5. Abang Bulenya Joanna

3.8K 300 21
                                    

Joanna sungguh sangat menyesal dan baru kali ini membenci mulut lemesnya. Dia juga menyalahkan dirinya yang selalu saja mudah terpancing, apalagi pelakunya adalah Tama. Pria itu memang pintar mempermainkan emosinya.

Sejak dia membuka mata pagi ini, dia terus saja mondar-mandir sambil menggigit kukunya. Dia berpikir keras bagaimana caranya agar Ayden mau bekerja sama dengannya. Joanna tahu jika dia meminta tolong begitu saja pasti pria itu akan menolaknya mentah-mentah. Akan tetapi, apa yang harus ditawarkannya agar pria itu merasa tidak dirugikan?

Lelah berpikir, akhirnya Joanna mengistirahatkan otaknya sejenak. Gadis itu membawa keranjang pakaian kotornya ke luar kamar menuju tempat khusus mencuci pakaian yang disediakan opung There. Mungkin saat dia mencuci pakaian dalamnya nanti dia akan menemukan ide yang brilliant.

Joanna paling malas mencuci pakaian, terutama pakaian dalam. Memang pakaiannya di-loundry akan tetapi untuk pakaian dalam, Joanna masih waras untuk tidak membiarkannya dicuci di sana. Sejak kecil ibunya selalu membiasakannya untuk mencuci pakaian dalam sendiri, adalah suatu dosa besar jika membiarkan orang lain yang membersihkannya.

Akan tetapi Joanna yang memang pemalas sangat suka menumpuk pakaian kotornya dan baru akan dicuci jika stoknya sudah habis. Ya, mau bagaimana lagi, dia tidak mungkin keluar rumah tanpa pakaian dalam kan?

"Mesti kali bh sama celana dalam ini habis stok. Gak tahu rupanya lagi malas aku ngapa-ngapain?" Joanna terus menggerutu sepanjang menyikat underwear-nya yang tanpa sadar juga menyalurkan tenaga yang cukup berlebihan saat ini.

Joanna tiba-tiba menghentikan gerakan tangannya, pandangannya tertuju pada bagian tengah underwear-nya. Seketika tatapannya berubah sendu, tubuhnya melemas.

"Astaga. Koyak ya Tuhan. Celana dalam pun cuma 10 biji, koyak pula 1." Joanna membentangkan underwear berwarna merah itu di depan wajahnya, "memang sudah waktunya aku mengajukan proposal sama Bidan Marissa."

Tanpa Joanna sadari, ada seseorang yang terkikik geli mendengar ocehannya. Pria itu sejak tadi memperhatikannya dari jendela dapur.

"Dasar sinting."

"Ekhem."

Ayden berjengit, wajahnya seketika memucat seperti seorang pencuri yang tertangkap basah.

"NENEK." Serunya saat membalikkan tubuh dan menemukan wanita paruh baya yang duduk di kursi roda itulah yang mengagetkannya.

Mrs. Roosevelt tersenyum jahil, "Jangan dilihat saja, kalau naksir ya dekati!"

Ayden mendengus, "Siapa juga yang naksir perempuan jadi-jadian itu?"

●●●

Beberapa jam kemudian, Joanna kembali dilanda kecemasan. Dia belum juga menemukan solusi dari masalah yang akan dihadapinya dalam hitungan jam ke depan. Haruskah ia menyerah dan mengakui predikatnya sebagai seorang jomblo kronis?

Gengsi. Itulah yang dijunjung tinggi olehnya. Seorang Joanna tidak pernah mau mengaku kalah.

Meminta bantuan Ayden? Itu jalan satu-satunya yang terpikir olehnya saat ini.

Bermodalkan keberanian, Joanna mendatangi Ayden yang kebetulan sedang berada di ruang tengah. Beruntung Mrs. Roosevelt sedang istirahat di dalam kamar sehingga dia bisa berbicara empat mata dengan cucunya.

A Unique Girl for The Playboy (TAMAT)Where stories live. Discover now