Aku mengangkat Lily dalam gendonganku membuat dia bergelayut pada leherku dan membelainya rakus, Tangannya mengusap pipi lalu hidungku dan menjelajah rahangku.

"tanganmu sangat berbahaya tesoro" desahku menahan godaan. Aku membuka pintu kamar Lily lalu membaringkan dia di tempat tidur.

"Tidak Dom" Ucap Lily tegas sambil memegang tanganku saat aku akan keluar.

"Lily.... Jangan membuatnya menjadi rumit" Ucapku setengah memohon agar dia melepaskan ku sebelum kita berdua menyesal.

"Rumit? ini sama sekali tidak rumit Dom, kau dan aku sama-sama dewasa dan yang seperti Giana bilang dapat membuat keputusan sendiri"

"dan aku memutuskan tidak akan tidur denganmu"

"Lalu mengapa kau membalas ciumaku?! mengapa kau memanggilku sayang dan memperlakukanku sedemikian lembut?!"

Aku terdiam mendengar pertanyaan yang di lontarkan Lily tahu dengan pasti bahwa aku tidak memiliki jawabannya, tidak jawaban yang masuk akal.

"tidurlah tesoro aku akan menemuimu besok" Aku mengecup kening Lily sebelum berjalan cepat ke luar mengabaikan denyutan rindu di kejantananku.

---------------------------

Bajingan keras kepala! Aku terus mengutuk Dom untuk satu jam kedepan setelah dia meninggalkanku di kamar dengan keadaan frustasi dan mendamba. Aku tahu frustasi sexsual saat aku merasakannya dan persetan dengan lelaki Italia itu yang tidak menurutiku.

Aku sulit tidur sepanjang malam lalu memutuskan bangun lebih pagi dan keluar kamar.

"kau sudah bangun?" tanya Dom dan dapat aku cium aroma sarapan yang nikmat.

"Aku ingin keluar" ucapku cepat dan tegas.

"kau tidak bisa"

"aku bisa dan aku akan jika kau tidak mau mengantarku aku akan pergi sendiri" Aku berjalan menelusuri tembok berusaha mencari pintu keluar mengutuk dalam hati karena tidak memiliki Gypsy, aku merindukan temanku itu.

"Jangan keras kepala Lily, kita belum tau ancaman untukmu akan mengikuti kita kemari atau tidak" Ucap Dom sambil mengambil tanganku berusaha menarikku kembali tapi aku dengan cepat melepaskannya.

"Aku akan menghadapinya tapi aku perlu udara segar"

"kau bisa kehalaman belakang"

"aku akan pergi tanpamu" putus ku sebelum berbalik pergi, aku mendengar dia menggeram frustasi sebelum mengambil tanganku dan membimbingnya kedepan.

"Baik kau mau kemana?"

"pasar, aku ingin membeli buah"

"jika kau hanya ingin buah aku dapat membelikannya untukmu"

"aku ingin pergi Dominic"

Aku mendengar Dom mengoceh dalam bahasa Italia tentang wanita keras kepala membuatku harus menahan senyum.

Dom membawaku ke mobilnya, kami berkendara dalam diam sampai Dom mengentikan mobil.

"disini sangat ramai tolong jangan melepaskan tanganmu dariku dan bilang kemana kau akan pergi"

"aku bukan anak kecil" Ucapku makin kesal lalu membuka pintu sendiri membuat Dom meradang lagi sebelum dengan cepat menyusul ku.

Suara riuh terdengar menjadi musik bagi telingaku, suara asing dengan bahasa asing dan logat kental membuatku tersenyum akan kehidupan. Sudah berapa lama aku tidak pergi ketempat ramai seperti ini?

"buongiorno bella donna"

"buongiorno, Apa yang kau jual?" tanyaku sambil meraba kedepan dan menemukan buah sekepalan tangan.

"ah turis rupanya, ini adalah jeruk paling manis nona saya jamin anda akan ketagihan" Aku tersenyum mendengar penjual itu, dia seperti sudah biasa merayu para pembelinya. Aku mengupas satu lalu merasakan jeruk manis itu di lidahku.

"Aku ingin ini" ucapku pada Dom yang langsung membelinya, kami berkeliling lagi lalu sampai pada toko penjual pakaian dengan wanita ramah yang sabar dan bersedia memberitahukan ku semua warna dan coraknya, Aku membeli sebuah gaun musim panas dengan leher rendah dengan rumbai di bawahnya yang berwarna biru lalu sebuah syal hijau cantik untuk Giana dan Mama Dom.

"Kau tidak perlu berbelanja untuk mereka" ucap Dom saat kami pergi meninggalkan wanita ramah itu.

"Tidak apa aku menyukainya dan syal itu sangat lembut dan cantik terlalu sayang jika di lewatkan"

Kami berhenti di sebuah cafe untuk sarapan dan memesan. Dom mencarikan bangku untuk kita sebelum dia berdiri untuk memesan karena kafe ini tidak di lengkapi pelayan yang datang ke meja pelanggan.

"Sei bella come una signorina?" ucap suara asing dengan nada menggoda dari samping.

"Ya tapi maaf aku tidak berbahasa Itali sepintar itu" Jawabku setengah menggoda berusaha keras menemukan matanya dari arah datangnya suara, Sudah lama aku tidak menggoda lelaki tidak setelah aku lulus kuliah.

"Ah kau britis dan kau adalah pemandangan menyenangkan" Ucapnya dengan bahasa Inggris yang lancar, dapat aku dengar dia menarik bangku dan duduk di depanku memudahkan ku untuk berpura-pura melihat matanya.

"kau juga tidak buruk" kataku setengah tersenyum.

"Kau kesini untuk liburan?"

"bisa di bilang begitu" Aku merasakan tangannya menyentuh telingaku kurasa dia sedang menyelipkan rambutku.

"sendirian? ingin ku temani?"

"dia tidak sendirian" Aku mendengar nada suara Dom yang dingin lalu suara bangku di geser dengan terburu-buru.

"dia bilang dia sendirian bung"

"nyatanya dia tidak" Aku menahan tawaku saat aku mendengar langkah kaki yang terburu-buru menjauh dan kursi yang diduduki lagi, Aku menyentuh mejaku dan mendapati sudah ada wafel disitu.

"Apa-apaan itu Lily? dia bisa saja ingin menculikmu!"

"nyatanya dia tidak, dia hanya ingin tahu aku sendirian atau tidak"

"Kau bilang kau sendiri?!" Tanya Dom terdengar gusar sementara aku makan dengan tenang.

"aku memang sendiri"

"kau bersamaku" Ucapnya dari sela-sela gigi.

"kau pengawal ku bukan kekasihku"

"jadi kau memutuskan menggoda anak muda? apa kau tau dia terlihat seperti berusia tujuh belas?"

"aku tidak tau berapa umurnya tapi dia jelas membuatku merasa di inginkan"

"Jadi kau menginginkan bocah itu masuk kedalam celana mu? begitu?" Aku tahu Dom sedang marah tapi aku sama sekali tidak perduli, aku mengumpulkan rasa sakit hatiku karena semalam dan membuat wajahku sedatar mungkin.

"setidaknya dia mau masuk kedalam celanaku"

Aku mendengar nafas Dom pendek-pendek sebelum dia mengambil tanganku dan menariknya pergi.

"Dom!" Aku berteriak di belakangnya saat kakiku terseret dan tersandung. Dom langsung menangkap ku dan menggendongku di dadanya.

"aku bisa jalan sendiri"

"tidak cukup cepat" ucapnya dingin sambil melangkah lebar-lebar dan menghentak.

Dom memasukkan ku kedalam mobil dan menyalakan mesinnya dengan cepat.

"Dom?"

"Diam Lily"

Aku terkejut mendengar nada dingin dan murka itu dia tidak pernah seperti ini padaku, apa dia marah karena aku menggoda pria lain? atau karena aku membahayakan diriku?







Tbc.

The Lady And The BodyguardWhere stories live. Discover now