Rutinitas

1.1K 95 15
                                    

Aktivitasnya sebagai seorang pelajar masih berjalan hingga hari ini. Terbukti dengan seragam putih abu-abu yang setia sekali melekat di tubuhnya. Melebih-lebihi setia seorang pacar, tapi sadar diri ia tak punya.

Di jam istirahat yang kesekian kalinya di SMA Cakrawala ini, Dirga hanya tinggal berdua saja dengan Vino. Dua temannya yang lain —Arsent dan Kalandra— sudah pergi latihan seperti biasa. Dua anak itu tergabung dalam satuan ekskul Cakrawala, dengan masing-masingnya adalah basket dan futsal.

Agaknya, tim mereka akan mengikuti sebuah turnamen, karena itulah latihan lebih diperketat hingga memotong sedikit jam belajar mereka. Sudah biasa seperti itu.

Dirga dan Vino yang memang tidak terlibat dalam ekskul apapun, hanya bisa melenggang pergi ke kantin demi mengisi perut mereka.

Baru juga sampai di depan kelas, belum ada sepuluh langkah kakinya menuju tujuan, seorang perempuan menghampiri mereka, lebih tepatnya menghampiri Dirga.

"Hai, Dirga," sapa perempuan itu dengan senyum manisnya.

"Hai, Nin. Kok ke sini? Ada apa?" Dirga bertanya dengan nada yang lembut. Jangan salahkah wanita jika nantinya ada yang baper, karena dialah yang memancing.

"Ga kenapa-kenapa sih, mau ketemu kamu aja," jawab gadis yang diketahui satu angkatan dengan Dirga itu.

"Ohh... Aku mau ke kantin, mau bareng?"

"Boleh," ujar perempuan itu sembari tersenyum.

Dirga hanya mengangguk, kemudian langsung berjalan ke tempat tujuan yang tadinya sempat tertunda. Vino sekilas melihat kembali ke arah temannya itu, juga bergantian melihat gadis yang barusan mendatanginya.

Ini sebenarnya ada apa, Dirga ini sebenarnya punya pacar atau tidak. Katanya sih tidak, tapi, kenapa banyak sekali perempuan yang berhubungan dengannya.

"Ekhem! Aku kamu, ya, sekarang," ujar Vino setelah berhasil mensejajarkan langkah dengan Dirga.

"Diam, Vin. Jangan ngomong yang enggak-enggak."

"Dih," kesal Vino.

Sesampainya di kantin, Vino dengan sengaja menyuruh Dirga saja yang pergi memesan makanan. Alhasil tinggallah dirinya berdua dengan gadis tadi.

Bukan, bukan untuk menikung Dirga, Vino hanya ingin bertanya beberapa hal pada gadis yang tidak dikenalnya ini.

"Lo siapa?" Tanya Vino tanpa basa-basi.

"Hah?" Bukannya menjawab, gadis itu malah gelagapan karena mendapat pertanyaan dadakan layaknya serangan nuklir.

"Nama lo siapa?" Ulang Vino dengan sabar.

"Oh, kenalin, gue Anindya, dari 10 IPA 3," jawab gadis yang akhirnya diketahui bernama Anindya itu. Dan ternyata kelasnya hanya berselang satu ruang dengan kelas Dirga.

"Siapanya Dirga?" Intograsi minus akhlak akhirnya dimulai.

"Bukan siapa-siapa elah... gue sama Dirga ya temenan aja gitu, kayak lo sama dia."

"Ck! Jelas beda. Lo pernah denger kan, ga ada pertemanan antara cowok sama cewek yang murni, pasti ada apa-apa yang terselubung. Dan lagi, kenapa juga si Dirga bisa deket sama lo, secara dia anti banget sama perempuan." Vino ini sekali berbicara sangat panjang, terkesan asal nyablak dan tidak memikirkan apa yang sudah diucapkannya.

Anindya hanya bungkam, tidak bisa membalas perkataan Vino yang ada benarnya juga. Tanpa ia sadari, pipinya sudah bersemu merah yang membuat Vino kembali berdecak.

"Gue bilang juga apa, lo emang punya rasa sama Dirga. Dahlah, ga usah bohong," sambar Vino, telak.

Anindya hanya membelalak, Vino ini keturunan cenayang kah apa? Kenapa bisa menebak semuanya.

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Where stories live. Discover now