Saat berada di Banten

1.2K 27 3
                                    

Saya dulu pernah hidup di banten, di pandeglang, di situ akses jalan rusak parah sehingga tidak ada kendaraan tiap hari karena jalan raya lebih parah rusaknya apalagi kalau musim hujan, lebih rusak dari jalan kerbau, ya itu dulu di nasa gubernur banten atut yang banyak korupsi, dia banyak punya mobil mewah sampai di jejer sepenuh lapangan sepak bola sementara rakyatnya sengsara.

.wktu itu, karena akses jalan susah, otomatis tidak bisa ke mana mana, bukan hanya saya yang sebagai santri, maunya sih bisa ke pasar untuk beli keperluan dapur, tapi pasar jauh, misal jalan kaki juga sampai setengah hari baru tiba di pasar, lalu pulang lagi, otomatis sudah sore, bukan hanya saya, orang kampung juga tidak bisa kemana mana untuk membeli kebutuhan pokok, saya rasa hal ini bukan terjadi di daerah itu saja, merata rakyat di indonesia banyak yg sengsara.

.saya ingat waktu itu, karena saya santri sudah keuangan terbatas, mau belanja jauh, harus jalan kaki, kalau belanja tidak sekalian banyak, jelas akan rugi waktu hanya habis di jalan saja, kadang saya tak punya apa yang di makan, ya kepaksa makan daun daun yang di rebus.
hanya makan daun saja, kalau daunnya bisa di makan tanpa di rebus, ya makan daunnya langsung tanpa nasi tanpa apa apa,
kadang mungkin orang kampung melihat saya dan teman teman makan daun saja, jadi mereka kasihan, saya sering di undang orang kampung untuk makan di rumahnya, ada abah ayi namanyanya, dia datang ke pondok, nanya " punya nasi gak untuk di makan ?"
" gak bah.." jawabku.
" ayo kerumah abah, " ajaknya
karena sudah terbiasa ya saya gak mengiyakan, hanya mengekor di belakangnya, beberapa hari perut hanya makan daun saja, langsung kruk kruk ketika mendengar kata nasi.

sampai di rumah abah saya di sediakan nasi dari periuk, tapi nasi itu tidak tau sudah berapa lama di masak ulang, di angetin lagi, di angetin lagi, sampai nasinya rasanya kayak kayak ampas saja. tapi daripada tidak ada yg di makan nasi seperti itu jg paling enak di dunia, dan hanya lauk sambal kluwek, kluwek yg hitam itu, sebelumnya biji kluwek di bakar di dapur kayu, setelah itu di geprek di keluarkan isinya dan di uleg sama cabe mentah dan garam.
makan habis satu piring mau nambah tapi gak enak sama abah ayi,.

.ini bukan bahasan kesengsaraan saya, tapi saya merasakan kesengsaraan mereka, mereka tdk punya apa apa, makan bakso, mungkin abah ayi sekeluarganya tidak pernah, makan daging saya rasa 5 sd 10 tahun, mereka belum tentu makan daging, karena di samping tdk punya uang untuk beli daging, di daerah itu kalau orang hajatan juga paling dagingnya ikan asin.

.mungkin makan daging atau makan daun ketela, atau makan di restoran mahal tak ada bedanya kalau sudah jadi kotoran, walau dari makan di restoran mahal, kalau sudah jadi tai juga tidak ada yang mau nglelesi, di kutik kutik sayang lalu di goreng lagi, karena harganya mahal.
makanan mahal murah itu manusia saja yang menghargai, kalau menurut saya, makann yang mahal itu yang bisa mendapat ganti surga. yaitu makanan yang di sedekahkan di jalan Allah.

.dulu saya di tugaskan kyai cilik untuk mengurusi memberi makan jamaah dzikir di daerah saya mondok itu, saya sendiri yang belanja apa yang di masak, lalu saya sendiri yang memasak nasi, dan semua lauk untuk jamaah dzikir, sekitar 200-300 orang, saya karena belum biasa menyediakan makanan untuk jamaah banyak wkt itu. maka saya sediakan menurut perkuraan saya, dan saya taruh di meja hudangan prasmanan.

.wkt habis maghrib di isi oleh muslimat dan fatayat dari masyarakat desa sekitar, masyarakat pondok, termasuk keluarganya abah ayi itu.
habis baca sholawatan mereka bubar jam 9 malam, dan di persilahkn untuk menikmati makann yang di sediakan di atas meja.

