Sungguh! Ia menjadi labil sekarang.

***

Berusaha untuk kembali tidur rasanya sia-sia, Sakura memilih untuk bangun dan merapikan kantung tidur. Ia melipat dengan cepat dan memasukkannya ke dalam tas. Agar rasa malas segera hilang, Sakura berjalan menuju ke pinggir sungai dan membasuh muka. Alam menghadirkan sensasi air pegunungan yang cukup dingin dan langsung melancarkan sirkulasi darah di wajah. Ia merasa lebih segar dan siap melanjutkan misi paling menyebalkan ini.

Sakura duduk di batu besar yang bercokol di pinggir sungai dan menatap pemandangan langit pagi. Awan-awan hitam mulai menghilang dan tergantikan semburat sinar matahari yang menguncup dari langit timur. Sakura tergoda untuk merentangkan tangan dan menikmati vitamin D yang jarang bisa ia nikmati saat lembur di rumah sakit. Saat asyik memejamkan mata, Sakura teringat Kakashi. Ia mencari ke seluruh penjuru dan menemukan sosok itu duduk bersila di bawah air terjun kelambu. Tetesan air terjun yang tidak begitu deras membasahi tubuh bagian atas sang kapten. Dada itu tidak begitu kekar, namun otot-otot tubuh Kakashi terlihat menonjol. Menunjukkan bahwa sang pemilik raga memang rutin melakukan aktivitas fisik. Bekas luka yang menghiasi tubuh Kakashi malah semakin memberikan kesan seksi. Amazing.

Hapus air liurmu, Sakura!

Sejak kapan ia memandang Kakashi dari sisi wanita bukan pandangan junior pada senior atau mantan murid pada guru pembimbing tim 7? Apalagi sinar matahari yang mengarah pada air terjun memberikan pemandangan siluet pelangi yang indah. Sebuah lanskap alam sempurna dilengkapi dengan lelaki eksotis di sana. Batin Sakura menjerit saat tubuhnya menuruti perintah otak untuk berjalan mendekat. Ia ingin berhenti, tapi tak bisa. Kendali dirinya seolah lenyap saat tangan kanan mengalirkan chakra melewati kolam air terjun. Dalam senyap, ia telah membungkukkan tubuh di hadapan mantan sensei yang masih terpejam. Tetes air membasahi rambut perak Kakashi yang kuyup. Mengalir melewati kening, hidung, bibir, dagu, dan menetes hingga sampai ke bawah. Basah.

"Kau indah, Kakashi."

Sakura ingin menghajar dirinya sendiri yang tidak bisa mengontrol ucapan. Seharusnya ia tidak pernah ada di hadapan Kakashi saat ini. Sialan! Sialan! Tangan kanan Sakura begitu berani saat Kakashi tidak merespon ucapannya. Laki-laki itu menikmati setiap sesi meditasi dengan alam.

Jangan lakukan, please!

Terlambat! Jemari Sakura telah menyentuh tato ANBU yang menunjukkan dominasi ninja kelas elit di Konoha. Tidak semua shinobi mendapatkan kesempatan bergabung bersama ANBU. Hanya yang terbaik, salah satunya adalah Kakashi. Sentuhan itu hanya sepintas, namun sanggup menggetarkan hati sang pemilik jemari hingga ia tak sadar bahwa orang yang bermeditasi telah membuka mata dua detik lalu.

"Sakura, jangan percaya seseorang hanya dari pandangan saja. Bisa jadi ia hanya fatamorgana."

Terlalu cepat dan kaget luar biasa, Sakura tidak menguasai kontrol chakra pada aliran darah di kaki hingga ia terjatuh ke dalam kolam. Pakaiannya basah, namun ia lebih malu karena tertangkap basah tengah memperhatikan sang sensei. Mulutnya hendak terbuka, namun tak jadi setelah Pakkun datang tiba-tiba di pinggir kolam air terjun.

"Kakashi, aku—oi, stroberi, kenapa kau ada di situ?"

Sakura mendengus. "Mandi."

Pakkun antusias. "Aku tidak tahu kalau kalian mandi berdua. Kenapa kau tidak ikut terjun ke sini, Kakashi?"

Pertanyaan Pakkun langsung membuat wajah Sakura merona merah karena malu, sedangkan Kakashi tidak berkata apa-apa. Lelaki itu berdiri dan menatap Pakkun sejenak. "Kau sudah selesai?"

"Yep," sahut Pakkun percaya diri.

Kakashi melompat cepat melewati Sakura yang masih mematung di dalam kolam yang hanya memiliki ketinggian kurang 1,5 meter saja.

BlueWhere stories live. Discover now