13. Karya Abang Bule

3.3K 303 22
                                    

Joanna menyesal. Sungguh sangat menyesali janji palsunya beberapa menit yang lalu. Dia pikir akan berhasil mengelabuhi Ayden seperti yang sebelum-sebelumnya. Ternyata tidak.

Pria itu bahkan ikut masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam. Dia juga rela menungguinya sampai selesai mandi. Lalu apalagi yang bisa dilakukannya selain pasrah dan menerima hukuman atas kelincahan lidahnya?

Joanna semakin pasrah dan wajahnya pias saat pakaian yang akan dijadikannya senjata kini lenyap entah ke mana. Dia yakin pasti Ayden yang telah membuangnya saat dia mandi tadi.

Ayden menyeringai mesum melihat kepasrahan di wajah manis Joanna.

Ekhem.

Ayden berdehem kemudian menepuk-nepuk paha kanannya memberi isyarat kepada Joanna agar duduk di pangkuannya. Meski ragu, Joanna tetap mendekat juga.

"Gak lapar kau bang?" Tanya Joanna yang mengabaikan tatapan mengintimidasi Ayden. Dia mengusap perut ratanya, "aduh lapar sekali aku, takutku kambuh asam lambungku kalau terlambat makan." Ujarnya mencoba mengalihkan perhatian.

Tak sesuai ekspektasi, pria itu tampak tak menghiraukannya. Joanna menjadi kesal dan merasa malu karena diacuhkan seperti ini.

Tok.tok.tok.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Joanna mengernyit, tidak biasanya ada orang yang datang di saat jam segini.

Alangkah terkejutnya Joanna saat mengetahui bahwa yang datang adalah seseorang yang mengantarkan makanan. Ayden telah mengantisipasi segala kemungkinan yang akan dilakukannya termasuk alasan belum makan.

Sialan. Tapi enak.

"Abang tahu darimana kalau aku suka makanan di nelayan? Minumannya pun pas kali sama kesukaanku, Matcha Mousse Chatime." Joanna membongkar semua makanan dan minuman itu dengan tatapan berbinar.

"Apa sih bang?"

Ayden merebut cepat minuman yang sudah ada di genggaman Joanna membuat gadis itu melayangkan tatapan protesnya.

"Yee. Siapa bilang aku memesan ini semua untuk kamu?"

Joanna kembali merebut minuman itu dan langsung menusukkan sedotan ke gelas plastiknya, "halah. Gak usah gengsi bang! Udah tahu kok aku abang naksir samaku, makanya sampai mencari tahu semua tentangku." Ucapnya percaya diri kemudian menyedot rakus minuman favoritnya.

Ayden melongo. Sumpah! Dia sama sekali tidak tahu menahu mengenai makanan dan minuman favorit Joanna. Dia memesan semua ini hanya karena ingin dan kebetulan dia juga suka. Tidak ada terbersit niat sedikitpun untuk mengesankan Joanna hingga membuatnya salah paham seperti ini.

Tapi ya sudahlah. Mereka bisa makan bersama kan? Toh memang itu tujuannya, berbagi makanan dengan Joanna.

Beberapa menit kemudian tidak ada lagi makanan yang tersisa di sana. Hanya tampak beberapa bungkusan kosong yang berserakan di lantai.

Joanna menghempaskan tubuhnya ke atas ranjangnya. Dia memandang langit-langit kamarnya dengan senyum puasnya, telapak tangannya digerakkan mengusap-usap perutnya yang telah terisi penuh.

"Ngapain kau di sini?" Joanna menatap sengit pria yang baru saja membaringkan tubuh kekarnya di sampingnya, "bereskan semua sampah-sampahmu itu! Bikin jorok kamarku aja."

Ayden tersentak, ia tak menyangka akan diperlakukan seperti ini oleh Joanna. Berani sekali gadis itu memerintahnya membereskan semua sampah yang mereka ciptakan. Bukankah seharusnya Joanna-lah yang harus mengerjakannya? Hitung-hitung sebagai bentuk ketahudiriannya karena ditraktir orang lain.

A Unique Girl for The Playboy (TAMAT)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora