17

9.4K 410 5
                                    

Xavier menunggu dengan tidak tenang, bayangan kejadian tadi siang begitu melekat di hatinya.

Bahkan dia masih memandang tangannya yang tersisa darah queensha disana.

"Semua akan baik-baik saja. Mommy percaya queensha adalah gadis yang kua. Dia tidak akan menyerah dan meninggalkan mu"

Xavier hanya diam. Dia juga berharap seperti itu. Queensha nya adalah gadis yang kuat. Queensha bilang dia mencintaiku maka pasti dia akan kembali padaku. Pasti. Pikir Xavier.

Berjam-jam lamanya Xavier dan yang lainnya menunggu, akhirnya dokter itu keluar juga. Dengan wajah muram dan tampang lelah. Dokter paruh baya itu memaksakan senyum di bibirnya. Siapapun akan tau itu adalah senyum yang dilandasi rasa bersalah

"Bagaimana kekasihku?" Xavier orang pertama yang mendekati dokter itu. Dia ingin segera tau bagaimana keadaan kekasihnya saat ini.

"Kami sudah berusaha sebaik mungkin..tapi"

"Jangan katakan omong kosong, atau aku benar-benar akan membunuh mu disini" tatapan tajam serta omongan yang serat akan ancaman itu Xavier layangkan untuk dokter itu

"Xavier" tegur Arthur

"Maaf tuan, kecelakaan itu membuat beberapa tulang nona queensha patah. Benturan yang dialaminya sangat kuat. Terutama di bagian otak"

Xavier masih mencerna semua perkataan dokter tua itu. Takut? Tentu saja dia tidak akan pernah siap untuk kehilangan queensha.

"To the point saja brengsek" geram nya. Membuat dokter itu menelan ludah dengan susah payah.

"Nona queensha Koma, kita hanya bisa berdoa untuk kesembuhannya. Namun lagi, harus saya sampaikan kabar pahit lainnya. Kemungkinan dia akan melupakan semuanya atau kita sebut saja amnesia"

Bak petir disiang hari. Bahkan Xavier kini tak mampu berdiri dengan benar. Untung saja Arthur dengan sigap menopang tubuh putra sulung nya itu.

"Kau bohong kan? Dia tidak akan melupakan ku kan?" Tanya Xavier beruntun

Bella sendiri sudah menangis di pelukan alleta, yang baru saja datang. Dia langsung menuju rumah sakit saat mendapat kabar queensha kecelakaan.

"Maafkan kami"

Bugh...

Semua terkejut saat tiba tiba seorang pria memukul Xavier dengan brutal.

"Gara gara kau queensha seperti ini brengsek. Kau begitu bodoh tidak bisa melindungi dia"

Bughhh

" Xavier..." Teriak Bella saat melihat anak sulungnya dihajar oleh seseorang. Beberapa orang suruhan Arthur datang  mencoba memisahkan Xavier dan orang itu. James

"Kau jangan ikut campur urusanku" balas xavier, tonjok menonjok pun tak terelakan, hingga dengan paksa dan keras para bodyguard itu sukses memisahkan mereka.

"Siapa kau?" Tanya Arthur dingin. Wajahnya mulai memerah percis seperti Xavier jika murka. Gen tidak bisa berbohong bukan.

"Tunangan queensha" semua orang terkejut.

Tunangan??

"Cih..mimpi saja kau. Tunangan? Katamu? Kau hanya mantan tunangan yang berani-beraninya bermain api di belakang kekasihku

"Sudah cukup. Ini rumah sakit. Kalian akan menganggu ketenangan pasien lain" alleta angkat bicara.

"Saat ini kita harus fokus untuk kesembuhan queensha. Maslaah itu kalian bisa menyelesaikannya ketika queensha sembuh nanti".

"Aku akan membawa queensha kembali ke Rusia" Xavier mantap nyalang james.

"Hahaha....Rusia katamu? Queensha ku akan disini bersamaku" tawa dan perkataan dingin Xavier terlihat mengerikan.

"Kau tidak tau apa-apa tentang queensha tn. Mackenzie"

"Kau yang tidak mengerti. Tau dirilah dan enyah dari kehidupan kami"

Alxavier memberi kode untuk orang-orangnya membawa James keluar dari rumah sakit ini

" Bawa dia. Kalau perlu kirim saja ke neraka" ucapnya

"Brengsek kau Xavier, aku akan kembali merebut queensha darimu" teriak james.

