2

18.5K 831 2
                                    

Queensha sudah sampai flat kecil miliknya, dia baru bekerja setengah hari namun lelahnya seperti bekerja berhari-hari tanpa istirahat.

Bosnya itu selalu menyuruh ini dan itu, kesana ke kesitu. Membuat queensha pusing. Seperti saat dirinya akan pulang bosnya itu meminta dirinya untuk menemani dirinya makan. Tanpa berbasi basi menawarkan makanan itu pada queensha. Sialan emang

Selesai mandi queensha mulai memanjakan kulitnya dengan rangkaian produk kecantikan. Mulai sekarang dia akan menjaga penampilannya agar tidak mempermalukan bosnya.

Selesai dengan ritual kecantikan, queensha mulai melangkahkan kakinya keruangan sebelah kamarnya, membuka kunci lalu menutupnya kembali. Tidak satu orangpun yang queensha izinkan masuk ke ruangan itu. Karena itu merupakan privasi dirinya.

Lama mencari ide untuk ia tuangkan, namun tak kunjung dia dapatkan. Kini queensha mencoba mencari ide dari sebuah buku yang dibacanya, berharap imajinasinya akan seliar biasanya

Baru dua halaman di bacanya telfon nya sudah berdering, dengan nomor yang tidak dikenalnya. Malas menanggapi nomor baru itu. Queensha mengabaikannya dan kembali membaca buku itu. Namun baru sebentar dia mengumpulkan fokusnya, telfonnya kembali berbunyi dengan nomor yang sama. Queensha melihat jam di dinding ruangannya sudah pukul 10.00 malam. Siapa orang yang kurang kerjaan menelfon seorang gadis di larut malam seperti ini

Lagi lagi queensha mengabaikannya. Dia bahkan membuat hpnya dalam mode silent. Dia merasa tenang ketika tidak ada hal yang mengganggunya.

Cerita didalam buku itu sangat menarik. Membuat queensha larut terbawa arus cerita. Bagaimana digambarkan seorang ibu harus rela kehilangan suaminya demi menyelamatkan anaknya. Wanita itu rela kehilangan suaminya yang bersanding dengan wanita lain. Agar sang wanita pemeran antagonis itu tidak melukai buah hatinya.

Queensha membayangkan dirinya seperti itu. Sudah dipastikan dia tidak akan sanggup.

"Semoga aku dijauhkan dari hal seperti itu" doanya. Bagaimanapun hidup bersama suami dengan anak di tengahnya, akan lebih membahagiakan.

Dari situ seolah olah ada lampu di atas kepalanya, menandakan dia baru saja mendapatkan sebuah ide.

Dengan lihai dia menuangkan satu persatu cat yang butuhkan menyiapkan peralatan serta kanvas untuk memulainya.

Ya meskipun queensha seorang lulusan terbaik menajemen bisnis, nyatanya dia juga merupakan pelukis yang handal. Jiwa seni dan bakat melukis itu di wariskan oleh sang papa yang merupakan seniman terbaik di negaranya.

Queensha mulai memoles cat itu dengan kuas ditangannya, sibuk mencoret-coret sana dan sini. Kali ini dia ingin melukis seorang wanita, dengan sang anak yang bermain di sebuah padang rumput di temani dengan senja yang menyilaukan namun enggan untuk dilewatkan.

Dalam lukisan itu queensha menuangkan seluruh perasaannya. Imajinasinya mulai liar ketika melukis, membuat siapapun yang memandang lukisannya akan terpesona, dan hanyut di dalamnya.

Sentuhan terakhir seperti biasa, queensha akan menyematkan namanya di pojok sebelah kanan bawah lukisannya.
Puas dengan hal itu, queensha membereskan semuanya, kali ini dia sungguh harus beristirahat karena dia besok akan memulai bekerja yang sesungguhnya.

Dia kembali mengambil hp nya dan menuju kamarnya, sebelum mengaktifkan kembali hpnya ke mode dering, mata queensha seolah ingin lepas dari tempatnya melihat 122 penggilan tak terjawab serta 60 pesan masuk. Gila...siapa yang menerornya hingga seperti ini

Dan oh my God. Rasanya untuk kesekian kali matanya kali ini benar benar akan keluar, ketika membaca bahwa nomor itu adalah milik bosnya

"Kau sudah sampai?"

