28

169 10 0
                                    

"TIDAK!! bagaimana bisa aku lupa dengan label itu" teriak Jimin. Mereka berenam menatap Jimin dengan tatapan penasaran.

"Label apa?" Tanya Taehyung.

"Label ini adalah label toko yang aku datangi waktu itu, lalu sepatu ini.." Jimin terdiam sejenak.

Ketegangan terasa di ruangan ini, mereka mendengarkan Jimin dengan saksama. "Sepatu ini adalah barang yang wanita ini beli sebelum keluar dari toko. Aku melihatnya dengan jelas, ini benar-benar sepatu itu!"

"Apa kau yakin? Kita tidak bisa menuduh dengan semudah itu, kau juga tidak punya bukti yang akurat. Semua tidak bisa hanya mengandalkan ingatan" ucap Namjoon.

Jimin semakin pening dengan masalah yang ia hadapi, ia mengacak rambutnya yang berwarna hitam. Rambut yang baru saja ia warnai.

Ini diluar dugaannya, ia kira semakin kesini hidupnya akan lebih mudah. Tapi tidak, ini semakin kacau hingga rasanya Jimin ingin menghilang sehari saja dari dunia ini.

"Aku harus bagaimana?! Aku lelah!" Teriak Jimin dengan lirih.

"Kau harus tenang hyung, mari kita selesaikan ini bersama-sama. Kami akan menbantumu hingga masalah ini selesai" ucap Jungkook sembari mengelus pundak Jimin memberi sedikit dukungan.

"Kuncinya hanyalah kau Jimin, jika kau mampu bertahan dan kuat maka semua akan terselesaikan" tambah Suga yang sendari tadi memandang Jimin iba.

***

"Aku pulang" teriak Jimin yang baru saja sampai di ruang tengah.

Jimin tidak melihat keberadaan y/n sama sekali, pikiran Jimin langsung tertuju pada kamar. Mungkin saja y/n berada disana.

Jimin melangkahkan kakinya menuju lantai dua yaitu kamarnya. Sebelum membuka kamarnya ia mendengar tangisan dari luar. Bukan, bukan tangisan anaknya melainkan ibu dari anaknya.

Jimin buru-buru membuka pintu kamarnya dan mendapatkan y/n yang menangis dengan anaknya di dalam pangkuannya.

Jimin mendekati y/n "Apa yang terjadi?"

Tidak ada jawaban yang dilakukan y/n hanya menangis tanpa menjawab pertanyaan Jimin. Sedangkan anaknya, ia tertidur terlelap seperti tidak terjadi apapun di sekitarnya.

Jimin memeluk y/n namun di tepisnya. Y/n bangun dari duduknya dan mengambil sebuah amplop di atas nakas tempat tidur. Ia mendekati Jimin dan melempar amlpop tepat di wajah Jimin.

"Apa lagi yang akan kau jelaskan sekarang? Aku sudah lelah, benar-benar lelah. Kupikir setelah semua yang kita lewati dan setelah semua drama yang kita buat ini hidup kita akan semakin baik. Aku pikir hidup ini akan seindah drama-drama yang aku tonton. Ketika kau menikah dengan seorang idol yang di gemari oleh banyak sekali perempuan di luaran sana. Aku pikir hidupku akan bahagia, tapi apa?! Aku malah semakin menderita!" Y/n mengeluarkan emosi yang sendari tadi ia pendam.

"Lalu kau menyalahkanku? Kau menyalahkan karirku? Kau menyalahkanku karena aku seorang idol dan kau menikah denganku sehingga hidupmu menderita? Kau pikir hanya kau yang menderita? Akupun merasakan hal yang lebih sakit darimu. Kau!! Kau hanya memikirkan perasaanmu, apa kau pernah bertanya tentang apa yang aku pikirkan? Apa yang aku khawatirkan?? Kau tak pernah melakukannya, aku juga menderita, aku juga lelah tidak hanya kau saja!" Balas Jimin yang juga ikut menangis, Jimin keluar dari kamarnya. Ia berlari keluar rumah dan melajukan mobilnya keluar dari rumahnya.

Sementara y/n, ia mengemas barang-barangnya tidak lupa ia memasukkan keperluan bayinya. Entah kemana ia akan pergi yang ada dipikirannya hanya pergi dari rumah ini. Ia sudah sangat lelah, lelah dengan kehidupan ini.

***

"Jimin sudahlah" lagi dan lagi Jimin mencari hyung tertuanya. Ia tak tahu harus kemana lagi, jika ia mendatangi orang tuanya masalah ini akan semakin besar ditambah umur mereka yang sudah tua akan sangat buruk jika mendengar berita yang sangat tak enak didengar ini.

"Aku harus bagaimana? Aku sudah membentaknya dan sekarang aku meninggalkannya, aku sangat jahat hyung" Jimin menangis sambil memijit pelipisnya.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Jin yang tahu apa hanya mendapati Jimin menangis sendari tadi.

"Ketika aku kembali dari sini dorm aku melihat y/n menangis di kamar, aku sungguh tak tahu apa yang membuatnya menangis, sebelum aku pergi ia sedang menggendong dengan wajah yang gembira. Tetapi ketika aku kembali dia sudah seperti bukan dirinya"

"Apa maksudmu?"

"Dia menangis sambil menggendong anak kami, lalu ketika aku akan memeluknya dia menepis dan pergi mengambil sebuah amplop lalu melemparnya tepat di wajahku"

Jimin menarik nafas lalu melanjutkan ceritanya "Dia berteriak dan mengatakan bahwa dia lelah, dia lelah menjadi istri seorang idol sepertiku"

Jimin kembali menangis ketika mengingat kalimat yang beberapa jam lalu istrinya lontarkan padanya. Begitu menyakitkan jika kembali diingat tapi bagaimanapun dia harus menceritakan pada hyung tertuanya, karena ia sangat percaya lelaki didepannya.

"Amplop? Apa isi amplop itu?"

Jimin tersentak, ia meraba daerah jaketnya. Ia sangat ingat ketika ia memasukkan amplop itu ke dalam kantung jaket sebelum pergi meninggalkan rumah.

Ia menemukannya di dalam kantung jaket bagian dalam. Jimin membukanya dengan terburu-buru. Mata jimin terbelalak melihat isi dari amplop tersebut. Sebuah surat, dua buah foto USG, satu testpack dua garis biru, dan sebuah flashdisk.

"D-d-dia.."


Haiii.. hehee, smga suka ya, maaf klo ada yg typo ya, happy reading..

After Wedding With Park JiminWhere stories live. Discover now