0.1 - Arunika Sahara

599 326 435
                                    

Bagiku kau helaian daun ilalangbergesekan diterpa angin malamMenyambut hari-hari kelamTanpamu segalanya tak beraturan Kepingnya bertebaran berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagiku kau helaian daun ilalang
bergesekan diterpa angin malam
Menyambut hari-hari kelam
Tanpamu segalanya tak beraturan
Kepingnya bertebaran berantakan

-Perfect Things-

Seseorang pernah bertanya pada Lintang.

Apakah ada akhir cerita yang bahagia?

Lantas Lintang menjawab, bukankah akhir cerita yang sebenarnya adalah kematian?

Meninggalkan dunia fana yang penuh sandiwara. Terhindar dari kejamnya manusia. Lalu terpisah oleh orang-orang tercinta dengan dunia yang tak lagi sama.

Lantas di sanalah siksaan menanti, meminta pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita lakukan di bumi. Sebuah siksa yang tak dapat ditentukan oleh masa.

Lalu bagian mana yang disebut akhir yang bahagia?

Pada akhirnya, kita semua akan menderita, bukan?

Katanya, semua akan bahagia sesuai dengan porsinya. Namun bagi Semesta Lintang Baskara, akhir yang bahagia itu tidak ada.

Lintang pernah memiliki segalanya. Cinta dan kasih sayang keluarga, sebelum segalanya seolah terenggut paksa. Satu persatu orang meninggalkannya. Entah itu ke orang baru, atau karena dipanggil sang pencipta.

Lintang belajar hidup mandiri, dan mencoba menata diri kembali. Laki-laki bersurai kelam itu mencoba bangkit dari masa-masa sulit walaupun sendiri.

Lintang sadar, meski kehilangan itu terasa menyakitkan, namun waktu terus berjalan. Tak peduli sesulit apa dirinya bertahan, waktu tak akan berhenti hanya untuk menanti keadaan.

Terhitung dua tahun sudah semenjak kepergian mama, Lintang mencoba terbiasa menjalani hari-harinya walau tanpa kehadiran mama di sisinya. Tanpa omelannya. Tanpa candaannya. Tanpa perhatiannya.

Namun, hanya dengan kenangannya.

Langit sedang cerah-cerahnya, namun Lintang justru duduk termenung di taman dekat komplek. Mengabaikan deadline tugas yang mesti dikumpulkan besok pagi.

Lalu tanpa diduga, pipinya terhantam oleh sesuatu yang kecil dan sedikit... basah. Kala Lintang meraihnya, ternyata itu sebuah biji semangka.

Lintang jadi bertanya-tanya, bagaimana bisa ada biji semangka jatuh dari atas pohon mangga? Lagi pula jika itu pohon semangka, seharusnya Lintang kejatuhan buahnya, bukan bijinya saja, kan?

"Bengong aja, nanti kesambet loh..." celetukan itu membuatnya menoleh ke sumber suara.

Pemuda bersurai hitam legam itu dibuat terlonjak saat mendapati seorang gadis yang tengah nangkring di atas pohon, seolah membaur bersama rimbunnya dedaunan sembari mengunyah sepotong semangka.

Berarti yang tadi itu...

"Heh, pasti elo kan, yang nyembur biji semangka ke pipi gue?!"

Gadis itu lantas melompat turun dengan mulus tanpa terjungkal. Tubuh Lintang yang menjulang tinggi membuat gadis itu harus mendongak ketika menatapnya.

Perfect Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang