Dia membuang gagang permennya yang sudah habis sebelum berbicara. "Selagi pacar sendiri masih bisa, ngapain aku harus belajar?" Dia bertanya sambil mengangkat kedua bahunya.

"Ya kan biar nggak ngerepotin gue terus!" Gue berdeham sebentar sambil mengalihkan pandangan. "lagian, gue kan bukan pacar lo."

Mendengar itu, dia langsung menatap gue intens. "KO-MIT-MEN." Dia bicara sambil menekankan setiap katanya. "Aku kan udah bilang kalau pacaran itu bisa aja putus. Makanya yang aku mau itu bangun komitmen sama kamu, bukan pacaran. Biar bisa selamanya. Biar nggak pernah putus sama kamu."

Tak bisa gue pungkiri. Ada perasaan hangat yang menjalar di hati gue setiap kali mendengar penuturannya tentang hubungan kita. Gue selalu suka setiap kali dia berkata kalau dia selalu ingin bersama gue.

Gue sedikit terperanjat begitu dia menyentil pelan kening gue. "Lagian udah dibilangin juga manggilnya aku-kamu. Masiiihhh aja gue-elo. Ganti ngapa biar romantis dikit." Dia menggeruti sebal.

"Gue belum terbiasa." Gue menjawab sambil meminum teh poci yang sudah dipesan.

"Ini udah hampir mau satu tahun loh, sayaaaangggg. Butuh waktu berapa lama lagi sih biar bisa romantis sama aku? Aku juga kan pengen tuh kaya orang-orang lain yang pacaran. Pacarnya suka romantis banget." Dia makin menekuk wajahnya cemberut.

Gue menghela napas pelan. "Lagian mau aku-kamu, mau gue-elo. Kan sama aja. Sama-sama manggil."

"Ya kan tetep aja beda. Masa iya ke pacar manggilnya gue-elo. Kayak preman aja."

Gue cuma merespon ucapannya dengan memutar bola mata malas.

"Makanya, mulai sekarang manggilnya aku-kamu, ya. Nana sayang..." Dia tersenyum sok manis.

"Dan kamu juga mulai sekarang jangan panggil Nana, ya..." Gue ikut tersenyum sok manis. "Panggilnya Yoona. Yoona Nafiza Gilbert."

🍁🍁🍁


Azfer Hayyan Syabani

Azfer : Pemimpin
Hayyan : Hidup
Syabani : Terkenal

Azfer Hayyan Syabani yang berarti anak laki-laki yang selalu dikenali dan akan menjadi pemimpin baik di dalam hidupnya.

Pria kelahiran 27 November 1998 yang lebih suka dipanggil Bani dibanding nama depannya, Azfer.

Mahasiswa semester 6 yang jangkung setinggi 185 cm, dan mungkin tingginya itu bisa menyamai tiang listrik jika saja terus bertumbuh.

Pria dengan kuping sedikit lebar, punya dua lesung pipit di kedua pipinya, yang lebih menyukai es kepal milo seharga 15 ribu yang masih ia tawar menjadi 10 ribu, hingga Mang Barjo_si penjual_menyerah membiarkannya membayar dengan harga 10 ribu karena dia sudah menjadi langganannya.

Sosok sederhana yang banyak dikenal orang sesuai dengan arti namanya.

Sosok pria dengan pandangan tajam namun sebenarnya dia orang yang ramah, membuat banyak gadis tergila-gila padanya.

Orang banyak mengenalnya sebagai Bani, pria yang biasa disuguhkan dengan kehidupan glamor oleh orang tuanya yang sama-sama bekerja di dunia entertainment.

Mereka mengenal Bani sebagai sosok pria yang nggak mungkin dan nggak mau naik angkot ke kampus karena nggak mau menghirup bau y penumpang yang bercampur di dalamnya.

Mereka hanya mengenal Bani yang supel, namun sering memberikan tatapan intimidasi pada orang yang tidak dikenalnya.

Tapi mereka nggak tahu Bani.
Mereka nggak tahu Bani yang sesungguhnya.

MemoriaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora