14 || Terkuak

1.6K 107 0
                                    

Baru saja Icha duduk di bangkunya, sosok Tita datang mendekat dengan raut wajah seperti siap memberi tahu berita besar. Membuat Icha yang baru saja datang dari kantin itu sontak penasaran.

"Cha, lo harus tau sesuatu! Sesuatu yang besar banget!" ujar Tita hiperbola. Membuat Icha semakin penasaran.

"Apaan?"

Terlihat Tita mengatur napasnya sejenak, "Tadi pas lo ke kantin. Kak Erika yang anak modelling itu dateng ke sini ngasiin bekal buat si Agnan. Gilaaa! Itu gila banget gak sih, Cha! Jelas-jelas semuanya tau kalau lo itu pacarnya Agnan, kenapa masih ada yang coba deketin cowok lo. Dan gak bisa dipercaya soalnya ini Kak Erika. Cewek famous dan paling banyak fans se-Star High. Gilaaa!"

Selepas mengucapkan kalimat panjang itu dengan satu tarikan napas, Tita meraih botol minum milik Icha yang terletak di meja dan meminum isinya dengan rakus. Cewek berambut pendek itu seperti habis olahraga di siang hari.

Di luar dugaan, Icha tidak menampilkan wajah terkejutnya. Walaupun dalam hati gadis itu cukup kaget akan berita itu. Bukan kaget karena cemburu, melainkan itu merupakan bukan hal biasa. Dia tahu Erika tidak mungkin memberikan bekal kepada orang secara cuma-cuma mengingat cewek itu famous di sekolah.

"Kok muka lo lempeng-lempeng aja sih, Cha? Lo gak takut kalau misalkan ditikung sama Kak Erika?" tanya Tita setelah cewek itu menyelesaikan aksi minumnya.

Ia penasaran dengan sikap Icha. Cewek itu seperti biasa saja dengan berita yang baru saja ia sampaikan. Padahal itu merupakan sesuatu yang besar-- menurut sudut pandang Tita.

Icha mengedikkan bahunya acuh tak acuh, "Gue harus apa kalo emang Kak Erika ngasih bekal ke Agnan. Itu bukan urusan gue."

"Itu jelas urusan lo, Cha! Agnan kan pacar lo! Dan Kak Erika berpotensi menjadi perusak di antara kalian!"

"Biarin aja sih. Kalau emang Kak Erika mau sama Agnan, terus Agnannya juga mau. Kenapa enggak? Gue malah menyetujui banget."

Mata Tita melotot seketika. Ini pertama kalinya ia mendengar ada orang yang rela pacarnya memilih orang lain.

"Gue nggak ngerti ya sama lo, Cha! Lo bego apa gimana?"

Icha mendengkus pelan mendengar hal itu. Tolong catat baik-baik, bahwa dirinya tidak suka dikatai 'bego, bodoh, tolol' dan sejenisnya. Ia pintar, cerdas, dan itu fakta.

"Ya lo pikir aja sendiri, gue sama Agnan sebenarnya gak bener-bener pacaran. Melainkan gue kalah tantangan, makanya jadi pacarnya dia."

Dan sontak saja ucapan bernada santai itu membuat seluruh pasang mata yang ada di kelas itu menoleh pada mereka berdua. Selain karena suara Icha yang cukup keras, sedari tadi memang beberapa dari mereka sudah menguping.

Tita yang sadar duluan langsung saja membulatkan matanya. Kaget. Tentu saja.

"What!? Gue gak salah denger, kan?"

"Enggak sama sekali," jawab Icha kalem. Dengan tarikan napas panjang, cewek itu terlihat memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegak.

"Gue bakal klarifikasi ke kalian kalo selama ini tuh gue sama Agnan pacaran karena cuma tantangan doang, gak lebih."

***

Matahari sudah tergantikan oleh bulan. Siang sudah berganti malam. Menandakan bahwa hari semakin beranjak. Membuat sebagian orang segera menghentikan aktivitasnya dan bersiap-siap kembali pulang.

Sama seperti Agnan.

Pemuda itu baru saja keluar dari salah satu GOR yang ada di kota Bandung. Sepulang sekolah tadi ia memang ada janji dengan teman-teman satu kelasnya untuk bermain futsal. Dan tepat jam 8 malam ia baru menghentikan aktivitasnya itu.

"Langsung pulang gak nih?" tanya Farel, salah satu teman kelasnya. Cowok yang memiliki gigi gingsul itu berjalan berdampingan dengan Agnan menuju area parkir.

"Iya. Udah malem soalnya, takut ditungguin," jawab Agnan.

Terlihat Farel menganggukkan kepalanya tanda paham. "Oh iya, Nan, soal lo sama Icha itu beneran ya?"

Mendengar kalimat itu membuat Agnan menghentikan langkahnya. Membuat Farel ikut-ikutan berhenti juga.

Tadi di sekolah memang sempat heboh karena pengakuan Icha tentang hubungannya dengan Agnan yang sebenarnya. Banyak yang senang karena berita itu. Sudah pasti ini kubu para siswi, karena idolanya ternyata masih dalam zona aman. Tapi banyak juga yang cukup kaget akan berita itu.

Dan Agnan tentu saja bingung. Ia tidak tahu harus bereaksi apa. Ingin marah, rasanya ia tidak bisa. Lebih tepatnya karena ia tidak tahu marah kenapa. Karena apa yang Icha ucapkan memang adalah kenyataannya.

"Lo udah denger kalo itu dari mulut Icha, kan? Jadi itu emang fakta." Agnan berujar sembari kembali melanjutkan langkahnya.

"Wah, gila sih! Lo emang berani ya ngambil resiko."

Kening Agnan mengernyit pelan, tidak mengerti. "Resiko apaan?"

"Ya, gimana ya. Biasanya kalo hubungan berawal dari tantangan gitu, pasti salah satu dari mereka bakalan jatuh cinta beneran. Atau mungkin kedua-duanya. Lo gak takut kalo lo beneran suka sama Icha?"

"Kayaknya lo kebanyakan nonton FTV deh, Rel."

"Yee, dibilangin ngeyel. Gue serius ini."

"Beneran nih kayaknya lo kebanyakan dapet asupan sinetron alay dari Ita, pacar tersayang lo itu."

Farel menggelengkan kepalanya.

"Gue serius, Nan!"

"Jangan gitu ah, gue gak mau nikung Ita."

"Nan!"

"Gue pulang."

Dan motor hitam Agnan melaju keluar dari parkiran. Meninggalkan sosok Farel yang masih bergeming di sana.

"Tunggu aja, Nan. Gue yakin lo bakalan suka sama Icha beneran."

Suara petir tiba-tiba saja berbunyi dengan keras. Membuat Farel terkaget. Cowok itu segera buru-buru pulang sebelum hujan turun membasahi Bandung malam ini.

All About Us [Terbit]Where stories live. Discover now