BAB 13. Sebuah Insiden

100 49 97
                                    

Riuh rendah teriakan anak-anak terdengar dari arah lapangan basket.

Duk duk duk

Bola berwarna jingga itu terus di oper kesana kemari seiring dengan langkah dan lemparan para pemain. Masing-masing berusaha merebut bola itu dan memasukkannya ke ring untuk mendapatkan poin.

"WWOOOUUUHHH.... "

Teriak para suporter saat bola berhasil masuk ke ring. Pertandingan bertambah seru saat angka di papan penjurian saling susul menyusul.

"SMANSAKA"

"SMANSAKA"

"SMANSAKA"

Teriakan dukungan terus digaungkan agar para pemain bersemangat. Hari ini adalah hari dimana turnamen berlangsung. Ada empat perlombaan yang akan dilangsungkan pada turnamen kali ini yaitu basket, futsal, billiard, dan volley.
Dan hari ini adalah jadwal pertandingan basket terlebih dahulu.


Sudah terbayang kan bagaimana ramainya hari ini? Sudah sebelas duabelas dengan flash sale di supermarket. Kalau disana yang dipamerkan adalah baju, sepatu, dan berbagai macam aksesoris lainnya, disini yang dipamerkan adalah kelincahan dan kecepatan dalam menguasai si bola jingga.

Oh, jangan lewatkan pemandangan tubuh-tubuh atletis yang dibalut dengan kaus buntung seragam khas anak basket itu. Dengan peluh yang menetes di dahi benar-benar menggoda untuk mengelapnya. Rambut yang disugar dengan jari ke belakang, aw.... so sexy.

"Disana kosong tuh Na, duduk disitu yuk." Keduanya juga ingin menonton pertandingan setelah sebelumnya mengisi perut dulu dikantin. Apri menarik tangan Shena untuk mengikutinya tapi ditahan oleh Shena. "Bentar, bentar. Perut gue mules Pri. Gue ke kamar kecil dulu, lo jagain kursi gue, ok? Bye."

Habis berkata seperti itu Shena langsung ngacir pergi. Apri hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Tuh kan, apa dia bilang. Gara-gara kebanyakan makan sambel tuh pasti, dibilangin ngeyel.

Sementara itu Shena akhirnya bisa menuntaskan hajatnya. Ahh lega rasanya. Bress... Shena mencuci kedua tangannya di wastafel. Tumben bener toilet sepi. Biasanya toilet wanita tuh nggak pernah absen pengunjung. Pasti ada aja yang kesini.
Dia mengambil dua lembar tisu untuk mengeringkan tangannya.

Eits... Wait!

Siapa yang dipantulan cermin itu? Rambut berantakan, bibir kering, muka kucel. Oh no....
Pantas saja Apri selalu cerewet soal penampilannya.
"Sumpah, nggak banget kalau ketemu Rama penampilan gue begini."

Disisirnya rambutnya itu dengan bantuan sela-sela jari dan dikumpulkan menjadi satu ikatan. Oles-oles dikit lip balm,
Sat, set, sat, set.... Dah selesai!
Better lah daripada sebelumnya.
Saatnya balik ke lapangan. Pasti tuh anak dah ngomel-ngomel karena dia kelamaan di toilet.

"Udah mulai berani lo ya sama kita?!"

Shena menghentikan langkahnya saat mendengar teriakan itu. Dia menajamkan pendengarnya. Suaranya sih kayaknya dari arah gudang. Waahh.... Ada yang nggak beres nih. Mana koridor sepi banget lagi. Anak-anak yang lain pasti pada nonton pertandingan. Shena berjingkat kaget. Satu suara keras kembali terdengar. Kayaknya ada benda yang jatuh.

Saat tiba di tempat kejadian perkara, terlihat korban tengah dirundung oleh tiga pelaku. Salah satu dari pelaku itu mencengkram kerah baju korban. Mungkin karena merasa tercekik, tangan si korban memegang tangan pelaku agar melepaskan kerah bajunya. Dari raut wajahnya jelas terlihat si korban ini ketakutan setengah mati.

"Assalamu'alaikum!"

Wuuiiih sopan sekali kan dia? Mau nge gerebek aja ucap salam dulu. Bisa masuk MURI nih namanya, dengan headline "penggerebek tersopan".
Hahaha ngawur! Kalo semua orang ngucap salam dulu pas nge gerebek, yang ada oknumnya dah pada kabur duluan lah.
Jelas saja semuanya langsung menengok kearah pintu gudang tempat Shena berdiri. Dan alangkah terkejutnya dia karena korban yang tengah dirundung itu adalah YERIN!

Wah... Wah... Wah...

Nggak bener ini!

