🌈| 19 - HARI PERTAMA LATIHAN

355 26 10
                                    

19. hari pertama latihan



































Moza mendongakkan kepala dengan kesal saat tak kunjung menemukan seragamnya di kolong wastafel. Ia mengesah berat, tangannya tergerak untuk mengelap keringat yang sudah membanjiri kening. Kemudian Moza menyibak rambut panjangnya ke belakang.

Moza yakin, di Andelius itu ada hantunya. Buktinya, masa seragam Moza bisa hilang begitu saja? Tadi saat Moza usai mengganti seragam dan keluar dari dalam bilik kamar ganti, seragamnya itu ketinggalan di dalam bilik. Namun setelah Moza masuk kembali ke dalam sana untuk mengambil seragamnya, seragam itu sudah tidak ada.

Moza menatap dirinya sendiri di cermin wastafel. Sekarang ia sudah menggunakan baju seragam olahraga milik Angga. Sedikit kebesaran, ralat sangat kebesaran. Lihat dirinya di cermin sana, Moza seperti memakai daster karena panjang seragam olahraga milik Angga sampai ke lututnya. Tak lupa gadis itu memakai gardigannya sebagai penutup seribu satu luka yang ada di tubuhnya.








Moza langsung membalikkan tubuh saat pintu Toilet terbuka. Dia melototkan mata sambil berusaha menutupi tubuhnya padahal tidak ada area tubuh yang terbuka.

Moza menunjuk Angga saat pemuda itu mulai mendekat. Dia memekik kencang, "Angga berhenti di sana!" Moza memasang ekspresi garang. "Angga. Kata bang Galang, kalau ada cowok yang datangin Moza pas Moza lagi ganti baju, cowok itu besoknya muntah paku!"

Wajah Moza bertambah cemas saat Angga kembali melangkah. "Angga mau muntah paku?!"

"Angga. Kata Bang Galang, kalau Moza berdua-duaan sama cowok di dalam kamar, nanti perut Moza muncul baby!"

Angga berdecak mendengar celotehan Moza terus-menerus. Kesal karena tiap maju satu langkah, Moza pasti memekik kencang, akhirnya Angga melempar seragam gadis itu hingga mengenai tepat di wajahnya.

Moza membinarkan mata, dia memekik senang karena berhasil menemukan seragamnya. Tak lama gadis dengan gardigan kuning itu menatap Angga setelah beberapa pertanyaan muncul di otaknya.

"Kok seragam Moza ada di Angga?" Angga sudah mempraduga, pasti pertanyaan semacam ini akan dilontarkan gadis berisik itu.

Wajah Moza mendadak dipenuhi oleh tudingan. Dia sudah siap menyerang Angga menggunakan seribu pertanyaan.  "Angga ... Angga ngintipin Moza ya?!"

"Angga, gak boleh ngintipin Moza. Nanti Bang Galang marah, Angga mau dipukul lagi sama Abang Moz--" Moza menelan salivanya susah payah, tak bisa melanjutkan kalimatnya karena tatapan tajam Angga seperti hendak menelannya hidup-hidup.

Moza mengalihkan pandangannya, ia menggaruk telinga sambil melempar cengengesan kikuk. "Hehe, ayo ... ayo latihan basket."

Hendak keluar dari Toilet namun Angga tak kunjung minggir. Moza mengepalkan tangannya takut karena itu. Dia mundur beberapa langkah tanpa berani mendongakkan pandangan.

"Maaf kalau Moza ada salah. Angga mau marahin Moza ya? Angga mau pukul Moz--"

"Gardigan lo."

"Hum?" Lantas Moza mendongak dengan cepat, namun saat manik matanya bertemu dengan manik mata Angga, dia langsung mengalihkannya. "Gardigan ... gardigan Moza kenapa?"

Angga menarik nafasnya jengah. "Lo mau latihan basket."

Moza berusaha mencerna kalimat Angga barusan. Ya ... emang benarkan mereka ingin latihan basket, terus kenapa? Apa hubungannya dengan gardigan yang ia kenakan?

3 WISHESWhere stories live. Discover now