24.[Nyasar]

55 10 0
                                    

Sagav mengerjapkan matanya pelan-pelan menetralkan cahaya yang meyebar kedalam kamar dari arah jendela.

Menoleh kekanan Sagav melihat Gara dan Kenzo tidur dalam posisi terlungkup. Menoleh kekiri..

"Astafirulah setan!" ujap Sagav kaget mengelus dada. Karena, di sebelah kirinya ada Allan yang tidur menghadapnya dengan mata terbuka.

"Duhh pusing-pusing" ringis Sagav memegang kepalanya, kala merasakan pusing. Mengedarkan pandangannya ada Reza, Aksen yang tertidur di karpet bulu dekat Sofa kamar Kenzo?.

Bukan ini bukan kamar Kenzo, tapi ruang istirahat di kantor papanya Sagav.

"Kok kita divsini, ngapain kita di kantor Papa?" bingung Sagav menggaruk kepalanya yang gatal.

Ceklek......

"Udah bangun lo? Gue kira mati" ujar Aletta yang masuk dengan nampan berisi makanan didalamnya.

Sagav memutar mata malas. "Belum,gue masih tidur. Hhoork" ujar Sagav pura-pura tidur dengan dengkuran keras dibuat-buat.

"Makan nih sub udang. Biar mabuk lo redah. Lo sih, pakek mabuk segala" omel Aletta membuat Sagav memutar mata jengah.

"Gue baru bangun, pala gue pusing,perut gue mual. Lo bukanya di baik-baikin malah di omelin" ujar Sagav mengomeli Aletta balik.

Aletta mendelik. "Mati aja lo, ngeselin banget sumpah" kesal Aletta.

"Btw Ta. Ngapain kita di kantor papa gue. Kenapa gak pulang kerumah Kenzo aja?" tanya Sagav.

"Gara-gara lo lah" jawab Aletta enteng.

"Kok gue?"

"Yah elo lah, kalo lo gak mabuk pasti lo gak bakal muntah. Kalo lo gak muntah Kenzo gak bakal teriak-teriak gaje. Kalo Kenzo gak teriak gaje pasti gak bakal nabrak" cerocos Aletta nafsu. sontak membuat Sagav mendelik.

"MOBIL GUE!!" teriak Sagav langsung meloncat dari kasur, keluar dari ruangan papanya dan turun kebawah.Berlari di koridor kantor lalu keparkiran Khusus mobil.

Sagav bernafas lega. "Alhamdulilah, lo gak papa Baret" ujar Sagav bersandar didepan pintu mobilnya. Baret.

Setelah dia rasa memang tidak ada apa-apa dengan Baret. Sagav kembali berjalan menuju ruangan papanya.

Sagav mengernyit saat semua pegawai kantor papanya menatap Sagav dengan pandangan sulit diartika. Juga yang membuat Sagav bingung sekaligus pede hampir semua kariawan perempuan yang melihatnya dengan mata berbinar.

"Ngapa sih ngeliat gue gitu amat?" bingung Sagav sambil memegang wajahnya. "Apa gue telalu tamvan,sampek mereka gak mau kelewatan ngeliat gue?"pede Sagav tersenyum konyol.

"Apa gue kekantin kantor aja yah,tebar pesona bentar"ujar Sagav menyibak rambut tebalnya yang acak-acakan keatas.

Sagav berjalan kearah kantin kantor.Dengan begitu percaya diri Sagav melemparkan ciuman jarak jauh dan juga kedipan maut kebeberapa kariawan perempuan. Membuat pekikan histeris terdengar.

"ASTAFIRULLAH ANAK PAK DIRTA!!"

"GAK BAPAK GAK ANAK SUBEHANALLAH!"

"KEKAR BANGET SIH, PENGEN AKU PEGANG!"

Sagav yang mendengar itu tentu saja besar kepal. Bahkan hidungnya saja kembang kempis menahan tawa.Definisi ketampanan yang tidak bisa dijabarkan dengan rumus matematika pitagoras. Tidak disekolah, di BAR, dikantor papanya pun Sagav menjadi pusat perhatian bagi setiap perempuan yang melihatnya.

"Teh manis satu, jangan terlalu anget melepuh nanti" ujar Sagav memesan teh hangat manis untuk meredahkan mabuknya.

"Ini tehnya mas" ujar bibi kantin itu tersipu malu-malu dugong.

S A G A VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang