3.0 - Way back home

109 50 445
                                    

Haloha! ♡'・ᴗ・'♡
Seperti biasa, jangan lupa kasih vote dan komentar yaa

Happy Reading❣️

.
.
.
.
.

Karena rumah adalah tempat terbaik untuk melepas lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena rumah adalah tempat terbaik untuk melepas lelah.

▪️ Perfect Things ▪️

Pergi ke kafe Nebulà setiap sepulang sekolah sudah menjadi rutinitas bagi Sahara selama beberapa bulan terakhir. Sebetulnya keadaan finansialnya sudah membaik, namun Nebulà sudah seperti rumah kedua baginya. Sebab semenjak bekerja di Nebulà, Sahara di kelilingi orang-orang baik yang bisa disebut keluarga.

"HARA, AYA YANG NYARIIN NIH!"

Sahara yang tengah berkutat dengan coffee maker pun dibuat tersentak karena pekikan Echan. "Santai anj-Loh, Om Jouhar?!"

Pria paruh baya dengan kemeja berwarna navy itu tersenyum hangat ke arahnya. Tatapan yang serupa dengan Juan itu menatapnya penuh kehangatan.

Dengan langkah ragu, Sahara menghampirinya. Meski begitu, gadis itu tetap mencium punggung tangan Jouhar dengan sopan. Sebuah perlakuan yang membuat hati Jouhar menghangat. Sebab sejak dulu, dirinya sangat menginginkan anak perempuan, namun keinginannya harus tertahan lantaran istrinya berkhianat, meninggalkannya dengan Juan sang anak yang masih remaja tanggung kala itu.

"Ada apa, Om?" tanya Sahara membuyarkan lamunan Jouhar.

"Iya, Ayah ngapain ke sini?" Juan ikut bertanya karena penasaran.

"Nggak ada apa-apa, kok. Ayah ... cuma mau ngomong sebentar sama Sahara. Bisa, kan?"

Juan mengangguk mengerti. Sementara Sahara menoleh lebih dulu ke arah Lintang yang menatapnya dari kejauhan. Pemuda itu lantas tersenyum dan mengangguk meyakinkan. Sahara menarik napas, kemudian mengangguk mengiakan ke arah Jouhar.

Detik demi detik berlalu, namun bibir Sahara seolah kelu. Dirinya memilih menunggu agar pria paruh baya di hadapannya memulai percakapan lebih dulu.

Jouhar berdeham sebelum berkata, "Sahara, seperti yang udah kamu tahu ... mungkin beberapa bulan lagi, saya akan menikah dengan mama kamu."

Sahara bergeming, percakapan dengan Mama semalam kembali terngiang di pikiran.

Kerongkongan Sahara mendadak kering. "Saya ... sama sekali nggak keberatan kok, Om."

Jouhar tersenyum, menimbulkan guratan halus di sudut matanya yang sudah menua. "Saya tahu, segalanya nggak mudah buat kamu terima begitu aja, kan? Bagi kamu, saya masih orang asing yang akan menyelinap di keluarga kecil kamu."

Sahara menyetujuinya dalam hati. Tapi semalam Mama sudah berkata, bahwa Sahara akan mampu menerima segalanya secara perlahan. Katanya, kenyamanan akan tercipta jika mereka sering bersama. Menciptakan momen manis seperti keluarga pada umumnya.

Perfect Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang