🍁 29- Ini Akhirnya 🍁

1.9K 126 12
                                    

Ternyata kita tidak seperti yang dibayangkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ternyata kita tidak seperti yang dibayangkan. Tidak pula bahagia. Tidak juga kecewa. Namun, bergantung pada sebuah penjelasan yang tak kunjung datang.

-Paracetalove-
•••

Aldevan meringis pelan bersamaan itu matanya juga terpejam rapat, sesekali mengintip cewek yang tengah bersimpuh membersihkan lukanya menggunakan kapas dengan penuh kehati-hatian.

Posisi mereka berbeda, Aldevan duduk di sofa. Sedangkan cewek itu bersimpuh di depan kakinya yang jenjang. Tak luput dari pandangan Aldevan, Aileen sesekali tercyduk, senyum-senyum nggak jelas seperti orang gila.

"Pelan-pelan, goblok! Sakit!" Aldevan berucap kesal. Senyum Aileen memudar seketika. Aldevan sengaja melakukan semua itu, ia tahu Aileen sedang kesenangan karena berhasil membuang-buang waktu bersamanya.

"Iya-iya. Gue udah pelan-pelan nih. Lo-nya juga diem dulu. Gerak mulu deh dari tadi," omel Aileen.

Aldevan berdecih tak sudi. Ia membuang muka ke arah lain. Mata cowok itu bergerak ke sana-kemari, mengamati seisi apartemen Aileen yang di dominasi warna putih.

Ancaman cewek itu yang akan memberitahu kejadian ini pada Anggie, berhasil membawa Aldevan sampai ke apartemen ini. Aldevan tidak mau membuatnya Anggie bersedih akibat ulah nakalnya. Jadilah, Aldevan menuruti perkataan Aileen untuk mampir ke apartemen sekaligus mengobati lukanya.

"Udah selesai nih." Mata Aileen berbinar setelah berhasil memperban kaki Aldevan. "Lo mau gue bikinin apa? Kopi? Susu? Teh? Jus?"

"Ponsel gue. Balikin!" sahut Aldevan kesal.

"Ponsel?" Aileen mengernyit, mengalihkan pandangan. Ia berdiri. "Gue nggak tahu ponsel lo dimana?"

"Bohong! Balikin sekarang atau gue hancurin apartemen lo?!"

Aldevan sangat terlihat menakutkan. Aileen pun berjalan menuju nakas lalu kembali, memberikan gawai Aldevan dengan malas. Aldevan merampasnya dengan mata mengkilat. Langsung mengecek pesannya untuk Mery. Tidak ada satu pun yang terbalas.

"Shit! Kamu kenapa sih?! Balas chat aku, Ry," Lantas, Aldevan melempar gawainya ke sudut sofa. Tangan cowok itu terkepal dan kembali gatal ingin menghancurkan sesuatu.

Aldevan ingin Merynya kembali.

Hanya cewek itu.

Tidak boleh yang lain.

Kalau cewek itu tidak kembali. Ia merasa lebih baik mati.

Aileen menatap cowok di depannya takut-takut, Aldevan benar-benar terlihat hancur sekaligus mengerikan. Matanya yang teduh itu tidak lagi segar, tapi dipenuhi lingkaran hitam. Rambutnya, sangat acak-acakan dan kusut. Belum lagi pipinya yang tampak menirus.

PARACETALOVEWhere stories live. Discover now