5 || First Day

2.4K 158 0
                                    

Setelah selesai siap-siap, Icha lantas meraih ransel abu-abunya lalu berjalan keluar dari kamar. Jam masih menunjukkan pukul enam lewat lima menit, masih pagi dan ia masih sempat sarapan.

"Pagi, Oma," sapa Icha ketika ia sudah sampai di meja makan. Dengan gerakan riangnya ia lantas mengecup pipi Oma, membuat wanita tua itu terkekeh pelan.

"Pagi, sayang."

Icha lantas duduk di samping Oma dan meletakkan ranselnya di bawah kursi yang ia duduki. Di meja makan sudah tersedia nasi goreng dan susu untuk sarapan pagi ini.

"Kamu mau bawa bekal nggak? Tadi Bibi masak nasi gorengnya kebanyakan," tawar Oma saat Icha mulai melahap makanannya.

"Enggak deh, Oma. Nanti Icha makan di kantin aja."

"Yaudah, nggak papa. Biar Bibi aja nanti yang makan."

Icha mengangguk lantas kembali melanjutkan sarapannya. Kurang dari lima menit, gadis itu selesai. Ia segera pamit pada Oma dan keluar dari rumah.

Seperti biasa terlebih dahulu Icha harus berjalan kaki menuju depan komplek. Setelahnya barulah ia bisa menyetop angkutan umum jurusan sekolahnya.

"Pagi my girlfriend." Sapaan bernada menyebalkan itu menyapa indra pendengaran Icha. Gadis itu baru saja menutup pintu gerbang rumahnya dan mendapati sosok Agnan yang sudah stay di depan.

"Norak lo," ketus Icha. Dan hal itu sontak saja membuat Agnan terkekeh geli.

"Lah, kan emang bener lo sekarang jadi cewek gue."

"Lebih tepatnya ter-pak-sa," tekan Icha. Gadis itu semalam sudah memikirkan hal ini, dan sepertinya ia tidak punya pilihan selain mengikuti permainan Agnan. Ia tidak ingin dicap sebagai orang yang lari dari tanggung jawab. Bukan Icha sekali.

"Lama-lama juga ntar biasa," sahut Agnan tersenyum manis.

"Biasa biasa pala lu migrain! Lagian, lo ngapain pagi-pagi udah di sini?" tanya Icha nge-gas.

"Berhubung karena sekarang lo adalah pacar gue dan gue sebagai cowok bertanggung jawab dan dapat dipercaya serta suci dalam piki--"

"Lo pikir lagi ngafalin dasa darma?! Bacot banget!" sembur Icha sebal.

Agnan terkekeh. "A elah, santai aja keleus, jangan kaku-kaku amat jadi pacar gue."

"Bodo, Nan, bodo."

"Iya dah bodo. Sekarang lo naik terus kita berangkat," suruh Agnan sembari menyerahkan helm berwarna pink ke arah Icha.

Walaupun berat hati, akhirnya Icha menerima helm itu juga. Lalu ia segera naik ke jok motor Agnan.

"Pegangan ya, Cha, gue bakalan ngebut," ujar Agnan.

"Enak aja! Lo mau modus ya?!" tuduh Icha sarkas.

"Enggak, Cha. Ini kan demi keselamatan lahir dan batin lo juga."

"Ck, yaudah nggak usah ngebut," protes Icha.

"Iya dah iya, Tuan Putri," ujar Agnan dengan nada pasrah.

Lalu motor Agnan segera menjauh dari sana, membawa sang penumpang membelah jalanan kota Bandung.

***

"Ichaaa! Lo harus jelasin sejelas-jelasnya!"

Icha yang sedang sibuk memakan keripik pisang merasa terusik dengan kedatangan Ibel di depannya. Saat ini memang jam istirahat pertama berkumandang, dan suasana kelas 11 IPA 2 seperti biasa sepi.

All About Us [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang