04

7.6K 217 15
                                    

Y/n pov

"Chagi berhati-hatilah jangan sampai kau terluka" Jimin mengambil alih alat penyiram tanaman yang kupegang.

Hari ini Jimin libur, ia meminta cuti pada pd-nim dengan alasan menjagaku yang sedang hamil. Dia selalu mengintaiku kemana pun aku pergi, bahkan pagi ini dia tak megizinkanku untuk membuat sarapan, Jimin mengambil alih pekerjaanku selama dirumah. Walau sarapan tadi sedikit asin tapi aku bersyukur dia tidak membunuhku karena makanan itu.

"Oppa biarkan aku bergerak, tak banyak bergerak juga tak baik untuk aku dan anak kita oppa" aku mengeluh karena tingkah Jimin yang tak mengizinkanku melakukan apa pun yang aku mau.

"Ne, aku akan mengizinkanmu asal hal itu tak membahayakanmu dan anak kita ne"

"Kau janjikan tak melakukan hal berat pada saat hamil" lanjut Jimin.

Aku tau dia khawatir tapi sepertinya kekhawatiran dia sangat berlebihan. Tapi aku suka dengan sikap dia yang sekarang, dia begitu perhatian kepadaku.

"Oppa, tidakah seharusnya kita memberitahu keluarga kita tentang kabar bahagia ini? Aku tak sabar melihat wajah bahagia mereka" kataku dengan semangat.

"Ne, aku sudah memberitahu orang tuaku dan orang tuamu, nanti malam mereka akan datang chagi," Jimin masih menyirami tanaman sementara aku memilih untuk duduk di bangku taman belakang.

Aku sangat senang mendengar kedua orang tua kami akan datang, aku sangat rindu dengan ibu sudah lama aku tak bertemu dengannya. Dan saat ibu sudah datang aku akan bertanya pada ibu bagaimana cara mengurus anak.

Jimin telah menyelesaikan pekerjaannya menyiram tanaman lalu datang menghampiriku.

"Chagi ayo kedalam" Jimin menggandengku kedalam.

Kami berdua duduk di sopa depan televisi dengan ditemani makanan ringan yang Jimin siapkan.

Rasanya aku ingin menikmati hari-hariku dengan bermanja dengan Jimin. Jimin duduk disampingku sedangkan aku tidur dengan pahanya sebagai bantal.

Jimin Pov

Tidak ada yang memulai pembicaraan saat ini, kai berdua hanya diam. Tapi karna aku adalah laki-laki disini aku harus memulainya terlebih dahulu.

"Chagi? Apa kau lelah?" tanyaku pada y/n.

"Bagaimana aku bisa lelah jika oppa tidak membiarkan aku bergerak sedikit pun" katanya dengan kesal, aku tau aku berlebihan tapi aku akan tetap tidak memberi dia melakukan pekerjaan berat.

"Apa kau marah? Maafkan oppa chagi" aku mengelus kepalanya yang ada di pahaku, dia sepertinya menikmati elusanku.

"Teruskan oppa, jangan tinggalkan aku" dia tersenyum saat aku melanjutkan elusanku pada kepalanya.

"Aigo,,, aku tak akan meninggalkan istriku tercinta" aku menundukkan kepalaku dan merusaha menciumnya dengan posisi seperti ini, aku mencium bibirnya dengan cepat. Sebenarnya aku ingin bermain lama dengan benda kenyal itu tapi aku takut lepas kontrol dan malah menikmatinya semakin dalam.

Malam tiba, kedua orang tua kami sudah berkumpul dimeja makan. Malam ini kami akan makan bersama, suatu hal yang jarang terjadi karna biasanya meja makan ini hanya aku dan y/n yang menempati tapi kali ini meja makan ini penuh.

Makanan sudah tertata rapi, tadi pagi aku sudah memesan makanan ini agar dibawakan pada malam hari. Aku tak mengizinkan Y/n memasak dan aku pun tak tau cara memasak. Daripada aku membunuh orang yang kusayangi dengan masakanku lebih baik aku memesannya.

"Aigo y/n, kami sangat bahagia mendengar kau hamil. Sebentar lagi kami akan menggendong seorang cucu" ayahku memulai perbincangan di meja makan ini.

Aku melihat y/n tersenyum disela makannya.

"Kau hebat Jimin, bibit yang kau tanam sudah berkembang. Apa kalian sering melakukan hal itu?" sontak aku terkejut dengan pertanyaan ayahku ini, di sangat tenang saat bertanya seperti itu.

"Kau ini jangan bicara seperti itu, lihat Jimin sangat terkejut dengan pertanyaanmu. Terlihat jelas bahwa dia sering menanam benih disana hahahaha" bukannya membela ayah y/n malah mendukung perkataan ayahku.

"Ahh putraku sudah besar, aku harap kau bisa mengurus istri dan anakmu nanti. Jangan pernah kecewakan istrimu karna saat ini dia sedang berjuang mengandung anakmu belum lagi dia akan melahirkan, eomma sudah pernah merasakan apa yang y/n rasakan" ceramah ibuku, aku hanya bisa mengangguk mengiyakan perkataan ibuku.

Setelah lama berbincang kelurga y/n dan keluargaku pamit pulang, y/n sangat merindukan ibunya saat ibunya akan pulang y/n meneteskan air matanya.

"Chagi jangan menangis ada aku disini" aku memeluk y/n dan menenangkannya didalam pelukanku.

"Oppaaa...." ia menangis semakin keras hingga tersedu-sedu.

Segera kugendong y/n dan kubawa ke kamar. Sampai di kamar ku letakkan y/n di ranjang dengan hati-hati.

"Oppa kau mau kemana?"

"Aku akan tidur y/n aku sedang berjalan sebelahmu" ada dengan y/n? Apa ini efek kehamilannya? Dia sangat takut ditinggalkan.

Aku memeluk Y/n begitu juga y/n. Kami berhadapan dan saling menatap.

"Aku mencintaimu y/n, terimakasih telah hadir di hidupku" kataku lalu mencium bibirnya sekilas.

"Aku juga mencintaimu oppa" y/n membalas kata-kataku.

Akhirnya kami memejamkan mata dan larut dalam mimpi masing-masing.

.
.
.
.
***

Hallo jangan lupa vote sama comment yakk

After Wedding With Park JiminWhere stories live. Discover now