terang dari rencananya sekarang. Dendamnya akan segera tuntas ketika segerombolan anak buahnya menjalankan misi yang telah dirancang ini.

Beberapa hari ini berjalan dengan mulus. Sudah seminggu terakhir ia meminta anak buahnya untuk mengawasi Dirga. Putra sulung Fairuz yang nasibnya akan dibuat semalang mungkin. Mereka mengirimkan seorang lelaki yang umurnya hanya berselang berapa tahun dengan Dirga untuk bersekolah di SMA Cakrawala. Dengan begitu, proses pengintaian pun berjalan dengan lancar.

Jika kalian bertanya bagaimana caranya lelaki suruhan itu bisa berhasil masuk ke Cakrawala? Jawabannya adalah dengan menggunakan dokumen palsu. Tim mereka sudah membuat semuanya sehalus mungkin, demi kelancaran misi, mereka menghalalkan semua cara.

Dirga sendiri tampaknya tidak pernah menyadari bahwa dia diawasi secara diam-diam. Target yang mereka kirimkan dengan gampangnya menjalin pertemanan palsu dengan anak itu. Ah, Dirga memang terlalu bodoh. Tapi tak apa, itu semakin mempermudah rencana Lexi untuk mencelakainya.

Lexian Nicholas, nama lelaki berjubah hitam yang memegang komando pada sebuah tim bayaran bernama Uzi. Tim yang dibentuknya sendiri untuk memuluskan rencana balas dendamnya. Semua anggota Uzi adalah orang-orang yang di dalam dirinya tersimpan puluhan dendam-dendam pribadi. Orang-orang yang sudah terbiasa dengan budaya kekerasan, sudah terbiasa melakukan hal-hal keji yang melanggar norma dan hukum.

Dalam Uzi, mereka semua mendapat bayaran setelah selesai melakukan misinya. Uang yang dikeluarkan Lexi untuk tim ini tidaklah sedikit, ia rela menghamburkan semua harta demi tujuan utamanya yang akan dimulai sebentar lagi.

Lexi, membangun tim ini dengan dasar dendam pribadinya terhadap Fairuz, orang yang pernah menjadi teman seperjuangannya. Dulu, ia juga pernah di tempa bersama dengan Fairuz, di didik dengan sebegitu kerasnya demi menjaga kedaulatan negaranya.

Lexi juga bukan orang yang bodoh, bukan orang yang tak mempunyai pencapaian sama sekali. Ia orang pandai, bijaksana, dan berwibawa. Semua pencapaiannya sebenarnya luar biasa, namun ada beberapa hal yang membuatnya tidak puas.

Dia adalah anak kedua dari dua bersaudara dan mempunyai seorang kakak. Dulunya, pada masa pendidikan, ia pernah berjanji pada orangtuanya untuk menjadi lulusan terbaik saat wisuda nanti. Ia juga menjanjikan nilai yang bagus pada saat itu. Banyak sekali harapan-harapan baik yang selalu ia ceritakan pada orangtuanya, pun kakak semata wayangnya.

Lexi berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan semua impiannya. Ia mendedikasikan waktu juga tenaganya hanya untuk membahagiakan kedua orangtuanya. Menegaskan kepada mereka bahwa sebenarnya ia mampu menjadi sosok best of the best.

Hingga akhirnya hari itu tiba, semua harapan Lexi seolah dipatahkan dalam sekejap mata. Saat wisuda, nama Fairuz dipanggil sebagai peraih nilai tertinggi dan otomatis menjadi lulusan terbaik kala itu. Banyak orang memujinya, menyanjung seluruh jerih payahnya. Namun, itu semua berbanding terbalik dengan kehidupan Lexi.

Hasilnya tidak buruk, ia mendapatkan peringkat kedua pada saat itu, hanya berselang tipis dengan Fairuz. Namun, respon keluarganya sangat-sangat tidak menyenangkan. Hanya karena tidak bisa memenuhi janji untuk menjadi lulusan terbaik, orangtuanya langsung memakinya di tengah hamparan lapangan itu. Tak cukup sampai di situ, ketika pulang ke rumah pun ia tak henti-hentinya di caci oleh orangtuanya sendiri.

Mereka berkata bahwa Lexi hanyalah sampah yang tidak ada gunanya. Mereka tak henti-hentinya membanggakan Fairuz dan membandingkannya dengan Lexi. Mereka menyanjung Fairuz layaknya intan berlian sedangkan menjatuhkan Lexi seolah batu kerikil.

Di tengah rasa frustasinya, Lexi mengubungi seorang wanita yang saat itu masih berstatus sebagai pacarnya. Namun, bukannya membuat Lexi lebih baik, wanita itu malah dengan segera memutuskannya. Mengatakan bahwa ia malu bersandingkan seorang lelaki yang bahkan tak memiliki pencapaian barang sedikitpun. Tidak ada yang bisa dibanggakan.

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Where stories live. Discover now