13

11.5K 538 9
                                    

Xavier menekan tombol interkom dari ruangnya

"Queen...keruangan ku"

Queensha masuk, dia melihat Xavier yang begitu serius dengan kertas kertas itu.

"Ada apa tuan?"

"Sudah berapa kali ku bilang jangan panggil aku seperti itu" kata Xavier.

"Tapi ini dikantor"

"Dan kantor ini milikku. Aku tidak suka kau memanggilku seperti itu"

"Ya..ya terserah padamu saja. Ada apa memanggilku?" Queensha sangat malas berdebat saat ini.

"Tolong periksa dokumen ini ya, aku banyak sekali pekerjaan"

"Baiklah"
Namun disaat queensha ingin kembali kemejanya Xavier menarik tangannya hingga queensha terduduk dipangkuan Xavier. Tidak ingin membuang kesempatan Xavier menciumi leher jenjang dan putih milik queensha. Aroma buah bercampur vanila membuat segar sekaligus menenangkan untuk Xavier. Rasa lelahnya dari tadi langsung menguap begitu saja

"Xavier jangan" suara parau queensha membuat Xavier lebih bersemangat menciumi leher jenjang itu, sesekali Xavier menjilat sensual membuat queensha merinding.

"Astaga" dengan spontan queensha berdiri menatap horor Xavier. Xavier sudah menggeram marah, karna queensha menjauhinya saat dia sedang menikmati momen yang langkah

"Mendekatlah queen" titahnya arogan

"Tidak" tegas queensha

"Queensha" queensha takut melihat tatapan tajam Xavier,. Ditambah muka yang memerah rahang yang mengeras serta suara yang memanggil namanya dengan dingin.

"Kau...itu" queensha malu mengatakannya.

"Apa" Xavier masih tak menyadari hal apa yang membuat gadisnya itu salah tingkah

"Ck...itu"

"Yang jelas sayang. Aku tidak mengerti "

" Dasar bos mesum. Lihat saja dibawah mu itu" teriak queensha lalu berjalan ke arah pintu, tidak lupa queensha menutupnya dengan kasar membuat Xavier heran.

Dengan bingung dia melihat kebawah tawanya lepas, sungguh sangat langka pemandangan melihat xavier tertawa

"Jadi dia melihat adiku yang mengeras, kau nakal sekali" kata Xavier tersenyum bangga

Queensha sendiri sudah menggerutu di mejanya. Sungguh luar biasa tingkat kemesuman xavier itu.

"Queensha" queensha kaget saat James berada didepannya. Dia langsung menatap takut pintu ruangan Xavier.

"Kau mau apa kesini" bisik queensha

"Ada yang perlu ku bahas dengan Mr.mackenzie"

"Pekerjaan ? "

"Maybe" queensha menaikan alisnya. Maybe. Ambigu sekali batinnya

"Ayo aku antar"

Tok...tok
Queensha masuk di ikuti James dari belakang

"Sayang masuk saja" Xavier belum melihat dengan siapa queensha berjalan

"Tuan ada yang ingin bertemu"

"Ck sudah kubilang..." Omongannya berhenti ketika melihat siapa yang datang.

"Sialan mau apa kau kesini ha?" Teriak Xavier

"Aku hanya ingin membahas masalah kerja sama kita" kata James santai

"Bicara saja dengan orang kepercayaaku" ketus Xavier

"Tidak bisa aku harus bertemu dan membahas langsung dengan mu, ku harap kau bisa profesional. Bukan begitu queesnha?" Tanya James tiba-tiba

"Eh...itu..iiya" entah mengapa queensha menjadi gagap seketika

Kini 30 menit sudah queensha meninggalkan James dan Xavier berdua diruangan. Dia khawatir akan terjadi baku hantam lagi didalam sana. Dia menunggu didepan pintu...berjalan dengan gelisah terkadang dia menempelkan telinganya berharap bisa mencuri dengar pembicaraan mereka

Namun tubuhnya oleng kedepan saat tiba-tiba pintu terbuka, untung saja dengan sigap James menangkapnya

"Lepaskan kekasih ku brengsek" Xavier langsung menarik queensha ke pelukannya, dia tidak akan rela orang lain menyentuh tubuh gadis pujaannya.hanya dia yang berhak

James melihat queensha yang berada diperlukan Xavier, mencoba menahan kegilaannya, dia marah dia cemburu. Namun dia pria dewasa yang tak ingin bersikap kekanakan.

"Lain kali hati hati queensha. Kurangi sikap cerobohmu. Kau selalu saja begitu" nasehat James lembut

"Tidak perlu mengajari dan sok perhatian. Dia adalah urusanku. Urus saja urusanmu itu" Xavier sudah muak sekali. Jika tidak karena pekerjaan malas sekali dia kembali bertatap muka dengan pria yang sangat jelas sekali masih mencintai gadisnya itu

"Sudah lah hentikan" kata queensha

" Aku pamit " James tidak tahan melihat Xavier yang terus memeluk queensha. dia ingin sekali mengahajar Xavier namun lagi lagi dia berfikir cara seperti itu sangat kekanakan

"Kau terluka?" Xavier memeriksa tubuh queensha membolak-baliknya untuk memastikan queensha baik-baik saja

"Tidak. Sudah hentikan. Aku pusing" kata queensha

"Kau harus dihukum" kata Xavier membuat queensha bingung

Sedetik kemudian Xavier melumat bibir yang menjadi candunya. Sangat pas dan mania Xavier suka itu.

___

"Kenapa wajahmu kusut seperti itu?"

"Aku tidak suka queensha bekerja disana" curhatnya

Saat ini James sedang menemui logan. Mereka makan siang sekaligus membahas beberapa projek yang akan mereka lakukan.

"Kau sudah lama bertemu dengannya?" Logan penasaran sejak kapan James kembali bertemu dengan gadis itu

"2minggu lalu aku bertemu dengannya, dan kau tau aku sangat bahagia"

"Dia tidak membenci mu lagi?"

"Aku sudah menjelaskan padanya apa yang terjadi saat itu. Meski aku tau tidak akan mudah untuk hubunganku dan dia kedepannya. Tapi aku akan berusaha mendapatkan dia lagi logan." James begitu berapi api saat ini semangat nya kembali terpacu setiap kali mengingat queensha

"Kau yakin akan memiliki dia" ucap logan sarkas

"Tentu"

"Kita lihat saja nanti" logan tersenyum. Sekilas mungkin tampak biasa saja namun kali ini senyun pria itu tampak memiliki arti

"Oh iya bagaimana hubunganmu dengan wanita itu?"

"Aku tidak memiliki hubungan apa apa James. Dia hanya partner kerja ku saja"

"Jangan berbohong. Dia cantik dan kelihatannya juga baik. Kalian sangat cocok"  James heran, logan adalah pria yang tampan dan mapan. Dia merupakan CEO dari sebuah agensi yang menaungi banyak artis terkenal Hollywood namun tak pernah sekalipun logan membawa bahkan memperkenalkan kekasihnya

"Lebih baik denganmu" logan berkata seraya bercanda dan tertawa

"Yang benar saja aku masih normal brengsek" logan mengedikan bahunya kemudian sibuk dengan ponsel ditangannya

"Kau masih mencintai gadis itu?" Tanya logan serius

"Sangat. Aku sangat mencintainya" logan terdiam memandang dalam James. Logan hanya mengangguk, tanda mengerti

"Dia gadis yang beruntung"

LIMERANCEWhere stories live. Discover now