"Kenapa tidak diangkat"

"Aku Xavier. Angkat telfon ku"

"Queensha"

Dan beberapa pesan sejenis itu. Queensha menggigit jarinya, kembali menscroll layar hpnya membaca satu persatu pesan yang memborbardir hp nya itu.

Suara dering hp membuat queensha terkejut dan dengan reflek melempar hpnya, astaga.

Sambil menormalkan laju jantungnya, queensha menarik nafas dengan perlahan menyiapkan telinga dan hati karena akan menghadapi kemarahan bos besarnya itu. Dengan pelan dia menggeser tombol berwarna hijau itu lalu berkata

"Hallo"

"Kau dari mana saja ha?" Bentak Xavier. Membuat queensha menjauhkan hp itu dari telinganya.

"Queensha" panggil xavier

" Maaf tuan, aku tidak tau kalau itu nomor anda" jawabnya lugu.

"Kau..." Geram Xavier

"Aku akan menyimpan nomor anda, dan akan mengangkatnya sebelum dering ke tiga" ucap queensha, dia merasa bersalah pada bosnya

" Kau sudah di rumah kan?" Tanya xavier

"Sudah" jawab queensha

Keheningan muncul, Xavier masih ingin mendengar suara queensha, sedangkan queensha saat ini sudah mengantuk berat. Matanya tidak mau dia ajak kompromi.

"Tuan...apakah ada hal penting"

"Kenapa?" Tanya xavier

"Aku sangat mengantuk" setelah itu queensha jatuh tertidur, mengabaikan Xavier yang memanggil namanya, namun hanya di balas dengkuran halus milik queensha.

____

Xavier masih tidak percaya dengan ini semua, dia diabaikan oleh sekretaris barunya, Xavier yakin jika wanita diluaran sana yang menerima telfonnya mereka bahkan akan berteriak heboh.

Namun dengan gampangnya queensha mengabaikan telfonnya, bahkan dia sanggup tertidur disaat seorang Xavier dari keturunan Mackenzie masih menelfon nya.

Senyum Xavier terbit, kali ini senyum geli yang sangat lebar. Membayangkan wajah gadis itu membuatnya tidak sabar untuk bertemu dengan pagi.

Dari awal bertemu queensha, Xavier memutuskan bahwa gadis itu adalah miliknya, hal itu adalah mutlak dan tidak bisa di ganggu gugat.

"Xavier...Xavier..." Xavier berdiri ketika mendengar suara yang dikenalnya. Dengan cepat dia berjalan menuruni anak tangga. Benar saja dia melihat kembarannya itu dengan gadis berusia 3th di gendongannya

"Kenapa kau kesini malam malam alleta"tanya xavier. Ini bahkan sudah dini hari. Dan kembarannya datang bersama anaknya. Astaga

"Aku sedang bertengkar dengan allard, aku sungguh membencinya" bukannya menenangkan Xavier menatap malas kembarannya itu.

Karena setiap mereka bertengkar alleta akan selalu mengatakan dia membenci suaminya. Allard. Lalu besoknya dia akan kembali bermesraan tanpa tau malu.

"Kenapa kesini?" Tanya xavier lagi

"Lalu aku harus kemana? Jika aku kerumah Daddy, aku yakin allard akan mati di tangan Daddy" katanya ketus

"Kau bilang kau benci dia, jadi biarkan saja dia mati" cuek Xavier

"Really? Kau ingin melihat aku menjadi janda Xavier?" Teriak alleta tak terima

Hal itu sukses membuat  anaknya menangis bocah kecil itu menangis saat dia mendengar teriakan mommy nya.

"Cup...cup..sorry sayang" gumam alleta

"Istirahat lah di kamarmu" kata Xavier

Alleta meninggalkan Xavier begitu saja. Membuat Xavier menggeleng atas tingkah kekanakan saudari kembarnya. Alleta sudah menikah bahkan sudah memproduksi anak yang saat ini berusia 3th. Namun tingkahnya masih saja manja dan kekanakan. Bahkan Louise adik bungsunya lebih dewasa dari pada alleta.

Xavier sudah bersiap untuk tidur. Sebelum menajamkan matanya, dia kembali terbayang wajah gadis yang satu hari ini cukup mengganggunya

"Selamat malam queensha" gumamnya

LIMERANCEWhere stories live. Discover now