BAB 4. Bayang Perasaan

856 633 682
                                    

"Udah sampe mana progresnya?"

Shena mengangkat kepala dari layar komputer dan mendapati Erick yang sedang menarik kursi disebelah dirinya. Kalau dipikir-pikir sudah lewat lima hari sejak insiden pelemparan spidol di kelas itu yang dilatar belakangi pencarian sosok seorang Ando.

"Jauh." jawabnya pendek. "Ibaratnya tuh kayak hubungan gue sama lo ini jauh." Tuh kan, dia sampai ngelantur ngomongnya. Efek kelamaan ngejomblo nih kayaknya. Dipancing dikit, langsung ngelantur.
Erick terkekeh mendengar penuturan Shena. Dasar Shena dari dulu nggak pernah berubah. "Gue disini kok, nggak bisa dibilang jauh dong."

Shena memutar bola matanya jengah.

Ya iya lo disini. Disebelah gue malah. Tapi kan nggak tau perasaan lo ada dimana.

"Nih gue bawain minum. Nggak ke kantin kan lo?" Erick menyodorkan sebotol minuman berperisa jeruk kearahnya. Juga sebungkus snack kentang berukuran besar yang sudah dibukanya diatas meja.

"Widihhh..... tau aja lo gue lagi butuh asupan energi." Shena mencomot snack kentang dari bungkusnya dan mengunyahnya nikmat. "Eiitttt.... tapi gue nggak disuruh bayar kan?" tanyanya curiga.

Erick terkekeh lagi. "Ya nggaklah, khusus itu gue beliin buat lo. Di habisin tuh."

Diam-diam Shena merasa tersanjung mendengar penuturan Erick yang bilang membelikan makanan ini khusus untuk dirinya. Duhh... Erick baik banget sih. Kan malah baper deh jadinya.

"Makasih ya." Shena meminum minuman yang diberikan Erick. Aaahhh....... dahaga hilang seketika. Lega rasanya.

"Yerin mana? Anggota lo juga kan dia?"

"Ke toilet katanya sih tadi."

Erick mengangguk-anggukan kepalanya merespon ucapan Shena tak lama dia mencondongkan tubuhnya melihat apa yang sedang dikerjakan gadis itu. Tangannya menggapai mouse yang berada di sebelah kanan Shena yang alhasil membuat tubuh mereka berdempetan. Darah Shena berdesir. Bahkan dia sampai menahan napasnya karena bau musk dari tubuh cowok itu sangat menginfasi indra penciumannya. Bahkan efeknya juga berpengaruh dalam sistem kerja jantungnya.

Ya allah, cobaan-Mu sungguh berat.

"Udah lumayan bagus nih. Tinggal diperhalus dikit lagi." Erick mengomentari desain brosur acara turnamen mereka. Yang rencananya bakalan disebar ke sekolah-sekolah lain.

"Ini lo buat sendiri?" tanyanya sambil menoleh kearah Shena.

Glek.

"I...i...iya." Tuh kan dia jadi salting. Mana jantungnya kuat banget lagi degupnya. Kalau sampai kedengeran sama Erick kan bisa malu dia. Shena bergerak kesamping melepaskan diri dari kungkungan Erick. Walaupun lebih enak disana sih sebenarnya, tapi kalau dia sampai pingsan sangking girangnya kan jadi berabe juga.

"Eemmm dibantuin Yerin juga." lirihnya. "Bagus?"

Erick tersenyum. "Bagus kok."

Shena mencengkram erat pegangan kursinya. Takut dia bakalan terbang sangking senangnya di puji demikian.

"Siapa yang ngajarin?"

"Otodidak. Liat YouTube. Lagian lo sih, masangin gue sama orang yang lagi keluar kota. Jadi gue ama Yerin sendiri kan yang ngerjain."

Iya, jadi tuh ternyata Ando-Ando itu pasalnya lagi keluar kota. Ada urusan keluarga katanya. Halahh.... palingan juga lagi liburan. Biasa holang khaya bisa aja alibinya.
Makanya pas Shena samperin ke kelasnya orangnya nggak ada. Begitu pun hari-hari berikutnya.
"Maaf ya... Mana gue tau kalo dia lagi keluar kota. Dia-nya juga nggak bilang."

Win-Win SolutionWhere stories live. Discover now