14 : Kasmaran (II)

19.2K 2.5K 135
                                    

Flora sudah menduga, ada yang salah dengan lipstik itu. Mungkin bukan lipstiknya yang salah hanya saja warna itu tidak cocok untuk dirinya, lihat! Ia berhasil membuat Ezra ketakutan.

Pukul tujuh malam ketika langit sudah gelap, ia keluar dari gedung kantor dengan dua tas jinjing besar berisi berkas. Hari Senin selalu banyak pekerjaan.

Ia berdiri di titik penjemputan. Rambut bergayanya sudah diikat ekor kuda seperti biasa. Lipstiknya sudah dihapus, sedikit trauma untuk mengaplikasikan lipstik jenis apapun dalam waktu dekat jadi ia hanya memakai lip balm berwarna. High heels menggoda itu tersimpan rapi di bawah mejanya, begitu juga stoking di dalam tasnya. Sekarang ia hanya mengenakan flat shoes hitam tanpa motif apapun—kakinya sedang berkabung.

Ezra tidak pantas mendapatkan pengorbanannya. Dasar pria sialan! Semalam ia memperlakukan Flora seperti kekasih sungguhan, tapi pagi ini ia menjauhkan Flora dari rumah bahkan mereka tidak sempat sarapan bersama. Kencan apanya!

Sekarang ketika berdiri di depan pintu rumah pria itu ia tidak lagi merasa gugup bahkan tidak peduli jika maskaranya luntur.

"Flo!" Ezra menyambutnya dengan senyum lalu bergeser dari sana tanda memperbolehkan Flora masuk. Walau agak terkejut melihat beberapa detil hilang dari diri Flora tapi Ezra berpura – pura tidak menyadarinya. "Udah makan malam?"

Wanita itu juga bisa berpura – pura tidak mendengar, ia bergegas ke dalam, mencuci tangan hingga bersih di washtafel sebelum masuk ke dalam kantor dan mengeluarkan berkas – berkas yang diurut berdasarkan tingkat urgensinya. Menatanya di atas meja kerja Ezra dengan cekatan demi mengabaikan pria maskulin dengan wangi yang juga maskulin, mengenakan kaos polos dan celana jins dia terlihat siap untuk disantap.

Flora nyaris ingin membanting berkas – berkas itu setelah menyadari dirinya mulai tergoda oleh si playboy. Bajingan!

"Ada kejadian apa di kantor?" tanya Ezra ringan ketika ia masih bersandar di pintu memperhatikan Flora yang sedang kesal. Dan ia tahu alasan wanita itu kesal, sesuatu yang wajar.

"Kejadian?" walau terdengar bertanya, Flora tidak juga menatap Ezra, ia justru mengernyit pada berkas yang sudah ia pahami.

"Yah, siapa jadian dengan siapa, atau siapa selingkuhan siapa." Ezra tersenyum mengejeknya.

Flora tahu pria itu sedang menggodanya namun ketika wanita sudah terlanjur kecewa, godaan manis pun terasa hambar. "Pak Tarigan dari bagian keuangan demam dua hari, indra penciumannya tidak berfungsi, hari ini dia nggak masuk."

Segala garis usil di wajah Ezra lenyap, ia tak lagi bersandar melainkan berdiri tegak. "Kapan terakhir kali kamu ketemu dia?"

Menyadari ketegangan dalam suara Ezra barulah ia menatap pria itu. "Mungkin satu minggu yang lalu itu pun hanya lewat. Kamu tahu aku jarang di kantor sebelum hari ini-" ia melirik tajam sekaligus kesal, mengingatkan pria itu bahwa tadi ia berada di kantor seharian penuh karena Ezra, "tapi aku nggak tahu dia sudah kontak dengan siapa aja," ia masih menatap tajam pria itu lalu menambahkan, "mending aku buruan pulang."

Wanita itu menjauhinya ketika melewati pintu seolah dengan begitu mampu menghindarkan Ezra terjangkit virus. Tapi Ezra menangkap lengan Flora dengan tidak sabar, "aku antar pulang."

"Jaga jarak, Ray. Bisa jadi aku carrier."

"Persetan, Flo!" Ezra membalik tubuh wanita itu, ditariknya Flora mendekat sebelum memagut bibir ranumnya dengan tidak sabar.

Flora memalingkan wajahnya, "nggak mau. Nanti kamu ketular-" Flora tersedak lidah Ezra yang menerobos masuk ke dalam mulutnya.

"Kalau emang iya, sekarang udah terlambat buat berhenti, kan?"

Work from HellWhere stories live. Discover now