BAB 12. 93,7 FM

113 89 118
                                    

Semakin dewasa seseorang maka semakin banyak cobaan yang dihadapi. Salah satunya cobaan kesabaran. Kesabaran Shena rasanya sudah sampai ditahan minus menghadapi tingkah Ando yang menyebalkan.

Oh ayolah, siapa yang tidak sebal di saat kita sudah menyusun rencana dan berharap rencana itu akan berhasil, tapi malah tiba-tiba rusak hanya dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

Mengingat kembali kejadian dikantin waktu itu ingin rasanya Shena menguliti Ando. Saat ini dia dan Ando tengah berada di ruang tunggu stasiun radio. Menunggu sampai mereka mendapat instruksi untuk ikut masuk bersama penyiar radionya. Seperti yang sudah mereka rencakan bahwa acara promosi ini akan disebar luaskan lewat siaran khusus kaula muda.

Ctak ctek ctak ctek

Shena memainkan ujung pulpen kepunyaannya. Kakinya dia silangkan dan tatapan matanya menatap orang yang sangat dia cekik hidup-hidup di depannya ini. Ughh....

Liat aja gaya sok kerennya ini. Jaket bomber berwarna army yang menutupi kaos hitam dengan jeans hitam sebagai bawahannya. Dia kira ok apa penampilannya.

Ck, HP miring. Pantesan otaknya ikut miring juga. Selesai tugas sialan ini, nggak bakal mau dia berurusan dengan orang tengil kayak gini lagi.

"Biasa aja kali ngeliatin gue nya." Ando mem pause game yang sedang dimainkannya. Dimasukkannya ponselnya itu kedalam saku jaket. Dan pandangannya beralih kepada Shena. "Ntar kalo lo naksir gue juga yang repot."

Shena berdecak. Pede sekali anak muda satu ini.
"Belum di panggil ya?" Ando melihat jam di pergelangan tangannya.
Cih... Pertanyaan nggak bermutu. Kalau udah dipanggil, nggak mungkin mereka masih di ruang tunggu ini.

"Ngomong kek Shen, diam baek lo dari tadi. Sakit gigi tah?" canda Ando.

"Diem lo! Gue masih kesel ya sama lo!"

"Oooo..... Wait, wait, wait. Gue bikin salah apa sampai bikin lo kesel sama gue?

Ugh...... Shena geregetan. Susah ya ngomong sama orang nggak peka kayak gini.

"Salah lo itu kenapa ada disini!"

"Kan buat nemenin lo."

"Tapi gue nggak minta lo temenin."

"Bilang ke Erick lo minta ditemenin promosinya."

"Tapi kan bukan sama lo." Shena mengatur laju pernapasan nya yang terasa memburu. Pengen nangis deh dia rasanya. Niat hati pergi sama Erick malah kayak gini endingnya.

"Lo suka sama Erick."

Bukan, itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

"Hah?!"

Ando tergelak. "Astaga, lo harus liat ekspresi muka lo itu."

Ck, apanya yang lucu sih. Ando masih terus tertawa dalam tiga puluh detik kedepannya. Stress nih orang.

"Udah diem!" Shena mulai kesal melihatnya. Ando berdeham. Menetralkan dirinya lagi. Tapi saat melihat ke arah Shena keinginan untuk tertawa nya muncul lagi.

"Ndo, diem!"

"Hahaha...... Sorry, sorry." Ando berdeham sekali lagi. "Jadi, sudah berapa lama seorang Shena menyukai Erick sang ketua OSIS?"

"Jauh lebih lama dari pada gue kenal sama lo." ucap Shena ketus.

"Hoho sabar, kalem. Gue saranin nih ya mendingan lo berhenti suka sama Erick."

Apa dia bilang? Berhenti suka sama Erick? Dikira perasaan bisa ditawar buat berhenti suka sama seseorang. Nggak semudah itu keleus.

"Kenapa harus?"

Win-Win SolutionWhere stories live. Discover now