9. Singa Birahi

4.4K 330 29
                                    

* Budayakan tekan ☆ sebelum/sesudah membaca 😉 *

Hingga matahari terbit, Ayden tak kunjung kembali ke penthouse-nya. Pria itu masih bertahan di rumah sakit untuk alasan yang tidak diketahuinya.

Meskipun terdengar kejam namun Ayden tidak dapat memungkiri betapa bersyukurnya dirinya dengan sakit yang diderita oleh sahabat sekaligus asistennya, Deo. Ya, dini hari kemarin dia mendapat telepon dari Deo yang meminta tolong untuk diantarkan ke rumah sakit. Beruntung keduanya masih tinggal di gedung yang sama sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Ayden untuk sampai ke apartemen milik sahabatnya itu.

Sesampainya di rumah sakit, Ayden dibuat kesal karena suasana di lobi sangat ramai. Bunyi sirene ambulans dan juga tangis sanak keluarga yang memekakkan telinga. Ayden sangat membenci situasi seperti ini.

Tak tega dengan Deo yang terlihat semakin pucat dan lemas, dia segera melangkahkan kakinya memasuki gedung rumah sakit menerobos keramaian. Langkahnya sempat terhenti di depan ruang igd, dia memicingkan kedua matanya menajamkan penglihatannya. Bahkan dia mengabaikan sahabatnya yang berjalan sendiri memasuki ruang igd.

Di sana dia melihat seorang gadis memakai seragam berwarna hijau tua tengah meringkuk dan berbantalkan lengannya di kursi tunggu.

"Joanna." Gumamnya. Pria itu melangkah pelan mendekat ke arah gadis manis yang sepertinya tidak terganggu sama sekali dengan keadaan sekitarnya.

Ayden menatap iba gadis yang beberapa jam lalu sempat sangat dibencinya itu. Entahlah, dia tidak tahu mengapa hatinya berdenyut sakit menyaksikan Joanna yang tertidur dalam posisi dan tempat seperti ini. Melihat betapa lelapnya gadis itu, dia menyimpulkan bahwa Joanna memang sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.

Tanpa dapat dikendalikan olehnya, tangannya terulur menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah manis Joanna.

"Ternyata jika sedang tidur dia manis juga." Ayden terkekeh pelan, "tapi jika kelopak mata dan mulutnya ini terbuka.." telunjuknya menyentuh kelopak mata dan juga bibir Joanna sambik terkekeh gemas, "..selalu membuat orang kesal dan ingin melemparnya ke dalam got."

Ayden menyentuh lembut kening hingga pipi Joanna membuat empunya bergerak tak nyaman. Pria itu panik dan langsung menarik tangannya menjauh, dia takut ketahuan. Dia segera menyusul sahabatnya ke dalam ruangan sebelum Joanna benar-benar membuka matanya.

Selama mendampingi Deo pikirannya selalu dipenuhi oleh Joanna. Ayden menduga-duga apa yang sedang dilakukan gadis itu di sini. Namun dari pakaian yang dikenakan oleh Joanna, dia menduga bahwa gadis itu merupakan bagian dari rumah sakit ini. Entah sebagai dokter, perawat, atau bahkan cleaning service mungkin?

Tetapi seragam mereka berbeda kecuali...

"Bukankah mereka teman Joanna yang dikenalkan kepadaku waktu itu?"

Ayden baru tersadar dari lamunannya saat keadaan igd sudah ramai dan terbilang kacau. Entah sejak kapan semua bed di ruangan itu terisi penuh. Dia juga tidak mendengar jelas apa saja yang dibicarakan Deo dengan.. hah. Teman pria Joanna.

"Kalian dokter di sini?" Tanya Ayden spontan.

Pria itu menyeringai membuat Ayden menyesali pertanyaannya, "belum." Jawabnya sebelum pergi menuju seorang wanita berjas putih yang diyakini Ayden adalah atasan dari pria itu. Kemudian dia kembali lagi setelah mendengarkan instruksi dari wanita itu, "ya, mungkin sekitar 1,5 tahun lagi kami resmi menjadi dokter umum." Lanjutnya kemudian mempersiapkan alat dan bahan medis.

A Unique Girl for The Playboy (TAMAT)Where stories live. Discover now