DIARY RISA - 28

606 51 28
                                    

Terkadang luka mengajarkan kita sesuatu, bahwa kekuatan sebenarnya adalah perjuangan saat ini, esok, dan tidak ada masa lalu.

Rival Arhamandovi

-DIARY RISA-

Pelajaran terakhir berlangsung khusu. Ya, akhirnya bel pulang berbunyi. Rival memang selalu memperhatikan guru dan sudah saatnya menjemput Risa. Setelah guru keluar, tiba-tiba saja anak-anak kelas membicarakan sesuatu. Mereka seperti melihat hal sensual di dalam ponsel masing-masing,

Radit perlahan mendekati Rival yang masih kebingungan. Lalu dia menyentuh bahu Rival.

"Val.." kata Radit.

Luca dan Nero juga mendekati Rival. Mereka sama-sama melihat hal yang diperbincangkan oleh anak-anak kelas sedari tadi. Radit memberikan ponselnya, tatapan Rival berubah tajam.

"Brengsek!"

Rival langsung keluar kelas, tentu saja Radit, Luca dan Nero mengejar Rival. Rival berjalan masuk kedalam kelas Risa yang guru nya belum keluar. Mereka baru selesai berdoa.

"Permisi bu, saya mau jemput Risa."

"Rival!" bentak guru tersebut, "Saya belum keluar."

Rival terpaksa keluar sebentar, lalu menunggu guru itu keluar. Setelah keluar Rival langsung masuk dan menghampiri Risa yang seakan sudah tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran Rival. Sekarang tatapan Rival menyeluruh menyapu anak kelas yang menengok ponsel mereka.

"DAN SEISI KELAS INI, HAPUS YANG KALIAN LIHAT. KALAU KALIAN MASIH NYIMPAN FOTO ITU, GUE JAMIN KALIAN NGGAK AKAN NAIK KELAS TIGA SEKELAS." Teriak Rival, seisi kelas terlihat menunduk. Lalu mereka menghapus foto yang mereka lihat.

"Val, lo kenapa sih?" tanya Risa heran, sekarang Rival menatap Risa.

BRAKK!

Tangan Rival menggebrak meja dengan keras, beberapa anak kelas segera keluar dari kelas karena takut. Sementara Risa menahan napasnya, dag dig dug.

"Sampai kapan lo nggak mau dengerin gue, huh?" tanya Rival kesal, "sampai kapan lo mau selalu jadi buah bibir sekolahan?"

"Maksudnya apa?"

Rival menahan amarahnya, lalu menatap langit-langit kelas dan menarik ponsel Radit. Menunjukkan foto yang dikirim ke setiap grup kelas di sekolah. Foto dimana Gandra memeluk Risa erat.

Risa terbelalak, dia ingat jika di kelasnya tidak ada orang lain kecuali dirinya dan Gandra, siapa yang mengambil foto ini? Sekarang permasalahan Risa semakin runyam. Kenapa sekarang bisa seperti ini?

"Val..."

"Gue udah bilang berkali-kali sama lo. Jauhin dia, apa susahnya? Huh? Lo suka sama dia?" tanya Rival keras, Risa menggeleng.

"Jauhin dia!" bentak Rival lagi, "Gue bicara sama siapa sih?"

Rival menatap Risa yang ketakutan melihat kemarahannya meluap. Rasanya ingin Rival memeluk Risa untuk menenangkan. Tapi emosi menutup mata hatinya. Dia ingin sekali menghajar Gandra yang sudah membuat semua ini semakin runyam.
"Val.. Gue..."

Rival menatap Risa dengan lembut, tapi tersimpan api didalam matanya. Risa bisa merasakan itu, air matanya perlahan mengalir. Sementara Devi yang belum keluar dari kelas menenangkan Risa.

Rival menghela napas kasar, "ARRGHHHHGHHGHHG!" Dia berteriak lalu menendang meja yang ada didekatnya. Dia kesal, lelah untuk terus bertengkar hanya masalah Risa.

Risa berdiri mencoba menenangkan Rival, namun Rival terlalu keras kepala. Dia tidak ingin siapapun menganggunya, termasuk Risa.

"Ris?" suara Gandra memenuhi ruangan, tatapan Rival dan Gandra akhirnya bertemu.

DIARY RISA [COMPLETED✅] [REVISI]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