"Kau tidak papa sayang" Bella membelai wajah lebam anaknya itu. Betapa takut dan khawatirnya dia saat ini

"Ini fine mom" Xavier hanya tersenyum samar

"Kami aja memindahkan nona queensha keruangan nya tuan mackenzie" ucap dokter dan beberapa perawat yang masih berdiri menyaksikan drama yang terjadi tadi

"Baiklah"
____

Aku masih setia menemani queesnha saat ini, ketakutan terus menyelimuti hatiku. Sanggupkah aku menerima fakta queensha melupakanku?

Jawabannya tidak. Doa terus ku rapalkan dalam hati. Berharap vonis dokter adalah kesalahan.

"Istirahatlah, Daddy dan mommy akan menjaga queensha"

"Lebih baik daddy dan mommy kembali saja. aku bisa menjaga queensha" saat ini aku tidak bisa percaya siapapun. aku akan melindungi queensha dengan tangan ku sendiri.

"Xavier, apa Daddy pernah cerita tentang Daddy yang hampir saja kehilangan mommy mu?"

Aku mendongak, memandang wajah ayahku, lalu menggeleng pelan. Aku tidak pernah mendengar cerita itu sebelumnya. Yang aku tau dari cerita kakek dan nenek ku adalah betapa tergila-gilanya seorang Arthur mackenzie remaja dengan gadis yatim piatu yaitu mommy ku.

"Dulu sekali, Daddy hampir ditinggal mommy mu. Bukan ditinggal ke negara berbeda lagi, seperti saat dia merajuk" ku dengar Daddy terkekeh, mungkin membayangkan masa lalunya

"Mommy mu hampir meninggalkan Daddy ke dunia lain, dunia yang berbeda" aku terkejut, ditambah suara Daddy yang berubah

"Kenapa? Apa yang terjadi?"

"Di hari pernikahan kami, seharusnya saat itu menjadi momen bahagia bagi kami. Tapi naas wanita gila itu. Wanita yang dulu sempat Daddy tolak dan permalukan, menembak mommy mu. Rasanya jantung Daddy saat itu berhenti berdetak, saat melihat mommy mu berjalan ke altar dengan gaun putih beserta noda merah. Kau tau Xavier, Daddy berfikir betapa tak bergunanya aku saat itu. Daddy selalu menyalahkan diri sendiri. Daddy berkoar-koar mengatakan tidak ada yang bisa menandingi rasa cinta Daddy pada mommy mu. Tapi nyatanya..."

Kulihat Daddy kembali menarik nafas. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Kau tau paman ardhan kan?"

"Tentu, kita sering sekali mengunjungi makam nya" Daddy dan mommy selalu mengajak aku dan adik- adikku ke London saat libur sekolah

" Paman ardhan lah yang melindungi mommy mu. Kami mencintai wanita yang sama. Dia bahkan merelakan nyawanya agar Bella saat itu bisa menuju altar menemui Daddy. Mommy koma selama berbulan-bulan. Dokter saat itu hampir menyerah. Bella banyak kehilangan darah, di tambah darahnya yang langkah. Belum lagi kami sudah sedikit terlambat membawanya"

"Lalu?" Aku penasaran dengan cerita selanjutnya.

"Saat itu Daddy hampir ingin menyusul mommymu. Buat apa hidup jika sumber kehidupan ku pergi? Namun satu yang kusadari Bella pasti akan kecewa jika aku melakukan hal bodoh itu. Dia sudah berusaha kuat untuk menuju altar. Bukankah itu sebagai bukti bahwa Bella sangat ingin hidup bersamaku. Saat itu keyakinan ku kembali tumbuh. Aku selalu berkata Bella akan kembali, lalu kami akan bahagia dengan rumah tangga kami."

"Dan kita bahagia" kami tersadar saat suara lembut itu terdengar. Mommy berjalan ke arah kami dengan senyum lebarnya

Dia duduk disamping daddy dan menggenggam tangan suaminya itu

"Ya kau kembali padaku"

"Daddy harap dari kisah kami, kau dapat mengambil pelajaran, ini awal kisah kalian. Ini ujian untuk cinta kalian maka bertahanlah" aku mengangguk

Benar aku akan selalu bertahan, aku yakin queensha akan kembali padaku. Jika dia melupakanku maka aku hanya perlu berjuang lebih banyak lagi.

LIMERANCEWhere stories live. Discover now