.saya tidak menyangka, kejadiannya seperti itu, karena mungkin orng kampung itu bawa berkatan/ nasi di bungkus kayak setelah kondangan, tidak makan secara prasmanan, semua lauk di bawa habis, karena tidk ada pembungkus maka kain dan pakaian mereka yang di buat jadi bungkus, yang jelas makanan yang sediakan saya sediakan untuk orang 500an itu habis ludes, cuma di buat rebutan duapuluh sampai tigapuluhan orang. entah mereka yang karena kebiasaan kondangan pakai nasi di bungkus, atau karena mereka rakus, yg jelas saya yang harus masak lagi karena untuk jamaah dzikir jadi tidak kebagian.

.saya maklum dg yang mereka lakukan, karena saya mengalami hidup di tengah mereka yang hanya makan lauk seadanya, ini ada lauk enak di ambil semua juga tak salah, saya bahagia melihat itu, sampai air mata saya menetes, seandainya saya punya uang lebih, saya pasti akan bahagiakan kalian... orang orang yang du kehendaki Allah menjadi miskin, fakir, maksud Allah agar orang kaya bisa beramal, ee malah orang kaya sudah terlanjur kenyang, lupa pada yang miskin.

----------------------------------------------------------------------------

saya dulu mondok di kyai cilik, pernah di suruh selama 9 bulan saya tinggal, di pondok kyai cilik, di cipacung banten, selama 9 bulan itu saya tinggal bersama kurang lebih 9-15 orang, oleh kyai cilik saya dan yang lain di tinggal di cipacung, dan tdk di tinggali beras atau apa yang bisa di makan, saya tau kyai cilik menguji kami, saya lagi puasa tingkatan 9 bulan saat itu, karena puasa maka saya hanya masak waktu saur dan saat mau buka puasa, saat itu masak masih pakai kayu bakar, apalagi kalau musim hujan, kayu bakar harus punya simpanan banyak, di simpan di tempat yang tak terkena air hujan, stok kayu bakar ya harus nyari ke hutan, saya masak dengan uang sendiri, dan santri di sana semua tidak ada yang mau masak, dan hanya makan dari apa yang saya masak, anehnya mereka juga tak mau masak dan juga tak mau membantu masak, jdi menunggu saya masak baru mereka ikut makan, juga tidak mau mencarikan kayu bakar, jadi saya cari sendiri kayu bakar di hutan, saya panggul sendiri, lalu belanja untuk di masak sendiri, masak sendiri, dan yang lain hanya ikut makan.

karena saya puasa waktu itu selama  9 bulan, jadi saya masak juga waktu saur, yang lain tidur karena tidak puasa, setelah masakan matang nanti saya bangunkan satu persatu, bahkan kalau susah saya tunggu sampai bangun, atau saya bangunkan berulang ulang baru bangun, lalu kami makan bareng bareng, intinya saya umpama ibu asuh bagi semua santri saat itu, tapi saya tidak papa, saya lakukan dengan ikhlas, tidak papa jadi babu, bagi saya nanti saya yang akan jadi, sukses, dan yang lain tidak.

dan setelah semua pulang ke rumah masing masing, teman mondok saya di kyai cilik itu juga sudah pulang semua, dan saya jadi, saya sukses, tapi yang lain sama sekali tak jadi apa apa, bahkan semua hidupnya susah, ketika mereka melihat atau bertemu dengan saya yang terjadi mereka pada iri dengan apa yang saya peroleh.

jadi orang di pesantren itu sebenarnya sudah bisa di tebak dan di lihat, siapa yang akan jadi dan siapa yang tidak, kyai cilik dulu juga tidak pernah menyuruh saya, agar saya yang masak bagi yang lain, atau saya yang mengurusi yang lain, tapi saya itu mondok ingin jadi orang, kenapa saya lakukan dan tampil mengurusi yang lain, di pondok itu tempatnya menanam, dan saat turun ke masyarakat saatnya memanen.

di dunia itu tempatnya menanam di akherat itu tempatnya memanen, orang orang yang sukses di akherat itu yang mau melayani orang lain di dunia untuk akherat, orang orang yang sukses di masyarakat itu yang mau melayani orang lain ketika di pesantrennya, orang yang di pesantren jadi bos, maka itu orang yang akan jadi budak ketika turun ke masyarakat, orang yang di dunia jadi bos yang di layani, maka itu akan jadi budak di akherat sana nanti.

ketika saya melihat santri saya, saya melihat cermin saya  di masa lalu, ada yang menjadi seperti saya di masa lalu, dan ada yang menjadi teman teman saya di masa lalu, jadi saya tau pasti siapa yang akan jadi nantinya dan yang akan gagal nantinya.

banyak orang yang ingin sukses, tapi lebih banyak.lagi orang yang lebih memilih kegagalan. kesuksesanmu itu di tentukan apa yang kamu lakukan hari ini. kamu memilih jadi  orang gagal dan jadi orang sukses dunia akherat kamu sendiri yang menentukan.

Kyai Nur CahyaningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang