Manfaat Sedekah

701 11 0
                                    

membiasakan diri sedekah, cerita saya tahun 2010 keluar dari bekerja saya di saudi arabia, dengan pesangon saya buat membangun majlis, karena setelah saya pakai usaha ternyata malah rugi, daripada uang saya habis, mending saya pakai bangun majlis, th 2011 saya mulai menjalankan majlis, saat itu sebagian gaji dr saudi saya pakai untuk usaha toko sembako kecil kecilan.

.mulai mengadakan majlis dzikir, tiap hari harus membuat jamuan untuk jamaah, ya kadang yang ikut dzikir satu dua sampai 10 orang, pelan tapi pasti, jamaah mulai makin bnyak yang ikut dzikir, th 2012, guruku mulai memintaku juga nengurusi memberi makan jamaah yang ada di pandeglang banten, jepara, dan kudus, sementara dzikir di majlisku saat itu dua kali dalam sebulan, di saat keadaan ekonomiku minus, tidak punya pendapatan gaji apa apa, tapi karena yang memerintah guruku, maka saya sami'na wa ato'na, mendengarkan dan siap taat melaksanakan.

sementara yang bisa ku andalkan saat itu, hasil dari jualan tokoku, dan satu dua menerima tamu, saya kumpulkan setiap menerima amplop, saat itu setiap amplop saya lihat hanya senilai 10 s/d 20 an ribu rupiah, coba bayangkan pendapatan yang tak ada, saya kumpulkan amplop, dan untuk mengurusi jamaah, memberi makan mereka yang sebanyak ratusan orang, satu kali dzikir itu setidaknya harus keluar uang 5 jutaan, dan harus lima kali pertemuan, setidaknya 25 juta harus ku sediakan dana setiap bulan, tapi karena perintah dari guru saya laksanakan, tanpa memkai logika sama sekali.

.di awal mengurusi jamaah, itu yang paling berat, karena saya harus menyediakan alat lengkap memasak yang komplit di setiap majlis yang akan aku urusi, dan itu puluhan juta juga ludes, lalu aku uang dari mana ?

.bingung kalau di pikir,... makanya aku tak milih mikir, pertama di banten, ini satu cerita sendiri, aku harus datang ke majlis tempat jamaah yang harus ku urusi, untuk menyediakan peralatan masak komplit, wkg itu uang du kantong hanya cukup untuk PP banten pekalongan, gak tau dari mana nanti uang ku dapat. sampai di pertigaan tugu ke arah pasar pandeglang dan pantai carita, aku duduk bengong, jam 8 pagi sampai, bingung karena tdk ada uang untuk belanja, ada setengah jam saya duduk berdiri, duduk berdiri, nyalakan rokok, entah berapa batang habis ku hisap, lagi tengah duduk ngelamun, tiba tiba ada bus arah pantai carita, berhenti, seorang penumpang turun dan berlari ke arahku, menyerahkan amplop,

" titip mas untuk jamaah " lalu lari lagi masuk ke dalam bus dan berlalu, aku masih kaget, belum sempat mengucap apa apa....
apa maksudnya ? sambil megangi amplop.
lalu pelan pelan ku buka, ternyata isinya sekitar 8 jutaan, dan cukup untuk membeli peralatan masak,  ompreng, kompor gas, blender, dll....
sisanya ku pakai membeli yang di masak, ludes uang,

.alhamdulillah mengurusi jamaah tidak ada kendala, saat itu kendala ada di orang kampung, ternyata di undang orang kampung situ jamaah perempuan, mereka di suruh sholawatan, lalu jam 9 pulang, ku suruh makan masakanku, dan wah, lauknya di wadahi semua pakai jarik, dan tapih yang mereka bawa, aku juga tak kuasa melarang, maklum orang situ, orang kampung miskin miskin jadi untuk membeli daging belum tentu sepanjang taun pernah makan daging sekali, jadi ya tdk heran kalau di bawa semua lauknya, sehingga jamaah thoreqoh gak kebagian, mumet deh....! pontang panting aku nyari telur, untuk di masak, di rebus, di warung sekitar, padahal warung juga gak ada, ada jauh sekali, jalannya becek berlumpur. naik motor saja sampai kayak pakai sandal gebel tanah. tanahnya lengket di roda motor.

perjuangan... padahal saya sendiri yang harus mimpin jamaah, juga yang masak semua, tidak ada yang bantu. untung saya kebagian  mimpin jamaah dzikir di bagian terakhir, jadi masih sempat lah masaknya.
yang lebih lebih lagi, ada yang naruh racun di masakanku, kayaknya obat urus urus, atau agar mencret sakit perut, sehingga yang makam murus semua. habis makan pada berlarian ke sungai dan ke kamar kecil.

.setelah selesai semua, aku pulang, ke pekalongan wkt itu, untuk bulan depan datang lagi, sama seperti cerita sebelumnya, aku tak punya uang untuk ke banten, uang dari hasil mengumpulkan tamu yang datang hanya cukup buat ongkos PP naik bus saja. tp kali ini di berhentian rumah makan daerah indramayu, ada yang datangiku, dan menyerahkan amplop, soal seerti itu berulang kali, akhirnya aku jadi terbiasa, siapa orang itu, ya gak tau, saya juga gak kenal. yang penting aku bisa mengurusi jamaah yang di amanahkan padaku.

Kyai Nur CahyaningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang