DIARY RISA - 39

544 46 11
                                    

Song of the day

And I want to be free, when my heart is made from gold

Birdy - Heart of Gold

-DIARY RISA-

Sudah hampir seminggu, Risa selalu berangkat sekolah sendirian karena Rival tidak bisa meninggalkan Darion dan Kanaya sendirian di rumah sakit. Terlebih tidak ada Jane yang tidak bisa pulang dari studi nya. Jadi Rival semata wayang saat ini. Sebelum Jane kembali ke Jakarta.

Hari ini Risa sudah siap dengan seragamnya. Dia mengikat rambutnya,  menarik tasnya dan kemudian berjalan keluar dari kamar. Tentu saja, dia tidak lupa untuk sarapan, mengunci pintu dan berangkat dengan mobil Jane.

Ya, senin yang melelahkan. Risa baru bisa pulang tadi jam satu malam. Hanya tidur beberapa jam sebelum akhirnya dia sekolah. Entah apa yang akan terjadi disekolah nanti karena Risa pergi sendiri. Tidak ada dewa penjaganya seperti Rival, apakah dia harus takut?

Risa segera mengendarai mobil dengan cukup cepat, mengingat dia juga hampir terlambat. Hingga akhirnya dia berada di pekarangan sekolah.

Tidak ada yang spesial pagi itu. terlihat sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Sebelum turun, tiba-tiba Rival mendatangi Risa lewat ingatan. Risa yang menarik tasnya dan mengandengnya mengingat ucapan Rival tadi malam.

"Ini gue siapin buat lo. Air merica, sekira ada orang yang gangguin lo tapi gue nggak didekat lo, semprot aja. Gue bikin ini buat keselamatan lo..."

Risa tersenyum sambil melihat botol semprot yang berisi air merica yang dibuat oleh Rival. Dia terkekeh, pria itu ada-ada saja.

Risa keluar dari mobil dan berjalan menuju kelasnya. Entahlah, pagi ini terlihat sama, orang-orang yang melihatnya menatapnya jijik, seolah dia adalah seorang gadis yang hina yang seharusnya tidak sekolah disini. Tapi Risa tahu bahwa dia punya kekuatan, hanya bisa selalu tegar dan sabar. Semuanya akan terbongkar nanti. Risa percaya orang-orang akan melihat sisi yang sebenarnya, sisi dimana dia... Bukan gadis bodoh yang rela menjual dirinya untuk seorang pria.

"Ris..." Risa berhenti ketika seseorang memanggil namanya. Risa menoleh, melihat Gandra yang tersenyum melihatnya pagi itu.

"Hai, ndra.." sapa Risa setelah Gandra berdiri disebelahnya.

Gandra menerka dibalik wajah Risa. Dia selalu berhasil membaca bahasa tubuh Risa, pagi itu Risa tampak lelah.
"Lo kayak capek gitu, nggak tidur ya?"

Risa tersenyum seraya menggeleng, "Gue nggak apa-apa," kata Risa seraya melanjutkan perjalanannya.

Gandra hanya menghela napasnya pelan. Lalu menyamakan langkah kakinya dengan Risa.

"Ris, pulang nanti ke cafe yuk," ajak Gandra, Risa menggeleng.

"Gue nggak bisa," terdengar helaan napas dari Gandra.

"Kenapa sih, ajakan gue selalu lo tolak. Padahal kita udah lama nggak ngabisin waktu dan ketemu."

"Gue emang nggak bisa auntuk beberapa hari kedepan. Maaf ya,"

Gandra merasakan perasaan yang tidak biasa. Kesal, marah, cemburu beecampur aduk menjadi satu. Apa percuma perhatian yang dia berikan pada Risa selama ini, apakah itu sia-sia?

Sebenarnya ya Risa tidak enak hati dengan Gandra. Dia mau setidaknya jalan sebentar dengan Gandra tapi dia tahu bahwa dia tidak bisa. Risa tidak bisa meninggalkan Rival dalam keadaan yang rapuh. Apalagi disaat sekarang, dimana Darion belum bangun pasca operasi untuk mengeluarkan peluru di tubuhnya.

DIARY RISA [COMPLETED✅] [REVISI]Where stories live. Discover now