Tahapan Dzikir

66 4 0
                                    


Dzikir khofi yang mendalam hingga meningkat menjadi dzikir sirri, yang diingat disebut di dalam rohani, didenyutkan di jantung, dirasakan di denyut nadi, ditarik ditiap nafas keluar nafas, diingat didalam qolbu......
SATU KALI DZIKIR SIRR SEBANDING DENGAN 35 JUTA DZIKIR lisan.
Jika Asma Alloh SWT diucapkan sekali saja dengan lisan, itu disebut dzikir lisan, namun jika Nama Alloh SWT diingat dengan hati, maka itu akan sebanding dengan dengan tiga puluh lima juta ucapan-ucapan ( dzikir ) lisan.
Itulah dzikir hati.
Ada 35 juta pembuluh darah dalam tubuh, dan semua terhubung ke jantung.
Jika Nama Alloh SWT Yang Agung diucapkan bahkan sekali saja ( dengan hati ) maka semua yang mengalir mengucapkan juga.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Abu Dzarr....!
Berzikirlah kepada Alloh dengan dzikir khamilan!”,
Abu Dzarr bertanya : “Apa itu khamilan?”
Sabda Rasul : “Khafi ( dalam hati )”
(Mizan al-Hikmah 3 : 435)

TAHAP pertama dzikir adalah dzikir lisan. Kemudian dzikir qalbu yang cenderung diupayakan dan dipaksakan. Selanjutnya, dzikir qalbu yang berlangsung secara lugas, tanpa perlu dipaksakan.
Serta yang terakhir adalah ketika Alloh Yang Rochman Rochim sudah berkuasa di dalam qalbu disertai sirnanya dzikir itu sendiri.
Inilah rahasia dari sabda Nabi saw : ” Siapa ingin bersenang – senang di taman surga, perbanyaklah mengingat Alloh”
TANDA bahwa sebuah dzikir sampai pada sirr ( nurani yang terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian ) adalah ketika pelaku dzikir dan objek dzikirnya lenyap tersembunyi.
Dzikir Sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. Tandanya, apabila engkau meninggalkan dzikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.
Dzikir tersebut terbang masuk ke dalam dirimu untuk menyadarkanmu dari kondisi tidak sadar kepada kondisi hudhur ( hadirnya qalbu ). Salah satu tandanya, dzikir itu akan menarik kepalamu dan seluruh organ tubuhmu sehingga seolah–olah tertarik oleh rantai. Indikasinya, dzikir tersebut tak pernah padam dan cahayanya tak pernah redup.
Namun, engkau menyaksikan cahayanya selalu naik turun, sementara api yang ada di sekitarmu senantiasa bersih menyala.
Dzikir yang masuk ke dalam sirr terwujud dalam bentuk diamnya si pelaku dzikir seolah–olah lisannya tertusuk jarum.
Atau, semua wajahnya adalah lisan yang sedang berdzikir dengan cahaya yang mengalir darinya.

