27

704 22 5
                                    

Mata Jimin terbuka ketika mendengar tangisan anaknya. Ia segera bangun dan menggendong anaknya yang tadinya berada di keranjang bayi.

Jimin menimang-nimang sembari berjalan keluar mencari istrinya.

Jimin melihat y/n yang tengah memandangi sebuah buket bunga dan perlengkapan bayi di ruang tamu.

"Siapa yang mengirim bunga dan perlengkapan bayi pagi-pagi buta?" Y/n bertanya pada Jimin yang sudah berada di sampingnya.

Jimin melihat secara detail bunga dan perlengkapan bayi tersebut. Ia seperti tak asing dengan label yang berada pada baju bayi itu.

Jimin kembali mengingat-ingat dimana ia pernah melihat label itu.

"Yasudahlah, mungkin temanmu Jimin" y/n bangkit dari sofa dan mengambil alih anaknya yang berada di gendongan Jimin.

Jimin memperhatikan y/n yang pergi meninggalkan Jimin sendiri di ruang tamu. Ia kembali melihat label baju bayi tersebut. Hatinya benar-benar merasa tak enak, sepertinya sesuatu akan terjadi dan benda-benda ini sepertinya memiliki pesan.

*
*
*

"Hyung, jangan melamun, perhatikan langkahmu!!" Kata Jungkook yang hampir saja terbentur dengan Jimin kala melakukan koreografi.

Jin yang melihat itu pun memberhentikan latihan untuk beberapa saat, ia tahu Jimin sedang banyak pikiran.

Jin mendekati Jimin yang sedang duduk termenung di pojok ruang latihan "Apa kabar anakmu?" Jin duduk di samping Jimin dan menepuk pundak Jimin.

"Perasaanku tak enak hyung, aku takut terjadi sesuatu dengan anakku. Sepertinya aku salah telah memperkenalkan dia dengan dunia luar, dunia luar tak seindah bayanganku" Jimin memijit keningnya.

"Ada apa? Jika kau perlu tempat untuk menuangkan perasaanmu, aku akan ada disini untukmu. Jika aku bisa, aku pasti akan memberikan sedikitnya jalan untuk masalahmu, kau ingat, sebelum kau memiliki keluarga kecil, kami adalah keluargamu. Keluarga yang selalu mendengar keluh kesahmu, mendengar cerita konyolmu, menjadi bahu tempat kau bersandar kala kau menerima kekejaman dari dunia ini. Walau kau sudah memiliki keluarga kecil sekarang, kami tetaplah keluargamu"

"Terimakasih hyung, kau memang hyung yang baik" kata Jimin sambil memeluk Jin.

*
*
*

Jimin pulang ke rumah, ia mendapati y/n yang sedang mengendong anaknya menatap lurus pada sebuah kotak besar.

"Jimin, apa kau punya banyak teman? Hari ini begitu banyak hadiah yang kuterima" kata y/n sambil menatap kedatangan Jimin.

"Ah iya, temanku mengirim ini untuk anak kita" jawab Jimin sembari mengelus kepala y/n.

"Ah syukurlah, kupikir ini hanya keisengan seseorang. Sebentar aku akan menidurkan anak kita dan membuatkanmu makanan, kau pasti lapar" kata y/n dan beranjak pergi dari ruang tengah.

Jimin mengambil sebuah sepatu kecil yang lucu dari dalam kotak. Sehelai kertas jatuh dari dalam kotak tersebut.

Selamat atas lahirnya anak keduamu Jimin. Semoga dia tak merasakan apa yang anak pertamamu rasakan. Terimalah hadiah ini, sebagai bentuk rasa benciku padamu dan keluargamu.

Wajah kaget Jimin tak dapat ia sembunyikan, kepalanya berusaha mencerna setiap kata yang ada dalam surat tersebut. "Anak kedua? Anak pertama? Apa maksudnya?"

Jimin mengambil kunci mobilnya dan bergegas pergi tanpa berpamitan langsunf pada y/n. Saat dimobil ia menyempatkan diri untuk mengirim pesan agar y/n tak khawatir.

Mobil Jimin melaju kencang di tengah jalan Seoul. Wajahnya tampak bingung namun menahan amarah. Ia tak habis pikir, setelah badai yang ia terima di keluarganya sekarang ada badai lain lagi yang harus dia hadapi.

After Wedding With Park JiminWhere stories live. Discover now