13 || Kotak Bekal dari Erika

Start from the beginning
                                    

Lalu mengalirlah kejadian yang Agnan alami tadi sore. Tentang ia yang menolong seorang perempuan yang ternyata Erika-- Kakak kelas mereka di sekolah dari preman yang ingin membawanya. Semuanya Agnan ceritakan secara detail.

"Jadi, sekarang Kak Erika nggak papa, kan?" tanya Icha setelah Agnan selesai bercerita.

"Yang berantem itu gue! Bukan dia!" sergah Agnan sedikit emosi. Membuat Icha mau tak mau terkekeh pelan.

"Udah sih nggak usah emosi gitu. Gue kan cuma bercanda."

"Nggak lucu!"

Dan Icha hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan itu. Setelahnya ia kembali memasang raut wajah yang serius.

"Tapi lo beruntung lho, Nan. Bisa nolongin Kak Erika yang famous itu. Apalagi dia itu cantik banget. Putih, mulus, tinggi, langsing, ramah, anak modelling. Kurang apa lagi coba?"

"Yaa ... salah satu alasan kenapa gue nggak nyesel nolong dia," ujar Agnan tertawa kecil. Walaupun tadi cowok itu sempat tidak mengenali kakak kelasnya itu.

Mendengar hal itu membuat Icha memutar bola matanya malas. "Buaya!"

"Biarin."

"Tapi kenapa luka lo gak dia aja yang obatin? Hitung-hitung modus, kan?"

Terlihat Agnan mengangguk-angguk. Jujur saja hal itu tidak terpikirkan olehnya. Ia tadi kan tidak mengenali Erika. Dan cewek itu juga sudah dijemput oleh supirnya.

"Nggak, ah. Ngapain harus modus sama cewek lain di saat ada cewek sendiri yang bagus dimodusin," ujar Agnan tersenyum miring sembari menaik-turunkan alisnya ke Icha.

"Idih, gue bukan cewek lo ya!"

"Semua juga taunya lo cewek gue, Cha!"

"Itu terpaksa, dan gue pastiin dalam waktu dekat ini semuanya akan tau kalo gue bukan pacar lo lagi!"

"Bodo amat."

"AGNAN NGESELIN!"

***

Tepat ketika bel istirahat berbunyi, guru yang mengajar di kelas 12 IPA 1 keluar diikuti oleh sebagian besar para murid di belakang. Bukan hal aneh lagi, pemandangan seperti itu sudah biasa terjadi di sekolah mana pun.

"Tumben bawa bekal," celetuk Stefani pada Erika yang tengah mengeluarkan kotak bekal dari tasnya.

Gadis yang dipanggil Erika itu mengulas senyum manisnya, "Mau ngasih Agnan."

"Hah? Gue nggak salah denger, kan?"

"Nggak Stefani. Gue emang mau ngasih ini ke Agnan."

Kening Stefani sontak saja mengernyit heran. Tidak biasanya sahabatnya itu mau repot-repot membawa bekal untuk orang lain. Apalagi ini untuk adik kelas yang sama sekali tidak terlalu kenal dengan mereka.

"Apa yang mendasari lo tiba-tiba mau ngasiin ini ke dia? Please ya Erika, kita nggak terlalu kenal sama Agnan dan dia adik kelas,"

Terlihat Erika menghela napasnya pelan, "Lo kan tau kemarin gue digangguin sama preman."

Stefani mengangguk cepat, tentang itu Erika sudah cerita semalam. Dan jujur saja gadis itu tidak paham apa hubungannya dengan Agnan.

"Gue nggak sempet cerita sama lo siapa yang nolongin, kan? Nah, orangnya itu Agnan."

"Yang bener?!"

All About Us [Terbit]Where stories live. Discover now