Membersihkan Latifah

46 0 0
                                    

Seseorang siapapun itu tidak akan bisa mengendalikan dirinya atas hatinya, atas jasmaninya, atas ruhnya, karena arrukhu min amri robbi, ruh itu urusannya Allah, hati itu urusannya Allah, ruh itu urusannya Allah, dalam diri manusia itu ada tujuh latifah, sebagaimana ada pintu tujuh langit, latifah itu adalah latifah qolbi, latifah sir, latifah khofi, latifah akhfa, latifah ruh, latifah nafsi, dan latfah kullu badan.

Kalau manusia itu membersihkan latifah dalam tubuhnya, maka sama saja dia membersihkan diri dari 7 kekotoran yang menjadi sebab tertolaknya amal sampai menembusi 7 langit, dengan sendirinya kalau tujuh latifahnya bersih dari sifat tercela maka sama saja dia telah membuka 7 pintu langit, ini sebenarnya teori sangat sederhana, tapi mungkin jarang orang yang berfikir ke sana.

Jika 7 latifah kita terbuka bersih dari batu dan kekotoran yang menutup sumur fadzilah, maka air fadzilah dari Allah akan memancar, memancar tanpa harus kita mengupayakan agar air keluar, sebagaimana sumur yang telah ketemu sumbernya yang ada 7, sumur itu akan menyumber terus tanpa kita mengupayakan agar airnya keluar, nah saat pembersihan dan penggalian 7 pintu latifah itu, dan saat pembersihan soal ruhani itu jelas bukan urusan kita, juga bukan urusan cleaning servis manapun, tak ada pembersih atau sabun apapun yang bisa membersihkan, tak bisa itu dilakukan manusia, kecuali oleh Allah yang bisa membolak balikkan hati, penguasa alam ruh, alam sir dan akhfa.

Maka tak ada solusi paling cerdas, melebihi solusi mendekatkan sang maha membersihkan yaitu Allah agar ruh kita qolbu kita dibersihkan, dan pendekatan itu dengan memperbanyak dzikir mengingatNya. Sebab Allah itu beda dengan mahluq, Dia tak butuh disogok atau membutuhkan makanan enak, atau diberi parcel agar kita menjadi dekat, tapi Dia didekati dengan pendekatan kehambaan kita, maunya kita menghamba, mengingatNya… dalam tidur, duduk, berdiri, menunjukkan kecintaan kita.

-------------------------------------------------------------------------

ikhlaskan dalam menjalankan, jangan punya pamrih apa-apa, jangan punya keinginan pengen bisa sesuatu, laksanakan dzikir karena memenuhi perintah Alloh wadzkurulloha katsiro, ingatlah Alloh sebanyak-banyaknya, banyak menurut Alloh tak terbilang menurut manusia, di akherat saja sehari sama dengan lima ratus tahun di dunia, dan jangan mengeluh waktu dzikir, jangan membuat kalkulasi, dzikir segini selesai segini jam, sebab dalam dzikir itu tak bisa dikalkulasi, hitungan penetapan itu hanya agar seseorang itu istiqomah, walau di dalamnya menyimpan banyak rahasia, tapi jangan mengkalkulasi dzikir dengan itungan jam dan ketetapan waktu, sebab Alloh sendiri membuat penekanan, wayarzuqhu min khaisu la yakhtasib, Alloh memberi rizqi dalam artian umum, sebab rizqi itu bukan cuma harta, tapi juga waktu, kesempatan dan berbagai macam, itu dengan arah yang tak dapat diprediksi, dihitung, dikhisab, makanya ada istilah to’yul wakti, atau melipat waktu, seperi Nabi SAW, mi’roj ke langit tujuh sampai sidrotul muntaha, hanya memerlukan waktu satu malam, kalau di perhitungan dengan ilmu paling canggih di jaman ini, mungkin langit satu saja butuh waktu jutaan tahun perjalanan kecepatan cahaya baru sampai, cahaya matahari yang sampai ke bumi bukan cahaya yang di hari ini, tapi cahaya yang ribuan tahun silam, makanya kalau sudah unsur Alloh, maka tidak bisa dihitung dengan perhitungan manusia, sebab Alloh itu menjadikan yang mustahil di pemikiran manusia menjadi sesuatu yang nyata, kalau diri masih eyel-eyelan dengan kekuatan akal sendiri, maka tak akan keluar dari kemuskilan, sebab masih menyandarkan pada kekuatan akal sendiri, jika mendekatkan diri pada Alloh harus mau menutup indra, dan biarkan Alloh memberikan nur makrifat kepahaman pada hati, dan menjauhkan diri penyandaran pada akal,”

-----------------------------------------------------------------------

Selama manusia itu belum maksum/terjaga dari jin dan setan, maka manusia itu akan selalu dimasuki jin atau setan. Dzikir dengan keikhlasan, itu sebenarnya sudah menjadi benteng bagi manusia untuk menangkal akan masuknya jin dan setan ke dalam tubuh, tapi jarang manusia itu bisa ikhlas, makanya kebanyakan tetap saja dimasuki jin dan setan. Ketika seseorang itu tidak menjalankan dzikir atau amaliyah, orang itu akan dimasuki jin dan setan, cuma insensitasnya tidak tinggi, tetap dimasuki tapi dia di dalam diam, makan tidur gratis, dan makan dari saripati tubuh kita.

Ketika seseorang itu menjalankan dzikir yang ada sanad yang benar, maka jin dan setan dalam tubuh itu akan kontraksi, mereka yang sebelumnya ngendon di dalam, kepanasan, berontak, dan tak bisa keluar atau lupa cara keluar, karena memang mereka sebelumnya anteng saja di dalam, dan maunya hidup gratis di dalam, tapi kok tiba-tiba panas, timbulah berontak mereka mengakibatkan efek pada tubuh kita, syukur mereka bisa keluar misal kita mual lalu muntah, atau datang saja kepada orang yang bisa mengeluarkan agar bersih.

Sama ketika seseorang itu dzikir tidak ikhlas, ingin sakti, ingin kaya, ingin berkedudukan dll, maka jin juga akan masuk ke dalam tubuh kita, karena ketidak ikhlasan kita dalam dzikir, makanya usahakan hilangkan maksud dan tujuan selain Allah, lakukan aja dzikir yang diperintahkan guru, hilangkan tujuan ini itu. Agar tak dimasuki jin, jika dimasuki jin, karena memang ikhlas itu susah, maka datang ke gurunya minta jinnya dibersihkan, seorang guru yang baik itu akan bisa memproteksi muridnya.

--------‐--------

Kyai Nur CahyaningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang