17 : malam panjang (21+)

48.5K 2.3K 87
                                    

Warning mature content!
Warning alur maju mundur, please jangan bingung karena saya pakai gaya penulisan tanpa pemisah

***

Flora menarik napas panjang sebelum melepaskan sabuk keselamatan. Segenap tubuhnya masih mendengungkan pergumulan dengan pria di sisinya beberapa menit lalu. Bibirnya tak mampu berhenti mengulas senyum. Setelah beban yang ia simpan sendiri selama bertahun - tahun, detik ini ia merasa bebas, bahagia, dan kembali muda.

Semalam, setelah penyatuan kasar di meja marmer. Ezra setengah memohon setengah memerintah untuk membawanya ke kamar. Pria itu memang melakukannya, ia digendong sambil dibujuk untuk bersetubuh lagi.

Ezra nyaris membuktikan ucapannya, pria itu melakukannya dengan lembut, menciumi setiap jengkal tubuhnya, memberi kepuasan dengan mulutnya, membuat Flora melayang jauh dan terpuaskan.

Tapi Ezra meminta balasan dan sepertinya berniat tidak dengan lembut. Pria itu begitu menuntut seolah Flora berutang banyak padanya, apakah dendam masa lalu mempengaruhi setiap geraknya?

Apapun itu, Ezra melakukannya dengan luar biasa. Alih - alih tersakiti, Flora justru mencecap siksaan manis. Pria itu mahir memberinya kenikmatan bahkan mampu mengajaknya menikmati bersama.

Ketika Ezra sekali lagi melepaskan benihnya di dalam rahim Flora, ia merasakan tubuhnya nyeri karena perasaan posesif dan dengki. Ia cemburu pada wanita - wanita yang pernah disentuh Ezra, Flora ingin keterampilan Ezra hanya untuknya tapi ia tahu itu mustahil.

"Masih lama menuju besok," gumam Ezra dengan wajah mengantuknya.

Ia memandang cemas pria itu, apakah Ezra mampu tetap terjaga saat berkendara kembali ke rumah?

"Sekarang baru jam sepuluh pagi, kenapa pengen cepat - cepat besok?"

Ezra menghela napas, kuku pendek jari telunjuknya mengetuk kemudi, ia terlihat berpikir keras. Dalam hati ia tidak ingin berpisah dari wanitanya tapi ia tidak akan mengatakan itu, dulu ia dimabuk cinta tapi sekarang... Demi Tuhan, semoga tidak. Ia tidak akan memberikan kepuasan pada Flora dengan mengakuinya. Perempuan ini harus tergila - gila padanya.

"Mikki-mon udah pulang sekolah?" tanya Ezra tiba - tiba.

Flora melirik jam digital di mobil Ezra, "seharusnya sudah. Kenapa?"

"Kita ajak main yuk!"

Usulan Ezra menerbitkan kecurigaan sekaligus rasa haru di hati Flora. Ia memberanikan diri untuk bertanya, "kenapa tiba - tiba cari Mikki? Kamu kangen dia?" tanya Flora penuh harap.

Tak ingin Flora membaca jawaban yang sebenarnya ia menatap kemudi ketika menjawab, "mungkin."

"Mungkin?" Flora bergumam pelan.

Pria itu mengerang, "udahlah, Flo. Kamu masuk, bawa tuh anak ke sini, kita cari makan sambil jalan - jalan."

"Tapi kamu kurang tidur."

Ezra mendengus, "kamu pikir kamu sudah cukup tidur? Wajah kamu lebih pucat dibanding aku."

Flora tahu itu benar. Wajah mereka berdua memang seperti kurang darah. Semalam, setelah pergumulan ke dua, Flora berusaha untuk tidur. Ia pikir dirinya terlalu lelah tapi nyatanya ia masih gugup. Ezra melingkarkan lengannya di perut Flora dari belakang. Mereka tidur seperti itu untuk beberapa saat.

Ia tidak bisa tidur dengan sentuhan Ezra di tubuh telanjangnya. Ia harus mengambil jarak untuk mengistirahatkan sarafnya yang terlalu reaktif terhadap sentuhan Ezra.

Ketika ia berusaha melepaskan diri, pelukan pria itu justru semakin kencang. Ia terdiam saat suara dingin Ezra merayap di punggungnya, "kabur, Flo?"

Work from HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang