Tentang Dendam

474 58 0
                                    

"BODOH! BODOH, KALIAN SEMUA!!"

"SAMA ANAK KECIL UMUR BELASAN TAHUN AJA KALIAN BISA KALAH. RUGI BAWA SENJATA KALAU ITU AJA GA BECUS!"

"BISA-BISANYA KALIAN SALAH INFO, HAH. JELAS-JELAS ITU BUKAN ANDARA! BERAPA KALI SAYA KATAKAN, PASTIKAN LAGI, TAPI APA HASILNYA, YANG KALIAN SERANG BUKAN ANDARA, KALIAN MALAH MEMBUAT KITA DALAM BAHAYA SEKARANG. COBA PIKIRKAN JIKA ANAK ITU MELAPOR KE POLISI."

Semua anggota Uzi yang beberapa hari lalu terlibat dalam aksi penyerangan di dekat SMA Cakrawala, kini tengah dimaki habis-habisan. Tak hanya itu, Gavin selaku mata-mata yang dikirimkan untuk mengintai Dirga juga mendapat makian yang cukup parah. Kesalahahnya dalam mengumpulkan informasi tentunya menjadi awal kesalahan dalam misi kali ini.

Gadis yang awalnya mereka kira adalah Andara ternyata hanya sebatas teman sekolah Dirga. Lexi marah besar ketika kelompok yang dikerahkannya pulang dengan babak belur dan membawa kabar tentang kesalahan informasi tersebut.

Kara yang bahkan tidak terlibat dalam aksi penyerangan pun, hari ini terpaksa harus ikut berdiri di depan Lexi dan menerima amukan atas kemarahannya.

Setelah tragedi itu berlangsung, Gavin langsung ditarik dari SMA Cakrawala. Tugasnya sudah berakhir sampai di sini. Tidak ada gunanya lagi ia kembali ke sekolah itu, kecuali jika ingin mencari mati.

Semua anggota Uzi yang sedang dikumpulkan itu hanya bisa terdiam. Memilih menyimak apa yang bos mereka katakan daripada menjawab dan berakhir dibantai nantinya. Percayalah, mereka masih sayang nyawa.

Tok! Tok! Tok!

Kara memejamkan matanya sambil menghela nafas jengah, siapa yang berani-beraninya mengetuk pintu di tengah suasana tegang seperti ini.

"SIAPA?!" Tanya Lexi dengan suara yang sangat keras.

Orang di luar sana menjawab, ternyata ia adalah seorang mata-mata yang Uzi miliki.

Kara langsung diperintahkan untuk membuka pintu dan memberikan lelaki itu masuk. Sebelum kakinya melangkah, Kara lebih dulu membisikkan sesuatu ke telinga lelaki itu.

"Ku bunuh kau kalau sampai salah info lagi," desis Kara dengan penuh penekanan.

"Siap," jawab lelaki itu pelan.

"Apa yang kau dapat?" Tanya Lexi ketika lelaki itu sudah tepat berada di depannya.

"Ini, Bos." Lelaki dengan badan tinggi tegap dengan rambut yang agak keriting itu langsung mengeluarkan beberapa lembar foto dari sakunya.

"Apa ini, Yuta?" Tanya Lexi. Di tangannya sudah ada sekitar tiga lembar foto seorang anak perempuan yang mengenakan gamis coklat. Terlihat juga dari salah satu foto ini ada yang di ambil di stasiun bus.

"Andara di sini, Bos. Kami sudah memastikan identitasnya dengan mengecek data penumpang di terminal tadi. Kami juga sudah mengikutinya. Benar, dia kembali ke asrama, dimana Fairuz bertugas."

"Dia kembali ke sini sendirian?"

"Benar, Bos."

"Sudah kamu cek riwayat perjalannya? Dari stasiun mana dia?"

"Dari stasiun Gendarai, Bos. Di kota A."

Lexi tersenyum sinis, ternyata selama ini Fairuz telah lebih dulu menyembunyikan anaknya itu. Cukup jauh menurutnya, karena letaknya yang berselang sekitar enam kota dari tempat mereka tinggal.

"Terus intai dia, kalau memungkinkan, pancing dia ke sebuah tempat. Kita lakukan misi di sana. Kali ini harus berhasil, setidaknya buat dia terluka," titah Lexi.

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Where stories live. Discover now