Kan biasanya anak OSIS yang ngebully, lah ini malah dibully. Hehehe canda bully.

"Lepasin woy!"

Shena menyentak tangan Gaby dari kerah baju Yerin. Yup, Gaby. Salah satu pentolan sekolah SMANSAKA ini. Anak konglomerat, yang menurut kabar yang beredar ayahnya adalah pengusaha di berbagai bidang bisnis. Yang pergi ke mana-mana dianter dengan supir. Hell, nggak beda jauh dari dirinya sih. Dia juga dianter-jemput sama supir juga kok. Cuma beda kelas mobilnya aja, wkwkwk.

Shena menarik tangan Yerin agar berdiri dibelakang tubuhnya. Yang direspon Gaby dengan senyuman sinis.

"Lo mendingan gak usah ikut campur, Na." ucap Gaby remeh. "Urusan gue bukan sama lo."

Shena maju selangkah mendekati Gaby dan berkata "Tapi sayangnya gue mau ikut campur urusan lo, gimana dong?" tak lupa satu senyuman sinis dia tujukan pada Gaby. Sejak pertama bersekolah disini Shena memang tidak menyukai Gaby. Yang selalu bertingkah bak ratu. Seakan-akan semua orang harus tunduk pada perintahnya.

Gaby mengepalkan tangannya geram mendengar perkataan Shena. Cewek itu selalu saja mengganggu rencananya. Kesal, dia langsung saja menarik rambut Shena saat cewek itu hendak pergi. Tapi siapa sangka, keadaan malah berbalik. Shena memutar tangan Gaby dari rambutnya dan mendorongnya hingga cewek itu terjatuh menabrak dua teman lainnya.

"AAAWWW....."

Teriak ketiganya. "Yaahh... Baju gue kotor." rengek Chika salah satu 'dayang' nya Gaby itu. Cewek centil plus manja. Hobby nya teriak-teriak. Kayaknya dia ini masih satu kerabat sama tarzan. Woy tarzan, bawa pulang gih nih saudara lo kok bisa-bisanya nyasar sampai sini.

"Lo.... " Gaby menunjuk kearah Shena marah. "Apa?" tantang Shena. "Jangan lo pikir sementang lo orang kaya, terus gue jadi takut sama lo ya." lanjutnya lagi. Shena menyentuh ujung rambut Gaby tapi langsung ditepis oleh Gaby dengan kasar. Shena menyunggingkan senyum mengejeknya. Orang seperti Gaby ini nggak pantes buat ditakutin. Harusnya dilawan balik kalau berulah. Orang yang bisanya cuma mengandalkan kekuasaan keluarganya doang.

"Ayo, Rin. Kita pergi."

Yerin mengekori Shena keluar dari gudang meninggalkan tiga pentol korek lembap itu. Ya lembap. Soalnya mereka udah gak bisa nyala karena habis diguyur sebasah-basahnya oleh Shena.

"Bantuin gue berdiri!" titah Gaby pada teman-temannya itu, Chika dan Monik yang langsung bergegas membantu Gaby. Heran, kok mau gitu loh mereka jadi kacungnya mak lampir itu. "Gab... " Monik berkata dengan suara tercekat sambil menunjuk kebelakang rok Gaby.

"AAAA...... Awas lo SHENA!!!!"

Pasalnya saat mereka terjatuh tadi, ternyata tak sengaja Gaby menduduki kotoran gitu dan alhasil menempel pada rok belakangnya. Iyyuuhh.....

Gaby menghentakkan kakinya kesal bercampur jijik. Nggak bakal dia pakai lagi ini rok. "Udah, udah Gab, kita ke toilet ya bersihin rok lo." bujuk Monik dan Chika pun ikut mengiyakan. Rusak sudah harinya.

"Chik, lo pergi ke koperasi beliin gue seragam baru. Udah nggak betah gue pake seragam ini."

"Ok." dengan cepat Chika melesat pergi ke koperasi untuk membelikan seragam yang diminta Gaby.

Memang dari dulu Shena tidak pernah takut akan ancaman Gaby. Malahan selalu saja dirinya yang jadi korban Shena. Seperti ini contohnya. Gaby mengepalkan tangannya erat.
Giginya bergemeletuk menahan amarah.

Ok Shen, kalo lo yang mau ikut campur. Jangan salahin gue, karena ini pilihan lo.




Jeng jeng jeng

Selamat masuk ke semester genap teman-teman semua 👏👏👏

Semangat ngejalanin aktivitas nya.

Yang masih males-malesan karena keasyikan libur kemaren, tenang aja. Bakal ketemu lagi kok masa liburan di semester genap ini 😂😂😂

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 11, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Win-Win SolutionWhere stories live. Discover now