ALVASKA 38

320K 37.9K 4.4K
                                    

Sudah empat hari berlalu semenjak kejadian dimana Kana kehilangan kehormatannya sebagai perempuan. Empat hari pula, Kana tidak pernah keluar kamar. Tidak ada yang Kana lakukan selain memandangi foto Devan yang dia genggam.

Alvaska, cowok itu juga tidak pernah sama sekali berniat untuk menemui Kana. Padahal, jarak balkon keduanya begitu dekat, nyaris tanpa jarak. Ntah karena apa.

Kana menyandarkan kepalanya di sandaran sofa di belakang punggungnya. Cewek itu memejamkan mata, menahan sesuatu yang berdesakan ingin keluar dari dalam matanya.

"Devan.. gue takut.." Kana berkata parau.

Cewek itu memeluk bingkai foto Devan di dadanya erat. Hingga tanpa sadar, air mata yang sejak tadi Kana tahan mengalir turun.

"Kangen.."

"Devan, kenapa lo suka sama gue?"

Devan yang saat itu hendak mendrible bola masuk ke dalam ring basket di lapangan outdoor sekolahnya, seketika menolehkan pandangannya ke arah belakang dan mendapati Kana, gadis yang begitu di cintanya tengah berdiri di belakang punggungnya.

Devan berbalik badan lalu melempar bola yang ia pegang ke sembarang arah. Hal itu tidak luput dari perhatian para murid yang berada di tengah lapangan dan juga koridor sekolah lantai bawah.

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?" Tanya Devan heran. Cowok dengan seragam basket dan juga bandana merah di lengan kirinya itu menaikan salah satu alisnya bingung.

"Kenapa lo suka sama gue?" Tanya Kana kembali saat Devan sama sekali tidak menjawab pertanyaannya tadi.

"Gue nggak suka sama lo."

Jawaban Devan sontak membuat Kana menatap cowok itu tidak percaya. Jika Devan tidak menyukai Kana, kenapa Devan menjadikannya pacar?

Seluruh murid yang mendengar hal itupun lantas saling berbisik. Sebagian dari mereka mengatakan jika Kana hanya di jadikan pelampiasan Devan setelah cowok itu putus dari Cecil, mantannya dulu.

Kana terkekeh miris. "Oh. Gue pikir-"

"I love you,"  Devan memotong perkataan Kana sebelum cewek itu menyelesaikan ucapannya. Cowok itu melangkah mendekati Kana yang masih terpaku di tengah lapangan, dan di luar dugaan, Devan langsung mencium dahi Kana lembut penuh perasaan.

Hal itu membuat seluruh murid yang berada di area lapangan dan juga koridor sekolah menjerit seperti orang yang tengah kerasukan setan.

Devan melingkarkan lengan kirinya di pinggang Kana, mendekatkan wajahnya ke wajah Kana hingga membuat hidung keduanya bersentuhan. Cowok itu bisa merasakan jika Kana saat ini tengah menahan napas.

Devan menatap Kana dalam. Tangan kanannya terulur untuk mengusap lembut pipi Kana yang tampak merona. "I love you.. sayang."

"Kana!"

Teriakan seseorang dari arah pintu kamarnya membuyarkan lamunan Kana seketika. Cewek itu membuka mata lalu bangkit dari duduknya, berjalan perlahan menuju pintu kamar. Cewek itu memutar handle dan seketika mendapati Gara dengan tampang polosnya itu berdiri di depan pintu kamarnya.

ALVASKA Where stories live. Discover now