KETAHUILAH, setiap dzikir yang disadari oleh qalbumu didengar oleh para malaikat penjaga.
Sebab, perasaan mereka beserta perasaanmu.
Di dalamnya ada sirr sampai saat dzikirmu sudah gaib dari perasaanmu karena engkau sudah sirna bersama Tuhan, dzikirmu juga gaib dari perasaan mereka.
Kesimpulannya, berzikir dengan ungkapan kata–kata tanpa rasa hudhur ( kehadiran hati ) disebut dzikir lisan, berdzikir dengan merasakan kehadiran qalbu bersama Alloh SWT disebut dzikir qalbu, sementara berdzikir tanpa menyadari kehadiran segala sesuatu selain Allah disebut dzikir Sirr. Itulah yang disebut dengan dzikir Khafiy.
Alloh SWT berfirman: “Dan berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu ( nafsika ) dengan merendahkan dirimu dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai”
(QS 7 : 205)
REZEKI lahiriah terwujud dengan gerakan badan, rezeki batiniah terwujud dengan gerakan qalbu, rezeki sirr terwujud dengan diam, sementara rezeki aqal terwujud dengan fana dari diam sehingga seorang hamba tinggal dengan tenang untuk Alloh dan bersama Allah.
Nutrisi dan makanan bukanlah konsumsi rohani, melainkan komsumsi badan. Adapun yang menjadi konsumsi rohani dan kalbu adalah mengingat Alloh Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang gaib.
Alloh SWT berfirman, “Orang–orang beriman dan qalbu mereka tenteram dengan mengingat ( dzikir kepada ) Alloh.”
Semua makhluk yang mendengarmu sebenarnya juga ikut berdzikir bersamamu. Sebab, engkau berdzikir dengan lisanmu, lalu dengan qalbumu, kemudian dengan nafs–mu , kemudian dengan rohmu, selanjutnya dengan aqalmu, dan setelah itu dengan sirmu.
Bila engkau berdzikir dengan lisan, pada saat yang sama semua benda mati akan berdzikir bersamamu. Bila engkau berdzikir dengan qalbu, pada saat yang sama alam beserta isinya ikut berdzikir bersama qalbumu.
Bila engkau berdzikir dengan nafs–mu, pada saat yang sama seluruh langit beserta isinya juga turut berdzikir bersamamu.
Bila engkau berdzikir dengan rohmu, pada saat yang sama singgasana Alloh (‘Arsy) beserta seluruh isinya ikut berdzikir bersamamu.
Bila engkau berdzikir dengan akalmu, para malaikat pembawa Arsy dan roh orang–orang yang memiliki kedekatan dengan Alloh juga ikut berdzikir bersamamu. Bila engkau berdzikir dengan sirrmu, Arsy beserta seluruh isinya turut berdzikir hingga dzikir tersebut bersambung dengan Dzat–Nya.

Imam al-Baqir dan Imam ash-Shadiq as berkata : “Para malaikat tidak mencatat amal shalih seseorang kecuali apa-apa yang didengarnya, maka ketika Allah berfirman : “Berdzikirlah kepada Tuhanmu dalam hatimu (nafsika)”, tidak ada seorangpun yang tahu seberapa besar pahala dzikir di dalam hati dari seorang hamba-Nya kecuali Allah Ta’ala sendiri” 58]

Didalam riwayat lainnya disebutkan bahwa Rasululloh SAW bersabda :
“Dzikir diam ( khafiy ) 70 kali lebih utama daripada dzikir yang terdengar oleh para malaikat pencatat amal. “ (Al-Hadits)

Bila sang hamba mampu melanggengkan dzikir Khafi serta meyakini bahwa semua Alam Lahir dan Alam Batin merupakan pengejewantahan dari nama-nama-Nya maka ia akan merasakan kehadiran-Nya di semua tempat dan merasakan pengawasan-Nya dan jutaan nikmat-nikmat-Nya.
Perasaan akan kehadiran-Nya ini akan mencegah sang hamba dari berbuat dosa dan maksiat.
Jika di hadapan anak yang sudah akil baligh saja manusia malu untuk berbuat dosa dan membuka auratnya, maka bagaimana ia tidak malu untuk membuka auratnya dihadapan Sang Khaliq ?
Mengapa kita tidak merasa sungkan dan malu berbuat hal-hal yang tidak layak di hadapan Sang Khaliq ? Itu karena keyakinan kita atas kehadiran-Nya di setiap eksistensi tidak sebagaimana keyakinan kita ketika kita melihat kehadiran sang anak yang akil baligh tersebut.
Apabila kita ingin mencapai keyakinan seperti ini kita mesti mempersiapkan latihan-latihan untuk melaksanakan dzikir Khafi sampai pada suatu tahapan di mana hati kita berdzikir secara otomatis seperti gerak detak jantung dan tarikan-tarikan nafas kita ( yang tidak kita kendalikan )
Imam Ali Zainal ‘Abidin as di dalam do’anya :
“Ilahi, Ilhamkanlah kepada kami dzikir kepada-Mu
di kesendirian maupun di keramaian,
di malam hari maupun di siang hari,
secara terang-terangan, maupun secara rahasia ( sembunyi ),
di saat gembira maupun di saat kesusahan,
jadikanlah hati kami menjadi senang dengan berdzikir al-khafi “
(Bihar al-Anwar 94 : 151)
---------------------------------------

Kyai Nur CahyaningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang