Hi, ini Eri. Kali ini Eri akan membawakan kumpulan kisah pendek dari dua manusia favorit Eri, Lee Taeyong dan Lalisa Manoban.
I hope you guys enjoy it💕
⚠⚠⚠
▪ 13+
▪ Harsh words.
▪ The contents are really cringe and random.
▪ Some stories have differ...
Namun nihil, bahkan saat dimana bel tanda masuk berbunyi nyaring, Lisa tak kunjung datang.
"Apa dia malu ama gue?" tanyanya, pada diri sendiri. Namun di dengar baik oleh Minhyun yang lagi menyantap mie ayam dengan kalem.
Minhyun meminum es teh manisnya. "Kenapa malu?"
"Karena gue miskin?"
"Miskin apanya? Elu anak Sultan."
Taeyong mendecak. Ia kesal. Memang Minhyun ini adalah anak futsal yang berarti anak tolol. Karena semua anak futsal itu benih-benih ketololan.
"Lah, gue serius, gue nggak bermaksud ngejek elu, tapi ini beneran, bapak elu, Sultan, pangkatnya Kolonel. Elu pikir aja gaji Kolonel berapa?"
"Gue nggak pernah nanya bapak gue."
"Tanya emak lu, gaji dokter spesialis berapa?"
Taeyong mendecak. "Mana gue tau njer, gue males nanya gituan!"
Taeyong sudah kesal, akibat rasa cemas menunggu Lisa. Sedang Minhyun agaknya juga merasa kesal, pasalnya Taeyong ini terlalu merendah banget.
Memang sih, kekayaan Taeyong itu tidak bisa dibandingkan dengan kekayaan Lisa. Namun, menurutnya Taeyong itu lumayan. Bapaknya, si Sultan, tentara, Kolonel. Emaknya, adalah dokter spesialis di rumah sakit negeri. Ya jelas enggak miskin-miskin amat.
Taeyong nya saja yang hidup serba hemat dan apa-apa harus ditabung.
Kalo menurut Minhyun, di mata Minhyun, Taeyong memang begitu, walau mereka tidak terlalu dekat selain karena sama-sama anak futsal. Menurutnya, Taeyong lumayan, tetapi karena didikan keras dari bapaknya yang tentara, menanamkan bibit-bibit suami idaman.
Taeyong sangat perhitungan soal keuangan, memang itu sudah seharusnya. Taeyong enggan untuk mengeluarkan uang tabungan nya hanya untuk mematuhi keinginan nya saja, jelas cowok itu tau mana yang seharusnya kebutuhan dan keinginan.
Pokoknya menurut Minhyun, Taeyong itu sudah lebih dari cukup walau enggak sekaya. Namun, Taeyong akan bisa menjadi orang kaya dengan mudah karena cowok itu benar-benar pekerja keras.
Minhyun juga tahu, Taeyong tidak akan pernah menyinggung tentang gaji kedua orang tuanya. Karena itu bukan andil Taeyong, Taeyong hanya menerima dukungan finansial dari kedua orang tuanya, tanpa harus memamerkan nya.
Minhyun salut. Cewek-cewek diluar sana juga harusnya salut.
Tapi, enggak tau kalau Lisa. Pasalnya, anak-anak kaya yang Minhyun kenal itu songong diluar batas, seperti Chenle--seperti sekarang. Chenle membuat kantin sepi karena telah membuat kafetaria sedang promo besar-besaran.
Tapi, promo besar-besaran udah kaya gratisan aja.
Pizza mini yang harganya 30 ribu di kafetaria, kini seharga delapan ribu. Begitupun makanan lain nya yang dijual kafetaria. Karena hal itu, Minhyun harus pindah makan di kantin, karena enggan untuk desak-desakan di kafetaria penuh. Sekalian nemenin Taeyong yang sendirian.
"Apa ini cara dia ngehindarin gue?" Taeyong bertanya lagi, pada diri sendiri, tetapi jelas terdengar Minhyun.
"Coba elu datengin dia, pastiin sendiri."
Taeyong menggeleng. "Gue nggak mau dianggap terlalu lewat batas. Entar dia ilfil ama gua."
"Liat dari jauh aja. Pastiin dia kenapa. Tadi elu bilang dia ke perpus nganter tugas? Sape tau kan ada sesuatu yang mendesak bikin dia gak bisa cepet-cepet kesini."
"Gitu ya?"
Minhyun mengangguk. Untungnya ia orang nya sabaran, walau agak gemas dengan pergerakan lelet Taeyong yang kerap kali ragu-ragu.
"Elu udah chat dia?"
Taeyong menggeleng lagi dengan lemah. "Gue nggak berani. Takut dia ilfil."
Minhyun kembali menghela napas. "Yaudah opsi terakhirnya, elu coba liatin dia sekarang lagi apa."
**
Taeyong keluar dari kantin lebih dulu, sendirian, karena Minhyun masih menikmati makanan nya.
Bertepatan dengan itu, ia bertemu dengan Doyoung dan Jaehyun yang terlihat habis dari kafetaria. Pasalnya, kantin terletak di belakang kafetaria.
Taeyong menegur, dan dua orang itu menoleh. Bukannya menegur balik orang yang lebih tua, dja bocah itu justru berdebat dan berlomba mengadu padanya.
"Bang, salahin Doyoung aja, Bang, gue ngomong apa adanya!"
"Apa adanya yor het! Elu kagak tau apa omongan elu bisa bikin Lisa ngerasa jatuh!"
"Lah? Jatuh yor het! Gue ngomong jujur, Lisa suka sama Bang Taeyong. Lah elu malah ngomong gitu yang malah bikin Lisa minder!"
"Cara kek gitu bikin harga dirinya jatuh, tolol!"
"Otak lu yang jatuh!"
Taeyong pusing sebenarnya. Namun, otaknya jadi benar-benar ngeblank saat mendengar pedebatan tersebut.
"He bentar!" serunya, menarik atensi dua bocah itu. "Tadi lu bilang apa, Jae?"
"Otak lu jatuh?"
"Bukan bonjol! Yang sebelumnya!"
"Lisa minder?"
"Yang sebelumnya, saiton!" Taeyong mulai emosi.
"Lah? Paan? Lisa suka elu?"
"Nah iya!" Taeyong berseru kencang. "Yang bener aja dia suka gue, nyet!?"
"Lah? Bukannya elu tau sendiri?"
Taeyong menggeleng, Doyoung mengangguk─ mulai memahami situasi.
Taeyong ingin nya tak percaya. Ia lebih percaya kalo kedua orang ini tolol. Tapi, jelas sekali ia tak bisa menahan perasaan yang membuncah saat mendengar kalimat itu.
Tanpa pikir panjang, tanpa lagi memikirkan betapa rendah dirinya untuk Lisa yang tinggi. Langkahnya membawa cepat tubuh untuk mencari Lisa.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.