5

14.5K 666 14
                                    

Mansion utama Mackenzie

Arthur mackenzie yang kini sudah tampak menua masih tetap gagah dan mempesona, bahkan dia sudah menjadi kakek dari satu cucu.

Sementara Bella kecantikannya seolah tak pernah dimakan usia. Dan itu yang selalu membuat Arthur kerap uring-uringan . Padahal Bella dua berulah kali bilang bahwa dia hanya mencintai suaminya itu. Arthur tetaplah Arthur suami keras kepala yang Posessive

"Kenapa Xavier lama sekali ya" gumam bella.

"Sebentar lagi paling sampai mom. Mungkin dia sedang menghabiskan waktu bersama kekasihnya itu" tawa alleta

"Kekasih?" Tanya Arthur

"Oh ya ampun....Daddy tidak tau, sepertinya Xavier sedang mendekati seorang gadis"

"Apa dia cantik sister?" Tanya Louise anggota bungsu dari klan Mackenzie

"Sangat....dan dia begitu polos dan lugu, sepertinya dia juga seumuran Louise"

Tawa semua orang pecah saat itu. benarkah gadis itu seumuran Louise?? Jika benar seperti nya dunia akan segera berakhir

Sedang asik menertawakan Xavier, suara bariton itu terdengar menggema di ruangan

"Puas menertawakan aku" katanya. Xavier berjalan angkuh dengan lengan kemeja yang sudah di gulung  sampai ke siku.

"Putraku" Bella berdiri untuk menyambut anaknya. Semenjak anak anaknya sudah dewasa mereka memutuskan untuk mandiri. Dan juga hidup mandiri. Apalagi semenjak anak bungsunya, louise memutuskan untuk tinggal di Paris. Bella semakin kesepian.  Makanya jika ada kesempatan seperti ini mereka akan meluangkan nya dengan sangat baik.

"Mommy aku merindukanmu" Xavier memeluk ibunya erat, image kejam dan menyeramkan tidak pernah berlaku pada Bella. Jika pada yang lain dia bersikap datar maka dengan Bella dia tidak malu untuk bermanja ria. Itulah Xavier.

"Mommy lebih merindukanmu"

Bella menuntun Xavier untuk di sebelahnya. Dan kini Bella diapit oleh Xavier dan Louise. 2 pangeran tampannya.

"Tidak ingin menyapa Daddy son?" Sindir arthur

"Hay dad" datar. Membuat alleta dan allard suaminya tertawa geli. Sementara Arthur sudah mendengus tidak suka

"Kau kapan sampai di new York?" Tanya xavier pada adik bungsunya.

"Tadi siang. Aku lupa mengabarimu brother"

"Bagaimana pekerjaan mu?"

"Lancar" jawab louise bangga

"Sudah jangan membicarakan perkejaan" tegur Bella

"Jadi kau pedhofile ee?" Sindir arthur kembali. Xavier menatap daddynya bingung.

Sementara yang lain sudah menahan ketawa. Ejekan Arthur emang sangat pas dengan yang dialami Xavier

"Siapa?" Tanyanya

"Kau?? Gadis seumuran Louise??" Tanya daddynya

Mengerti kemana pembicaraan keluarganya kini, Xavier menatap tajam dugaan tersangka. Siapa lagi jika bukan alleta. Alleta yang di tatap seperti berpura-pura tidak tau

Dia malah mengalihka perhatian dengan mengkambing hitamkan anaknya

"Keiza sudah mengantuk ya, kita tidur  saja ya" katanya. Padahal semua orang tua bahwa mata anak balita itu masih terang, bahkan keizia sendiri sibuk dengan boneka pemberian kakeknya itu.

"Duduk" kata Xavier dingin, saat alleta hendak meninggalkan ruang keluarga

"Ck...kau ini" katanya manja, membuat sang suami geleng-geleng kepala melihat tingkah istrinya.

"Jadi bagaimana? Kata alleta dia sangat cantik. Boleh mommy bertemu dengannya" kata Bella lembut sambil membelai lengan anak sulungnya

"Aku juga ingin bertemu dia" kata Louise antusias

"Tidak. Jangan macam-macam" bukannya ciut Dengan kata kata dingin Xavier louise malah geli sendiri. Ini yang di bilang daddynya. Orang waras akan gila jika sudah jatuh cinta.

"Xavier" panggil Bella

Xavier menghela nafas kasar bagaimana bisa dia mengenalkan queensha, pendekatannya saja belum menunjukan kemajuan.

"Kami belum sampai tahap yang seperti itu mom" jelas Xavier

"Kau terlalu lamban, seharusnya kau bergerak cepat. Kau mau dia diambil orang karna kau terlalu lama mengulur waktu" kini Arthur angkat bicara

Ya Daddy benar bagaimana jika si James patiinson itu alias mantan tunangan queensha mencoba mendekatinya lagi. Sial. Di baru sadar

"Bergerak dengan cepat dan elegan" allard yang dari tadi memperhatikan juga mencoba mengeluarkan pendapatnya.

"Benar kau harus bergerak cepat, sebelum aku melangkahimu untuk duluan menikah" kata Louise

Mereka kembali menertawakan Xavier. Tampak wajah kesal menghiasi wajah tampan dan gagah itu. Arthur masih memandangi putra sulungnya. Dia seolah kembali pada pusaran waktu bagaimana dulu dia berusaha mendapatkan hati istrinya.

"Oh iya...aku punya sesuatu" Xavier memberikan bingkisan kecil itu pada Bella

"Apa ini?" Bella membuka dan dia terpana

"Suka?"

"Ini anting ini sangat indah sayang. Terimakasih" Bella memeluk Xavier dengan sayang

_____

" Ya ampun aku lelah sekali" queensha meregangkan otot-ototnya yang kaku.

Baru saja matanya ingin terpejam dering telfon sudah mengganggunya

"Mm...queensha disini" gumamnya malas

"Kau ada acara besok?"

"Tidak"

"Bisa kita bertemu?"

"Hm..." Gumam Bella, sungguh dia sangat mengantuk.

"Aku merindukan mu my moon" kata orang diseberang sana...

Tunggu dulu. My moon. Bosnya tidak mungkin memanggilnya itu. Hanya satu orang yang memanggilnya dengan itu.  Mata Bella langsung terbuka, rasa kantuk yang tadi melandanya menguap enta kemana

Di lihatnya layar ponsel yang masih terhubung itu. Nomor baru. Siapa lagi. Kesalnya

"Ini siapa?" Katanya

"Aku ....James" rrrr....dari mana pula si mantan tunangan ini mendapatkan nomornya. Kesalnya.

Dengan rasa kesal yang memuncak queensha dengan cepat mengakhiri panggilan telfon itu.dan mengubur dirinya dibawah selimut tebal miliknya. Bersiap untuk tidur. Dia sudah amat lelah

LIMERANCEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt