"Kemana?"

"Jakarta."

"Gilaa, jauh bener. Langsung kancah nasional gitu? Kejuaraan apaan nih? Kejurnas?" Tanya Dirga heran, karena sama sekali belum mendengar info tentang hal ini.

"Bukan. Ini pertandingan yang diselenggarakan sama satu sekolah gitu. Sekolahnya ini di Jakarta. Pertandingan ini diikuti oleh siswa-siswi di sana, tapi mereka juga memperbolehkan sekolah-sekolah di luar Jakarta untuk ikut. Dan kabarnya SMA kita dapat undangan langsung dari pihak sana, jadi ya ga mungkin di tolak," jelas Arsent.

"Lo tahu info ini dari mana?"

"Kemarin dengar pas latihan," jawabnya singkat.

Dirga hanya beroh ria, minimal ia sudah paham sedikit tentang acara ini.

"Cabor yang diikutsertakan apa aja, Sent?" Tanyanya setelah beberapa saat terdiam.

"Ini masih kurang jelas, ya. Tapi yang gue dengar kemarin ada Silat, Karate, Taekwondo, sama yang Yoongmodo."

Dirga mengangguk paham atas penjelasan yang diberikan oleh teman sebangkunya itu. Meski sudah naik ke kelas dua, Dirga masih tetap sebangku bersama dengan Arsenta, dia adalah kandidat teman sebangku yang paling cocok menurutnya.

"Gue pengen ikut sebenarnya, tapi sayang gue bukan atlet beladiri," ujar Arsenta sambil terkekeh pelan.

"Lo mau ngikut tandingnya apa ikut ke Jakartanya?" Canda Dirga.

"Ke Jakartanya!"

Mereka berdua sontak tertawa bersama-sama. Arsent ini ada-ada saja. Dia sendiri adalah atlet basket yang prestasinya sudah sampai ke tingkat nasional. Ia sudah berulang kali keluar kota bersama dengan timnya untuk mengharumkan nama Cakrawala. Kurang apalagi. Menginjakkan kaki ke Jakarta pun sudah terjadi berulang kali, tetap saja masih beringinan untuk pergi.

"Lo ga ada niatan ikut, Dir?" Tanya Arsent tiba-tiba.

"Gue bukan atlet, bege! Gimana mau ikut? Lagian gue ga berbakat dalam beladiri."

"Halah, nggak berbakat. Waktu itu aja lo bisa ngalahin puluhan orang sendirian. Masak pertandingan yang satu lawan satu aja nggak bisa. Lagi pun yang ikut tanding ini kan nggak mesti atlet, ajang ini membawa nama sekolah atas nama ikatan siswa. Ga membawa nama kontingen kok."

"Gausah ngaco, Arsent. Atlet kita banyak kok. Cakrawala pasti bakal mengorbitkan mereka di pertandingan ini," ujar Dirga.

Arsent hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, rada susah memang jika ingin mengajak Dirga mengikuti hal-hal seperti ini. Ia akhirnya memilih untuk diam, melanjutkan setumpuk catatan yang tak tau kapan habisnya.

***

16.42 WIB
Pusat pelatihan SMA Cakrawala

Disebelah barat, gedung sekolah SMA Cakrawala, berdiri sebuah bangunan kokoh dengan dua lantai sebagai pusat latihan para atlet yang bersekolah disana.

Didepan gedung tersebut juga terdapat sebuah lapangan besar yang biasa dipakai untuk bermain bola maupun berlari.

Sore ini, di lantai dasar gedung tersebut, terlihat puluhan atlet taekwondo yang sedang berlatih di bawah komando pelatihnya masing-masing. Diantara mereka, juga banyak berdiri senior-senior yang mengemban tugas untuk memantau mereka. Lebih kurangnya juga untuk membantu tugas para pelatih.

𝐊𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐝𝐢𝐫 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐩𝐚 [𝐒𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐓𝐞𝐫𝐛𝐢𝐭]Where stories live. Discover now