13

3.1K 107 5
                                    


Y/n tersentak ketika bau hangus memenuhi ruangan, ahh tidak, rupanya makanan yang ia masak hangus begitu saja.

"Astaga, aku terlalu banyak melamun hingga menghanguskan makananku. Aigo.. Padahal aku sangat lapar" Y/n bergerak membersihkan makanannya yang hangus.

Y/n mengambil ramyeon dan memasaknya, kadaslah harapannya memakan daging hari ini.

"Ah, aku terlalu memikirkan kejadian kemarin" kata Y/n sembari mengaduk ramyeon nya.

Dari belakang Jimin melihat Y/n sambil tertawa kecil, sebenarnya Jimin sudah tau masakan Y/n hangus tapi dia memilih diam dan memperhatikannya dari jauh. Jimin tau Y/n melamunkan masalah kemarin tapi sebentar lagi Y/n akan merasakan hal yang lebih baik dari sakit hati yang kemarin.

Jimin mendekati Y/n dan melingkarkan tangannya di pinggang Y/n. Y/n tersentak akan tindakan Jimin, dengan keberanian Y/n melepas pelukan Jimin dengan kasar.

"Ada apa?" Ucap Y/n dengan nada dingin, namun hanya ditanggapi senyuman oleh Jimin.

"Apa kau ingin ramyeon? Disana ada ramyeon kau bisa memasaknya" lanjut Y/n dan berlalu ke ruang tamu sembari membawa ramyeonnya yang sudah matang.

Jimin mengikuti Y/n ke ruang tamu, ia duduk di samping Y/n sembari menatapnya dengan lekat.

Y/n yang merasa risih merubah posisi duduknya menjadi membelakangi Jimin. Y/n benar-benar bingung sebenarnya apa yang merangsuki Jimin hingga bertingkah seperti ini.

"Y/n aku lapar" kata Jimin dengan nada aegyo yang menggemaskan.

Y/n menatap Jimin sembari mengunyah ramyeon yang ada di mulutnya.

Y/n kembali memalingkan wajahnya sembari berkata "Sudah kubilang di dapur sudah ada ramyeon, kau bisa memasak itu"

Jimin memanyunkan bibirnya, Y/n benar-benar tak peka dengan tingkah Jimin. Sudah lelah ia membuat aegyo malah di jawab sarkas seperti itu.

"Y/n kau benar-benar tak peka, aku mau makan punyamu" kata Jimin dengan nada cemberut.

"Aish.. Benar-benar menyusahkan!" jawab Y/n namun tetap menyodorkan mangkok ramyeonnya kepada Jimin.

Jimin yang melihat reaksi Y/n hanya tersenyum, rencananya berjalan dengan baik.

"Suapi!"

Y/n memblalakkan matanya, disini yang tak peka dirinya atau Jimin? Apa Jimin tak melihat Y/n sedang marah padanya? Kenapa dia malah bertingkah seolah dialah yang marah pada Y/n, dasar Park Jimin.

"Tidak. Itu sudah ada sumpit makanlah!" titah Y/n.

"Apa kau tega membiarkan suamimu ini kelaparan karena tak disuapi? Lihatlah wajahku, wajahku sudah pucat pasi" ucap Jimin sembari menunjuk wajahnya yang sebenarnya cerah, ahhh Jimin benar-benar pabo.

Karena malas meladeni Jimin, Y/n memilih mengalah dan menyuapinya. Baru saja Y/n mengambil ramyeon dengan sumpit Jimin kembali bertingkah.

"Tidak, aku tak mau dengan sumpit" tolak Jimin.

"Aish,, Jimin berhentilah bertingkah"

Jimin memanyunkan bibirnya "lalu kau mau dengan apa? Tangan? Atau kaki? Mau ku suapi dengan kaki hmm? " ucap Y/n sembari menaikan kakinya ancang-ancang menyuapi.

"Tidak, aku mau kau suapi aku dengan mulutmu" jawab Jimin dengan senyum smirknya.

Y/n bungkam dengan perkataan Jimin, apa maksudnya?

Y/n lalu bergegas pergi ke dapur tanpa memperdulikan Jimin. Jimin yang nelihat pun sedikit kebingungan, dia pikir akan mudah menjebak Y/n agar memaafkannya.

