Rintik hujan 19

14.4K 1K 59
                                    

Vani berlari menelusuri setiap tempat di sekolah untuk mencari Rintik, tapi ia belum juga menemukan tanda-tanda keberadaan Rintik. Taman yang biasanya menjadi tempat Rintik untuk menenangkan diri, dan toilet yang biasanya digunakan Rintik untuk menangis. Semuanya tidak ada keberadaan Rintik. Ponsel serta tas Rintik masih ada di dalam kelas, Vani bingung harus mencari kemana?

Sebuah ide terlintas di kepala Vani. Ia harus bertanya kepada bunda Rintik. Tapi apa mungkin dia tau? Ah entahlah yang terpenting sekarang adalah mengetahui keberadaan Rintik di mana.

"Halo Tante."

"Ada apa Vani, kok kamu tumben nelfon Tante. Ini kan masih jam pelajaran?"

"Vani mau nanya. Tante tau nggak? Rintik ada di mana?"

"Loh bukannya Rintik sekolah? Emang ada apa sama Rintik? Rintik nggak papa kan, Van?"

Vani menggigit bibir bawahnya. Ternyata Bunda Rintik pun tak tau Rintik ada dimana." Ah iya, Vani lupa. Kalo Vani lagi main petak umpet sama Rintik. Kenapa Vani malah telfon Tante ya? Ya udah kalo gitu Vani mau cari Rintik dulu, dah Tante."

"Eh Vani tunggu!"

"Ada apa tan?"

"Tante minta tolong sama kamu buat nemenin Rintik malam ini. Soalnya Tante harus pergi keluar kota."

"Siap Tante! Dahh."

Tut Tut Tut

Vani memutus telfonnya sepihak." Rintik lo ada dimana sih? Jangan buat gue khawatir. Gue takut lo kenapa-kenapa. Gue takut kejadian itu terulang lagi." Lirih Vani dengan mata berkaca-kaca.

Mata Vani tak sengaja menangkap langit dan Tania yang sedang berpelukan, Tania yang sedang menangis di pelukan Langit. Vani tidak bisa menahan amarahnya, ia langsung berjalan menghampiri mereka.

"Enaknya? Mesra-mesraan di sini seakan nggak pernah berbuat kesalahan sama orang lain." Sindir Vani.

Langit dan Tania sontak melepaskan pelukannya. Tania menghapus air matanya." Van, gue minta maaf. Gue---" Ucap Tania terpotong oleh ucapan Vani.

"Nggak usah drama deh lo. Lo tuh nggak usah pura-pura sedih kek gitu, basi tau nggak?! Gue tau kok, dalam hati lo tuh seneng kan? Lo puaskan udah buat Rintik sakit?!"

"Gue nggak bermaksud buat Rintik terluka, gue hanya ingin perasaan gue di bales sama orang yang gue cintai."  Ucap Tania.

"Lo ingin perasaan lo di bales sama cowok yang lo suka, padahal lo tau kan? Cowok itu udah ada yang punya?! Itu sama aja lo udah hancurin perasaan Rintik, lo lebih mentingin perasaan lo sendiri ketimbang perasaan Rintik! Coba lo ada di posisi Rintik, kuat nggak Lo?!" Bentak Rintik.

"Lo inget kan? Kata-kata Rintik di lapangan?! Butuh pengorbanan buat Rintik ngucapin kalimat itu! Dia masih bisa bilang 'semoga kalian bahagia' coba kalian bayangin! seberapa hancurnya hati rintik saat ngucapin kalimat itu sama orang yang udah hancurin perasaan dia! Dia itu nggak mudah percaya sama cowok! Sekali dia percaya sama cowok, cowok itu malah sia-siain kepercayaan dia! Asal kalian tau ya?! Kalian itu nggak lebih dari sampah." Setelah mengucapkan itu, Vani langsung melenggang pergi.

Tania semakin terisak mendengar perkataan Vani. Langit yang melihat itu langsung mengelus-elus punggung Tania." Udah nggak usah di pikirin." Ucap Langit.

Tania menganggukkan kepala, ia tersenyum ke arah Langit yang juga membalas senyumannya. Lalu ia memeluk Langit erat." Makasih, kamu udah nenangin perasaan aku." Ucap Tania. Langit mengangguk lalu membalas pelukan Tania.

🌿🌿🌿

Rintik berlari memasuki rumahnya. Lalu ia menutup dengan kasar pintu rumahnya. Ia berlari menaiki tangga. Dan membanting pintunya dengan kasar. Semua korden jendela kamarnya di tutup. Kamarnya gelap gulita. Rintik phobia dengan gelap entah kenapa sekarang ia memilih kegelapan.

Prang!

Rintik membanting semua benda yang ada di kamarnya. Toh di rumah ini tidak ada siapa-siapa, jadi tidak akan ada orang yang mendengar."GUE BENCI!" Teriak Rintik.

"Lo nggak ada bedanya sama ayah gue! Gue pikir lo beda! Tapi lo sama aja! Gue benci kalian!" Pekik Rintik dengan memecahkan fotonya bersama Langit.

Rintik terduduk lemas di pojok kamarnya." Gue salah apa sama lo, Lang? Kenapa lo tega mutusin gue? Selama ini gue selalu sabar dengan sikap lo yang selalu acuh sama gue. Gue nggak pernah nuntut lo buat sayang sama gue. Gue cinta sama lo, Lang. Tapi lo nggak! Lo cuma cinta sama Tania, Tania selalu Tania. Apa nggak ada sedikitpun buat gue?"

Rintik menyembunyikan wajahnya di lekukan kakinya." Kenapa kasih sayang dan cinta nggak pernah berpihak sama gue?"

🌿🌿🌿

Vani menatap sendu rumah Rintik yang sepi seakan tidak berpenghuni. Ia berjalan mendekati pintu rumahnya Rintik. Ia mengetuk pintunya siapa tahu, jika Rintik ada di dalam.

Tok tok tok

Merasa tidak ada sahutan dari dalam, Vani kembali mengetuk pintunya.

Tok tok tok

Tidak ada sahutan sama sekali. Vani menghela nafas." Apa Rintik nggak ada di rumah ya? Terus dia ada dimana?" Tanya Vani pada dirinya sendiri.

Ia melirik kearah tas milik Rintik yang ia pegang lalu ia meletakkan tas itu di depan pintu. Ia juga meletakkan kotak yang berisi makanan. Vani menulis sesuatu di bukunya.

Di makan ya Rintik, makanan ini khusus gue beliin buat lo. Awas kalo lo nggak makan!

Sahabat lo yang paling cantik -  Vani♡

Vani menyobek kertas itu lalu menempelkannya di kotak makanan tersebut. Sebelum ia melangkah pergi, ia kembali menatap rumah Rintik." Gue nggak mau lo kayak gini, gue mau lo kayak dulu. Byee Rintik, gue pulang." Batin Vani lalu melenggang pergi meninggalkan rumah Rintik.








Bersambung…

Sengaja aku doble up nya biar cepat cepet kelar nih cerita.
Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART 💕

Rintik hujan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang