Prolog

8.6K 312 9
                                    

"Agnan! Mana lo?!" teriakan itu menggema di seluruh penjuru ruang kelas 11 IPA 2. Membuat orang yang sedang berada di sana menoleh kaget. Untung saja saat ini sedang jam istirahat, jadi kelas cukup sepi.

Icha berjalan dengan wajah merah padamnya menuju bangku bagian belakang. Tatapan para murid yang ada di sana terlihat prihatin ketika dengan sadisnya Icha memukul kepala seorang cowok yang sedang menelungkupkan kepalanya di meja menggunakan penggaris besi.

"AWW! Sakit, woy!" pekik Agnan ketika penggaris besi Icha baru saja mendarat di kepalanya dan membuat ia terbangun dari tidur pulasnya.

"Heh! Cewek sarap, maksud lo apaan mukul kepala gue pake penggaris besi?! Sakit bego!" ketus Agnan ketika menyadari bahwa Ichalah pelaku pemukulan sadis yang baru saja terjadi.

"Elo yang sarap! Mana sepatu gue?!" tanya Icha dengan nada tak santai sembari menengadahkan tangannya.

Agnan terdiam sejenak sembari mengelus-elus kepalanya yang masih berdenyut sakit. Mengingat-ingat dosa apa yang baru saja ia lakukan pada Icha sehingga cewek itu melakukan tindak kekerasan padanya. Tidak cukup lima menit, senyum miring langsung saja tercipta di bibir Agnan.

"Hah? Apaan? Sepatu? Gue gak tau, lo pikir gue jualan sepatu," ujar Agnan dengan wajah sok polosnya. Dan hal itu membuat Icha geram sendiri.

"Mau gue pukulin lagi?" ancam Icha, tangannya sudah bersiap untuk mendaratkan penggaris besinya pada Agnan lagi.

"Eits! Gak boleh kasar-kasar jadi cewek, ntar gak ada yang mau lho," ujar Agnan sembari mengangkat kedua tangannya, berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu Icha ingin memukulnya lagi.

"Makanya kasih tau gue, dimana lo nyembunyiin sepatu gue."

"Lagian lo tau dari mana kalo gue yang nyembunyiin sepatu lo? Punya bukti nggak?"

Icha memutar bola matanya. "Gak ada yang berani dan senorak elo di kelas ini nyembunyiin sepatu gue. Tadi juga Ibel liat katanya pas lo keluar dari perpus, lo ngambil sepatu gue dan langsung lari. Jadi, mau ngelak lagi kalo bukan lo pelakunya, hm?"

Mendengar kalimat panjang itu membuat Agnan langsung nyengir. "Hehe, ketahuan."

"Gak usah cengar-cengir! Mana sepatu gue? Gue mau ke kantin!"

"Santai, sepatu lo gak kemana-mana kok, aman sama gue," ujar Agnan sembari mencoba tersenyum manis. Hal itu membuat Icha memicing curiga. Baginya Agnan itu nggak bisa dipercaya dan melihat cowok itu senyum manis kayak tadi, Icha jadi curiga kalau sepatunya sekarang sudah diapa-apakan Agnan.

Tadi sebelum jam istirahat kelas mereka memang belajar di perpustakaan karena Bu Lina selaku guru Bahasa Indonesia berhalangan masuk, mereka hanya diberi tugas untuk meresensi buku di perpus. Dan ketika Icha baru aja mau keluar dari perpus, sebelah sepatunya udah hilang raib entah kemana. Peraturan perpus Star High School memang tidak memperbolehkan para murid mengenakan alas kaki memasuki perpus.

Icha tadinya udah panik banget karena salah satu sepatunya hilang. Padahal sepatu itu baru ia beli minggu kemarin dari hasil uang tabungannya. Dan tiba-tiba saja Ibel, salah teman kelasnya datang dan bilang kalau ia sempat melihat Agnan keluar lebih dulu dari perpus dan membawa sebuah sepatu di tangannya. Icha langsung saja berang bukan main, sudah ia duga kalau Agnan adalah dalang dibalik insiden hilangnya sepatunya.

Makanya ia buru-buru menuju kelas dan langsung memberikan pukulan sadis di kepala cowok itu. Karena Icha sudah yakin kalau Agnanlah pelakunya.

"Kalau aman, mana?! Jangan-jangan lo umpetin sepatu gue di pohon mangga belakang kelas lagi ya?!" tuduh Icha dan hal itu membuat Agnan langsung menggeleng pelan.

Bukan tanpa alasan Icha berkata begitu, masih terekam jelas di ingatannya waktu bulan lalu Agnan menyembunyikan tasnya di atas pohon mangga yang terletak di belakang kelas mereka. Membuat Icha rasa-rasanya ingin sekali mencakar-cakar muka Agnan saking kesalnya.

"Enggak, Cha! Beneran! Kali ini bukan di atas pohon kok."

"Ya, terus mana?!" tanya Icha dengan nada tidak santainya.

Terlihat Agnan menampilkan cengiran tidak bersalahnya. "Sorry, Cha, tadi gue lempar ke kolam ikan yang belakang lab itu."

"APA!?"

A/n:
Haii :)
Maaf, aku udh dua kali unpub cerita ini:') bkn tanpa alasan, karena kemarin lg error bgt. Chapternya gak berurutan, jadi aku unpub.

Dan sekarang aku bakalan publish lagi, cmn mngkin gak langsung semuanya:) takut kayak kemarin lgi.

Masih ada yg mau baca, gak?

All About Us [Terbit]Where stories live. Discover now