Jimin mendekati Y/n dan memeluknya dari belakang.

"Ada apa? Kenapa kau pergi? Apa aku salah? Maafkan aku, itu hanya sebuah candaan agar kau memaafkanku" jelas Jimin, namun tak ada jawaban dari Y/n.

"Chagiya... Apa aku tak ingin memaafkanku? " masih tak ada jawaban dari Y/n, hingga Jimin membalikkan tubuh Y/n agar berhadapan dengannya.

Jimin terkejut mendapati pipi Y/n yang sudah basah akibat air mata.
Astaga, Jimin membuat wanita yang ia cintai menangis lagi. Bukan, bukan ini yang Jimin inginkan. Ia hanya ingin meminta maaf pada Y/n.

"Kenapa kau menangis? Apa aku melukaimu lagi? " Ucap Jimin parau.

"Tidak" Jawab Y/n dengan nada yang sangat kecil.

"Lalu apa yang membuatmu menangis?"

Tak mendengar jawaban dari y/n, Jimin pun langsung memeluk Y/n memenenangkannya dan memberikan kenyamanan.

"Maafkan aku, aku tahu yang kulakukan salah, tak seharusnya aku berlebihan denganmu. Aku yakin sikapku selama ini sangat kekanakan, tapi kau dengan sabar menghadapiku. Kau benar-benar sabar sampai tingkahku semakin menjadi-jadi" kata Y/n sembari menundukan kepalanya.

Jimin tersenyum kearah Y/n "Pertama aku ingin berterima kasih karena kau mau mengerti posisiku dan yang kedua akulah yang seharusnya minta maaf sebab aku telah membuatmu menangis"

"Tidak, tidak. Kau tidak salah, akulah yang salah" sanggah Y/n

"Dasar keras kepala" kata Jimin sembari memamerkan senyumnya yang manis.

Cukup lama mereka terdiam dan berada dalam kecanggungan setelah sekian lama bertengkar. Mereka masih berada di dapur dan saling berhadapan namun, mereka saling memalingkan wajah. Seperti sepasang kekasih yang baru. Cukup lama hingga Jimin kembali melontarkan pertanyaan.

"Y/n-ah, apa yang kau rasakan selama tidak ada aku, ah, maksudku selama bertengkar bersamaku?"

"Aku? Aku merasa bahagia karena tak ada yang melarangku keluar sepuasku berkumpul dengan teman-temanku dan menggosipkan hubunganmu dengan Seulgi" jawab Y/n dengan bangga dan senyum yang tak lepas dari bibirnya.

"Benarkah? Wah pilihanku untuk meminta maaf ternyata salah besar, kau malah merasa bahagia kala suamimu dalam fase kebingungan stadium akhir memikirkan cara agar kau mau memaafkanku" kata Jimin dengan dramatis padahal yang sebenarnya yang dia pikirkan lain.

"Hhahahaahahaha" Y/n tertawa dengan sangat lantang

"Semudah itu kau percaya?"

Jimin yang melihat itu merasa jengah, terbesit di pikirannya rencana yang kotor. Tanpa pikir panjang Jimin mendorong kecil Y/n agar terhimpit ke meja, melihat hal itu wajah Y/n yang tadi bahagia kini nampak berubah menjadi cemas, takut-takut Jimin akan melakukan sesuatu di dapur.

Benar yang di pikirkan Y/n, wajah Jimin semakin dekat dengan wajah Y/n hingga tak ada batas di antara mereka. Buru-buru Y/n memejamkan mata tak kuat melihat mata Jimin yang menatapnya dengan penuh arti yang tak di mengerti Y/n. Nafas Jimin benar-benar terasa di wajah Y/n, ia kira Jimin akan menciumnya namun tiba-tiba wajah Jimin mendekati telinga Y/n kemudian berbisik.

"I wanna play with you, ayo kita ke kamar" kata Jimin dan menggendong Y/n menuju kamar, sementara Y/n hanya pasrah terhadap perlakuan Jimin. 


.

.

.

.

.

alohaaa.... balik lagi, maaf kalo misalnya di part ini banyak typo ataupun salah kata karena jujur males baca ulang lagi dan lagi pusing ama tugas. jadi, mianhee.... selamat membaca jangan lupa vote dan comment ya.. luv u...

After Wedding With Park JiminWhere stories live. Discover now