15. Cinta dan Benci

1.2K 360 14
                                    


Desas-desus tentang Pak Jono yang kerasukan menghebohkan satu sekolah.

Untungnya sebelum beliau diamankan oleh guru Agama dan batalion guru-guru lainnya di UKS, Gigi sempat mencabut panah itu. Pak Jono tidak berubah dan masih memanggil-manggil 'bebeb' nya, si Mang Ucup.

"Tingkat kasmarannya berbeda di tiap orang," kata Lulu saat jam istirahat. "Semakin berpengalaman seseorang dengan cinta, semakin kuat dampaknya."

Gigi menyesal kenapa tadi pagi dia begitu terburu-buru. "Maaf, Lulu. Tadi pagi aku terbawa emosi, makanya jadi nggak fokus."

"Nggak apa-apa, Gigi," kata Lulu baik hati. "Aku juga minta maaf karena menertawakan kamu pas pelatihan dan selalu buru-buru menyuruh kamu."

"Cie, cieee..." goda Ciko. "Udah pada maaf-maafan nih. Pelukan dong."

"Nggak usah aneh-aneh deh, Ko. Di mata orang-orang, kelihatannya gue meluk udara!"

"Oh, iya. Betul."

Gigi menunjuk Mak Hasiholan yang sedang sibuk melayani anak-anak. Wanita itu berteriak-teriak galak sambil menunjuk anak-anak yang tidak tertib. "Hoi, antre kau lae! Kau pikir ini kantin mamak-mu?"

Ciko bersandar di tembok dan bersedekap. "Memangnya bisa Mang Ucup naksir sama perempuan kayak gitu?"

"Harus bisa," jawab Gigi. Setelah salah sasaran tadi, tekadnya yang sempat surut terbit lagi. "Kata Amore, kita harus menemukan kelebihan sama kekurangan Mak Hasiholan sama Mang Ucup."

"Tapi apa kekurangan si Mak?" tanya Ciko. "Dia kan setrong begitu."

Sebagai penguasa kantin, nggak ada yang berani melawan Mak Hasiholan. Para preman kelas dua belas yang paling bandel sekalipun bertekuk lutut di hadapan si Mak. Bahkan para guru juga takut kalau si Mak sudah mulai "mengaum". Supaya kalian dapat bayangan betapa perkasanya Mak Hasiholan, bayangkan ibu kalian dalam keadaan marah maksimal, guru paling galak, dan teman paling jutek. Kalau masih kurang, boleh juga tambahkan kemarahan ibu-ibu kompleks yang sampai hari ini belum dapat bansos Corona. Lalu gabungkan semuanya itu dengan ketangguhan seekor singa jantan dan kekuatan selusin badak. Ya, kira-kira seperti itulah.

"Gimana kalau..." Gigi dapat ide. "Kita tanya aja?"

"Maksud lo, Gi?" tanya Ciko dan Lulu berbarengan.

Tanpa memedulikan kebingungan Ciko dan Lulu, Gigi berdeham lalu mendekati Mak Hasiholan. Kebetulan antrean di depan konter si Mak sudah mulai berkurang.

"Mak," sapa Gigi dengan suara dimanis-maniskan. "Boleh nanya sesuatu nggak?"

"Ngapain kau tanya-tanya aku? Kau pikir aku emakmu?"

"Duileh, Mak. Jangan gitu, dong. Aku mau nanya hal penting, nih..."

Mak Hasiholan berpaling dan menatap Gigi dengan tatapan setajam silet. "Apa yang mau kau tanya-tanya ke aku?" Dia bertanya galak. Logat Bataknya yang kental membuat suaranya terdengar tambah garang. "Lagi sensus penduduk kau?"

Ciko dan Lulu mengikuti Gigi di belakangnya karena penasaran.

"Ini aku lagi bikin umm... penelitian," kata Gigi. Dia tergoda untuk bohong tapi cepat-cepat dibatalkannya niat itu. "Tentang perempuan-perempuan tangguh. Mak kan udah terkenal banget di kantin ini."

"Terkenal cantik kan aku ini?" serobot si Mak. "Macam si Raisa itu, ya? Yang artis itu, tau nggak kau? Yang suka nyanyi lagu Batak itu."

MENDADAK CUPID! [TAMAT]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant