🌈| 13 - TANTANGAN

544 85 20
                                    

13. tantangan







Saat ini, Arkan tengah berjalan beriringan bersama Moza untuk mengantar gadis itu menuju kelasnya. Tanpa tahu di belakang mereka ada Angga yang tengah diam memperhatikan interaksi keduanya dalam diam.

Sejak kedatangan Arkan di kantin tadi, Moza tiada hentinya berceloteh dan menceritakan banyak hal kepada pemuda itu hingga sekarang pun sama.









Moza membenarkan bandonya setelah itu merapihkan rambut panjangnya yang tergerai begitu saja. "Arkan, makasih ya tadi udah mau makan bareng Moza."

Arkan terkekeh dengan alis menyatu. Merasa lucu dengan kalimat yang baru saja Moza lontarkan. "Kenapa harus makasih?"

Moza menoleh ke arah Arkan sekilas. "Ya ... makasih. Anak-anak yang lain pada gak mau makan bareng Moza, mereka malu kalau deket-deket sama Moza. Tapi Arkan enggak."

Arkan menghela napasnya berat seakan tahu apa yang tengah Moza rasakan. "Iya, sama-sama," balasnya. Kemudian melirik ke arah tempat makan yang ada di pelukan Moza. "Oh iya, tadi kenapa makanan lo gak dihabisin?"

"Oh ini, hehe, Moza sengaja nyisain buat nanti malam."

Kening Arkan mengerut. Berusaha mencerna kalimat Moza barusan. "Nyisain?"

"Iya, Arkan. Satu hari itu Moza dikasih jatah makan sama papa satu kali. Jadi Moza gak mau habisin ini sekarang, nanti pas malem Moza suka laper," jelas Moza panjang-lebar.






Arkan terdiam sejenak, banyak pertanyaan yang timbul di otaknya setelah mendengar penjelasan Moza. Ingin kembali bertanya namun ia sadar bahwa itu tidak sopan. Ya, walaupun tahu Moza akan menjawab pertanyaannya karena gadis itu terlalu lugu. Tapi Arkan tahu batasannya.

Lalu manik matanya tak sengaja menangkap luka yang ada di pergelangan tangan Moza. Lantas memegang tangan gadis itu dengan raut khawatir.

"Tangan lo kenapa?"

"Hum?" Moza jadi ikut memperhatikan tangannya. Berusaha mengingat penyebab tangannya terluka namun ia lupa. Padahal kejadian itu terjadi baru dua hari yang lalu.




Arkan tahu itu adalah luka akibat goresan aspal. Tapi, kenapa itu bisa terjadi? Moza juga membiarkan lukanya begitu saja tanpa ditutupi plester ataupun hansaplast.




"Za?" Arkan memanggil gadis itu karena yang Moza lakukan hanya diam saja.

"Ah, Moza inget! Ini luka gara-gara jatuh pas Moza nolongin Angga kemarin."





Arkan langsung menarik tangannya. Ia terdiam seperkian sekon sebelum memutuskan untuk kembali berbicara. "Lo ngapain nolongin Angga? Dia bisa urus dirinya sendiri, Za."

Moza menundukkan pandangannya sendu. "Iya, Angga juga bilang gitu. Kata Angga seharusnya Moza gak usah sok-sokan nolongin dia, karena Moza cuma memperumit semuanya doang."

Arkan mengepalkan tangannya. Menyumpah serapahi Angga dengan berbagai umpatan. Tak bisa melihat gadis di sampingnya bersedih, Arkan berusaha untuk mengatakan sesuatu namun tidak tahu harus mengatakan apa.






"Moza mau deh ngebuat cewek itu sama temen-temennya berhenti gangguin Angga. Tapi gimana caranya ya?"





Melihat Moza murung, Arkan berusaha mengalihkan topik pembicaraan mereka. "Eh, lo kan murid pindahan, pasti dikasih test gitu kan ya?"

3 WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang