19 : Maaf

18.1K 2.5K 245
                                    

"Oma bilang, kalau aku pengen punya teman, aku harus minta adik ke Ray."

Setelah didesak dan dibujuk dengan segala cara akhirnya Mikki mengaku dalam perjalanan mereka pulang ke rumah.

Sambil fokus menyetir, Ezra menggelengkan kepalanya pelan. "Udah aku duga. Mikki nggak mungkin punya pikiran itu," ia menoleh sekilas pada Flora, "mintanya ke aku lagi, Flo. Gila nggak tuh?"

"..." Flora melirik Ezra dari sudut matanya dengan perasaan berkecamuk, lalu berpaling pada Mikki yang kini menekuk wajahnya. Bukan murung tapi cemas karena Ezra terlihat marah.

Tanpa sengaja Mikki melirik wajah Flora, pipinya bersemu karena merah—malu karena kedapatan bersedih—dan secepat mungkin ia berpaling ke arah jendela sembari menekuk lututnya di dada.

Ezra marah. Luar biasa marah. Tidak langsung kepada Mikki melainkan pada Merryl. Keduanya, ibu dan anak itu sahut - menyahut dengan suara tinggi sambil disaksikan Mikki, dan terakhir Ezra menolak membawa pulang semua mainan pemberian Merryl untuk Mikki. Mungkin sebagian besar kekecewaan Mikki adalah karena mainan itu.

Flora sangat ingin pindah ke jok belakang, merengkuh Mikki dalam pelukan dan menghiburnya seperti biasa. Bukan hal baru jika Flora mengecewakannya, tapi sekarang figur favoritnya turut membuat Mikki kecewa.

Anak itu sudah terlalu senang. Berharap dapat menyentuh mainannya setiap hari. Tapi, andai Ezra setuju sekalipun, Flora tidak mungkin bisa membawa mainan itu ke rumah Davon. Davon akan mulai bertanya - tanya, Mikki bisa saja salah bicara, kemudian Davon akan curiga, dan semuanya berantakan.

Tidak. Jangan dulu! Biarlah kami menikmati kebersamaan yang hanya sementara.

"Mama nggak bisa kaya gini terus." Ezra lanjut mengomel, "kamu risih nggak sih dituduh sembarangan? Sepanjang waktu aku berusaha sabar terima sindiran - sindiran dia, tapi Mama mengartikan kesabaran aku sebagai persetujuan-"

"Ray!" tegur Flora pelan lalu melirik cemas pada Mikki.

Tapi pria itu seakan tidak peduli, memilih untuk meluapkan segala amarahnya di mobil ini. "Lama - lama aku marah. Kamu nggak marah? Dia tuduh Mikki anak kita berdua, Flo, kan gila. Imajinasi Mama kelewatan." Ia menghela napas, dan ketika Flora hanya diam saja, ia berusaha meminta dukungan, "iya kan, Flo?"

Tak sanggup menjawab, Flora memalingkan wajahnya ke arah jendela. Lebih baik tidak menanggapi kemarahan Ezra, pria itu tidak sadar jika setiap ucapannya melukai Flora dan mungkin—andai saja bisa--Mikki. Flora berdoa dalam hati agar Mikki tidak terlalu cerdas mengartikan ocehan Ezra yang tidak pantas. Apa jadinya jika Mikki merekam semua itu dan teringat hingga dewasa?

"Aku minta maaf ya," Ezra meraih tangan kiri Flora dan membujuknya, "Mama memang keterlaluan. Aku pastikan dia nggak seperti itu lagi."

Flora sangat ingin menepis sentuhan Ezra yang hangat tapi menyakitkan untuk saat ini, namun bertengkar di depan Mikki juga bukan contoh yang benar. Jadi, ia menahan diri untuk beberapa saat lagi.

Mobil berhenti di depan rumah Davon dan Ezra masih menggenggam tangan Flora. Ia sangat ingin mendengar suara Flora, bingung karena wanita itu diam sepanjang jalan, apa yang salah?

Tapi tiba - tiba saja Mikki membuka pintu sendiri, melompat turun tanpa sepatah kata pun.

"Hati - hati, Nak!" seru Flora spontan. Ia tidak pernah membiarkan Mikki turun dari mobil sendiri sebelum ini walau anak itu memaksa.

Setelah mengatakan itu Flora berkutat dengan sabuk keselamatannya sambil menghindar dari Ezra. Wanita itu hendak pergi tanpa penjelasan, hal yang paling Ezra tidak suka.

Flora selalu murung jika anak itu marah, sedih, ataupun nakal, tapi bukan berarti Flora berhak menumpahkannya pada Ezra. Ia menahan Flora tetap di dalam mobil, dan di luar sana Mikki baru saja masuk ke dalam rumah. Aman.

Work from HellWhere stories live. Discover now