"Melakukan tindakan paling bertanggung jawab dalam hidupku"

"berhenti menjadi bertanggung jawab dan bercintalah denganku"

Aku memejamkan mataku dan menempelkan keningku kekeningnya berusaha menahan diriku dari perkataannya barusan.

"Aku tidak bisa"

"aku sudah bilang jika kau tidak bisa menyelesaikannya aku ak..."

"aku sudah menyelesaikannya kau datang akhir cerita" Potongku dengan cepat sebelum dia membuat omong kosong dengan memanggil pria lain.

"Kau sialan!" Ucapnya dengan marah sambil berusaha melepaskan tangannya.

Aku menghembuskan nafas lelah dan mencium keningnya lama sebelum bangun lalu mengambil bajuku.

"Aku akan membuat makan siang"

"Jika aku dapat melihat wajahmu aku akan menamparmu sekarang"

Aku tidak dapat menahan senyumku melihatnya. Rambut Lily berantakan, wajahnya memerah karena kepuasan dan nafasnya saling mengejar karena marah, Dios dia sangat indah. Aku berjalan keluar dan menutup pintu meninggalkan Lily dengan segala kekesalannya.

Apa yang merasukkiku? Aku masih dapat merasakan Lily di lidahku dan mendengar dia mendesahkan namaku, Dios tolonglah aku melawan godaan ini. Tubuhnya sangat pas dalam pelukanku dan miliknya begitu hangat saat jariku memasukinya membuatku membayangkan seberapa ketatnya nanti saat dia membungkus kejantananku.

Aku mandi air dingin sampai diriku mengigil menghapus jejak gairah di tubuhku tapi aku sadar aku tidak akan mampu menghapus jejak gairah itu di kepalaku.

----------------------------

Bajingan arogan! Manusia keras kepala!

Aku terus mengutuk Dominic dengan semua kata makian yang aku tahu sementara tanganku gatal ingin memukul wajahnya.

Kata-kata Giana terus berputar di otakku tentang wanita dewasa yang bisa membuat keputusannya sendiri dan aku sudah sialan dewasa!

Jika Dom tidak tertarik aku bisa mengerti tapi dia tertarik! dia bahkan mengatakan jika dia menginginkanku dan dari gundukan di selangkangannya aku tahu itu benar.

Jadi aku melakukan hal yang pasti akan membuat ayahku terkena penyakit jantung, aku masuk ke bawah shower dan menyalakan air panas sampai kulitku terasa terbakar dan panas, aku meraba koperku dan menemukan gaun tidur paling tipis milikku dengan tali spageti dan leher yang rendah lalu memakainya tanpa dalaman sama sekali tersenyum senang saat mengetahui gaun itu hanya sampai setengah pahaku lalu masuk ke dalam selimut tebal.

"Lily? makan siang sudah siap" Aku mendengar Dom mengetuk pintu dan memanggilku namun aku mengabaikannya dan terus berbaring di dalam selimut yang menutupi tubuh sampai daguku.

"Lily?" Aku mendengar ketukan yang lebih keras lagi sebelum suara pintu terbuka perlahan.

"Lily apa yang kau lakukan? kau harus makan" Aku merasakan Dom menghampiriku lalu aku mengerang sambil memejamkan mata.

"Sialan" Dom mengumpat setelah menyentuh dahiku.

"Kau demam" Aku mendengar Dom berjalan keluar membuatku tersenyum simpul sebelum kembali memasang wajah kesakitan.

"Bangun tesoro kau harus minum obat" Dom membantuku bangun perlahan dan bersandar di kepala ranjang, aku mendengar dia menarik nafas panjang sebelum menyerahkan obat itu padaku dan membantuku meminum airnya.

"Kau harus makan"

Aku menggeleng kuat sebelum kembali turun ketempat tidur dan menggigil.

"Peluk aku" Ucapku lemah.

"Aku rasa itu bukan tindakan bijaksana"

"Dom... tolong..."

Aku mendengar Dom mengumpat memakai bahasa Italia yang tidak aku mengerti sebelum naik keatas tempat tidur dan memelukku, aku menempel pada dadanya dan menyelipkan kakiku di antara kakinya.

"Aku sungguh berfikir kau harus makan"

"aku baik-baik saja"

"kau panas sekali, apa kau ingin ke rumah sakit?" Tanya Dom sambil mengusap punggungku dan mengecup keningku.

"Tidak, aku hanya ingin kau" Ucapku sambil mengambil pipinya dan menciumnya lama hanya menempelkan bibir kami.

"Lily, aku tidak bisa" ucap Dom sambil mengusap pipiku membuatku menikmatinya.

"Kenapa? kau tidak tertarik padaku?"

"Aku ingin mengatakan ya dan membuat kita berdua kembali normal tapi mamaku mengajarkanku untuk selalu jujur"

Dom mencium leherku membuatku menggeliat dan mendesah.

"Jika tidak mengapa kau begitu sulit?" Suaraku hampir seperti mendesah saat dia terus menyerang pundakku.

"Kau atasanku tesoro dan belum lagi keluargamu yang pasti akan menggantung ku jika tau aku mencium mu seperti ini"

Aku menggeliat saat Dom menjilat bawah leherku dan turun menuju payudaraku.

"Aku tidak perduli kau pengawal ku ataupun pendapat keluargaku, aku wanita dewasa"

"Aku tau kau wanita dewasa Lily, tubuhmu sudah sangat sempurna"

Dom mencium atas payudaraku membuatku hampir memohon untuk dia turun ke putingku.

"Bercintalah denganku Dom"

"Aku tidak bisa" Ucapnya lalu mengangkat kepalanya membuatku hampir frustasi, aku memegang pundaknya lalu menggulingkannya sehingga dia di bawahku.

"Lil..."

"Diam, kau tidak bisa mencumbu ku seperti itu lalu pergi begitu saja, LAGI."

"Aku membuatmu keluar" Ucapnya santai sambil mengelus pahaku naik turun membuat milikku berdenyut.

"bukan itu yang aku inginkan! Sialan Dom kau membuatku seperti pelacur rendahan yang minta di puaskan" ucapku sambil memegang keningku merasakan air mataku hampir keluar.

"Kau bukan pelacur atau wanita rendahan, jangan pernah menghina dirimu lagi" Aku mendengar nada dingin Dom, lalu dia bangun untuk duduk dan memeluk tubuhku.

"Aku juga frustasi tesoro dan percayalah aku juga sangat sialan ingin berada di dalam dirimu namun itu akan membuatnya semakin rumit. Ancaman akan dirimu belum berakhir dan menurunkan kewaspadaan ku dengan bercinta denganmu bukanlah hal yang aku inginkan"

Aku menangis di pundaknya, Dom mengusap punggungku naik turun untuk menenangkan ku dan mengatakan kata sayang di telingaku.







Tbc.

The Lady And The BodyguardWhere stories live. Discover now