11. Cuma Pegang

3.7K 280 19
                                    

Seminggu sudah berlalu semenjak Ayden berubah dan bersikap manis kepada Joanna. Dia juga tidak segan-segan merayu gadis itu di depan neneknya. Bukannya tersanjung atau tersipu malu seperti wanita kebanyakan, Joanna malah geli dan selalu ingin menghindar darinya.

Seperti saat ini, Ayden sedang menggedor-gedor pintu kamar Joanna. Pria itu memaksanya untuk ikut sarapan di rumah nenek. Joanna yang memang sedang libur karena pergantian stase(1), malah berpura-pura masih tidur dan tidak menggubrisnya.

Ayden pun tidak kehabisan akal. Dia yang memang tidak memiliki nomor ponsel atau kontak lain selain instagr*m Joanna pun membombardir gadis itu dengan mengirimi direct message. Dia juga memenuhi kolom komentar di setiap postingan Joanna. Tetapi tidak ada satupun yang dibalas, padahal dia sedang online.

"Ck. Jo, abang tahu kamu sudah bangun." Teriaknya tak putus asa.

Di dalam kamar, Joanna malah asyik memainkan ponselnya dengan earphone terpasang di telinganya. Dia sengaja memutar musik dengan volume tinggi agar tidak mendengar teriakan Ayden di luar sana.

"Dalam hitungan ketiga kalau kamu tidak keluar juga, aku akan mendobraknya." Ancamnya namun tetap saja tidak ada tanda-tanda Joanna dari dalam sana.

Tak sabar, akhirnya Ayden menjalankan ancamannya. Pintu kayu itu roboh hingga seisi kamar Joanna terpampang di hadapannya, termasuk gadis yang duduk bersandar pada ranjang dengan mulut menganga lebar.

Ayden menyeringai dan berjalan pelan mendekati Joanna. Gadis itu mengerjap lucu saat wajahnya dan juga Ayden hanya berjarak beberapa senti. Bahkan dia bisa merasakan hembusan nafas Ayden yang menerpa wajahnya dan jika dia bergerak sedikit saja, dia akan mendapatkan ciuman pertamanya.

Seketika panas menjalar di sekujur tubuhnya, terutama wajahnya. Dia yakin saat ini pipinya sudah merah seperti tomat yang sudah masak. Joanna menelan salivanya kasar, dia tidak berani bergerak ataupun membuka suara.

Entah mengapa kali ini Joanna pasrah dan malah menutup kelopak matanya erat. Sebagian dari dirinya juga menginginkan apa yang dibayangkannya segera terjadi.

Pletak.

"Lagi memikirkan yang jorok-jorok ya, dek?"

Joanna mengelus dahinya yang baru saja disentil oleh pria tak bertanggung jawab itu. Dia mendongak dan menatap kesal Ayden yang kini sudah menegakkan tubuhnya sambil menertawalan kebodohannya.

"He. Ngapain juga aku memikirkan yang jorok-jorok? Kepedean kali kau." Tanpa sadar Joanna malah meninggikan suaranya dan berusaha menutupi kekecewaannya.

Ayden mengangguk-anggukkan kepalanya namun bibirnya masih melengkungkan sebuah senyum mengejek gadis yang sudah bangkit dari ranjangnya.

"Astaga!" Pekik Joanna, gadis itu meraup wajahnya kemudian menatap miris pintu yang sudah tidak berada di tempat yang semestinya itu. "Bagaimana aku tidur malam ini?" Lirihnya

"Tidur di kamarku saja." Jawab Ayden enteng.

Seketika Joanna menoleh dan menatap Ayden tajam. Rahangnya mengeras, dadanya juga naik turun, cuping hidungnya kembang kempis. Mungkin jika dia adalah tokoh kartun akan tampak asap yang mengepul dari ubun-ubunnya.

Ayden terkekeh kemudian menjepit gemas hidung gadis itu. Lalu tanpa aba-aba dia memanggul tubuh mungil Joanna persis seperti sedang memanggul karung beras.

A Unique Girl for The Playboy (TAMAT)Where stories live. Discover now