Rintik hujan 44

Mulai dari awal
                                    

Rintik membungkam mulutnya mendengar cerita dari Riana. Ia tidak menyangka jika Elang memiliki masalah sebesar itu.

"Sejak saat itu, Elang selalu menyalahkan dirinya sendiri atas kematian Lexa. Dia selalu mengurung dirinya di kamar. Sampai-sampai dia ingin bunuh diri, kalo aja papinya nggak lihat. Elang mungkin udah nggak ada." Ucap Riana.

Raut sedih Riana berubah menjadi senyuman." Tapi Mami seneng Elang bisa ketemu sama kamu. Kamu bisa merubah sifat buruk Elang."

Rintik menundukkan kepalanya." Rintik nggak nyangka kalo kehadiran Rintik sangat berarti dalam hidup Elang. Rintik nyesel karena jadi orang kurang peka, seharusnya Rintik sadar kalo dari dulu Elang nyimpen perasaan sama Rintik. Elang rela ngelakuin semua itu buat Rintik. Tapi Rintik malah masih berharap sama cowok yang udah jelas-jelas nggak punya rasa sama Rintik."

"Kamu nggak perlu nyalahin diri kamu sendiri. Elang juga sadar kalo kamu cuman cinta sama Langit kan?" Tanyanya.

"Kok mami bisa tau semuanya?" Tanya Rintik.

Riana terkekeh pelan." Mami selalu nguping kalo Elang lagi di kamar."

"Pantes." Ucap Rintik terkekeh pelan.

"Oh ya? Nih ada titipan dari Elang, katanya dia dulu udah janji mau beliin kamu boneka ini." Riana memberikan boneka sapi kepada Rintik.

Rintik menerimanya." Elang masih ingat aja tentang itu, padahal Rintik nggak inget kalo Rintik pernah minta boneka sapi."

"Mami mau ngasih kenapa Elang pergi keluar negeri." Ucap Riana dengan raut wajah serius.

Rintik langsung meletakkan boneka sapi tersebut ke ranjang milik Elang." Kenapa mi?"

Riana menghela nafas panjang." Elang punya penyakit kanker darah."

Deg!

"Ka-kanker darah?"

Riana menghapus air matanya yang akan turun." Iya."

Rintik terduduk lemas di sisi ranjang." Jadi sebab itu Elang pergi? Kenapa Elang nggak bilang dari awal? Rintik selama ini udah salah paham. Rintik kira Elang ninggalin Rintik karena Elang udah nggak mau lagi deket-deket sama Rintik."

"Elang nggak mau nambah beban pikiran kamu. Dia juga nggak mau lihat kamu sedih, kamu orang yang sangat berarti dalam hidupnya."

Rintik menangis terisak-isak." Maafin gue, El. Gue bodoh! Gue nggak bisa bales semua kebaikan lo sama gue. Maafin gue yang nggak bisa bales perasaan Lo. Maafin gue Elang." Batinnya.

Flashback off

Rintik berjalan dengan tatapan kosong, ia mengingat semua kenangannya bersama Elang. Kenapa ia terlambat menyadari semua itu? Seharusnya ia bisa melihat bagaimana cara Elang memperlakukannya. Elang memperlakukannya bak seorang putri, selalu bisa membuatnya tertawa, selalu menghapus air matanya. Huh! Rintik menghela nafas pasrah.

Sorot lampu membuatnya tersadar dari lamunan, ia membelalakkan matanya ketika melihat sebuah mobil mengarah kepadanya. Tiba-tiba seseorang mendorongnya dan membuat Rintik tersungkur di tepi jalan. Rintik meringis memegangi sikunya.

Tatapannya mengarah ke seseorang yang telah menolongnya. Ternyata orang tersebut adalah Ayahnya. Nafasnya tercekat ketika melihat ayahnya yang tergeletak di jalan dengan darah yang mengalir. Rintik langsung berlari dengan tertatih-tatih.

"Ayah hiks... hiks..." Rintik menaruh kepala ayahnya di pahanya, ia tidak peduli dengan segaram nya yang penuh dengan darah.

Alfa tersenyum ia mengusap pipi putrinya." Anak ayah udah besar ya?" Tanya dengan tatapan sayu.

"Ayah kenapa nolongin Rintik? Seharusnya ayah biarin aja Rintik yang ketabrak hiks... Hiks..."

Alfa menghapus air mata putrinya." Anak ayah jangan nangis dong, ntar cantiknya luntur." Ucap terkekeh. Dengan keadaan seperti ini, sempat-sempatnya Alfa menghibur anaknya.

Rintik menundukkan kepalanya merasa bersalah."Ayah, maafin Rintik, selama ini Rintik udah kurang ajar sama ayah hikss... Hiks... "

"Ssttt... Kamu nggak perlu minta maaf, ini semua salah ayah." Ucap Alfa sedetik kemudian ia batuk dengan mengeluarkan darah.

"Nggak ini salah Rintik hiks... Seharusnya Rintik dengerin penjelasan ayah dulu. Rintik sayang sama ayah, jangan tinggalin Rintik hiks... Hiks..."

Alfa tersenyum getir." Jaga diri kamu baik-baik ya. Maaf, ayah nggak bisa jadi ayah yang terbaik buat kamu."

Rintik menggeleng dan memeluk ayahnya." Ayah yang terbaik buat Rintik." Lirihnya. Alfa tersenyum mendengarnya dan sedetik kemudian ia tidak sadarkan diri.






Bersambung…

Wajib voment loh!
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang