27 : Wedding Party (II)

16K 2.5K 384
                                    

"Lo Gita?" salah seorang teman lama yang ia sapa agaknya histeris, "Gita 'Gigit' ya? Astaga! Gue nggak kenal, sumpah! Gue kira angkatan kapan. Berubah banget."

Setelah itu, walau sudah memperkenalkan diri dengan namanya yang indah, Gita, tetap saja mereka semua lebih suka memanggilnya 'Gigit'. Menurut mereka itu lebih memorable. Lucu buat mereka, pahit buat Gita.

Gita memejamkan mata lalu menenggelamkan tubuh ke dalam air sabun. Kenapa dulu ia lebih mudah menerima perundungan tapi sekarang jadi sensitif? Sejak kapan ia menjadi tidak percaya diri seperti ini? Gita mengingat - ingat. Ah... sejak ia resmi menjadi istri Davon. Si Tampan dan Si Buruk Rupa. Si Populer dan Si Loser. Si Tukang Gonta Ganti Cewek dan Si... Siapa Lo?

Siapa yang mau pacaran dengan Gigit.

Bersuamikan Davon walau hanya sementara dan karena terdesak keadaan sudah lebih dari cukup. Apalagi jika sampai ada bayi! Oh, Gita... lu mikir apa sih? Ngelunjak emang! Nggak tahu diri lo jadi orang!

Ketika membuka kembali matanya, ia terkejut bukan main mendapati Davon duduk di pinggir bathub, celananya terperciki air pertanda dia sudah lebih dari lima detik ada di sana memandangi Gita berendam dalam busa sabun yang tidak terlalu banyak. Artinya Davon melihat tubuhnya.

Ia segera menyilangkan tangan di dada dan meluruskan punggungnya. "Kok di sini? Gue nggak denger lo masuk."

"Kamu ketiduran gitu," jawab Davon santai, bertolak belakang dengan Gita yang gugup dan salah tingkah.

"Lo mau ngapain? Pipis? Pup? Mandi juga?"

"..." Davon tidak menjawab, ia menyentuh busa sabun di permukaan air yang dekat dengan dada Gita. Membuat wanita itu gemetar setengah mati.

"Lo keluar sebentar. Gue bakal cepet."

Davon menggeleng pelan, pandangannya masih tertambat pada busa sabun di tangannya. "Aku nggak mau semua itu—pipis, pup, mandi. Aku mau nengokin kamu."

Gita tergelak gugup, "nengokin gue mandi? Kurang kerjaan banget lo."

Lirikan Davon melayang cepat pada matanya, membuat Gita merasa ditegur.

"Ngomong - ngomong aku nggak pernah lihat kamu telanjang kaya gini ya." Komentar Davon santai.

Gita mengernyitkan dahinya dalam - dalam, lalu memberengutkan bibirnya. "Lo ngomong kaya orang mabok." Lalu perawan tua itu tersentak sambil memandangi tubuhnya di bawah air, "eh, emang kelihatan ya?"

Bibir Davon menyeringai, "semua." Ia meraup busa tebal di permukaan air pada bagian dada Gita lalu dibuang ke lantai, "tuh, kelihatan semuanya!"

Gita langsung menepis tangan suaminya, tidak peduli kaos polo merah muda ala Rich Brian-nya basah.

"Sinting lo! Keluar nggak!"

"Kalo nggak, kenapa emang?" tantang Davon geli.

"Gue basahin!"

"Basahin aja," goda Davon, "mandiin sekalian."

Gita mengerutkan hidungnya, "omongan lo tambah ngaco." Melupakan dadanya, Gita mendorong paha Davon agar pergi dari sana, "udah, lo keluar sana. Orang kaya gue dandannya lama, banyak yang harus dipermak biar nggak malu - maluin lo."

Davon yang tadinya hendak keluar pun mengurungkan niatnya. Ia menatap mata Gita, mati - matian agar tidak turun ke dadanya yang—oh, wow, ternyata aslinya gede.

"Aku nggak malu jalan sama kamu yang apa adanya."

Gita mendengus sinis, "tapi gue yang minder." Gita memalingkan wajah, matanya mulai terasa perih. "Seperti apapun usaha gue, gue tetap 'Gigit'. Apalagi kalau gue nggak dandan. Gue cuma permalukan lo, permalukan diri gue sendiri di pesta pernikahan mantan lo, Dave. Jangan lo kira jadi gue ini gampang."

Work from HellDove le storie prendono vita. Scoprilo ora